Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Supriyadi, Penyuluh Agama dengan Gangguan Penglihatan yang Bergaji Hanya Rp 500.000 Per Bulan

Kompas.com - 05/12/2018, 23:14 WIB
Muhlis Al Alawi,
Khairina

Tim Redaksi

MADIUN, KOMPAS.com — Mengalami gangguan penglihatan, tak membuat Supriyadi (33) menyerah terhadap nasib.

Warga Desa Sambirejo, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Jawa Timur ini tetap menekuni pekerjaannya sebagai penyuluh agama Islam meski gajinya jauh di bawah upah minimal kabupaten.

Suami dari Nurul Hidayah (31) dan ayahanda Nihayatul Khusna (3,5) saat ini hanya menerima gaji Rp 500.000 setiap bulan dari Kementerian Agama.

Bahkan, awal mula bekerja sebagai penyuluh agama pada tahun 2008, Supri panggilan akrabnya hanya menerima gaji Rp 50.000.

"Itu pun pembayarannya tiga bulan sekali. Jadi saya menerima gaji dirapel tiga bulan sekali sebesar Rp 150.000," ujar Supri ditemui disela-sela Jambore Penyuluh Agama Islam di Caruban, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Rabu (5/12/2018).

Baca juga: Kisah Guru Honorer di Daerah Terpencil, Jadi Tukang Foto Keliling demi Bertahan Hidup

 Meski bergaji kecil, tanggung jawab Supri sebagai penyuluh agama tidaklah ringan. Sebagai salah satu ujung tombak Kementerian Agama ia dituntut berkeliling dari RT ke RT hingga desa ke desa di wilayah Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun untuk membina warga agar iman dan takwanya kepada Allah SWT semakin meningkat. 


Tak hanya itu, sebagai penyuluh agama, ia bersama rekan-rekannya juga bertugas untuk memberikan penyuluhan tentang kerukunan, berantas buta Alquran, radikalisme, pengentasan atau pencegahan narkoba, dan penyuluh produk halal.

Dengan tanggung jawab seperti itu, mereka hanya diupah Rp 500.000 per bulan.

Ayah satu anak ini mengaku sudah 10 tahun bekerja sebagai penyuluh agama untuk kategorisasi bidang zakat dan berantas buta Al Quran.

Gaji sebesar Rp 500.000 yang diterima digunakan sarjana pendidikan Islam lulusan STAIM Magetan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari bersama istrinya. 

Meski hanya bergaji Rp 500.000 per bulan, namun Supri menjalani pekerjaannya dengan ikhlas.

Pasalnya, sejak mengalami gangguan penglihatan, Supri tidak memiliki banyak pilihan pekerjaan yang dapat dijalani.

"Saya mengalami gangguan penglihatan sejak kecil. Penglihatan saya jarak pandangnya kurang lebih hanya sekitar lima meter saja," kata Supri.

Lantaran penglihatan yang berkurang, tak jarang ia tersungkur atau menabrak saat bersepeda motor perjalanan ke lokasi tempat penyuluhan.

"Saya sering jatuh dari motor kalau musim penghujan tiba. Bahkan, dulu saya pernah masuk ke parit sawah," ungkap Supri.

Supri menyatakan, bersama 7 rekannya, dia memiliki wilayah kerja di 19 desa.

Setiap hari, secara bergantian dia berkeliling memberikan penyuluhan terhadap 17 majelis binaan. Majelis yang dibina mulai dari hadroh, sholatawan, tilawah, jamaah yasin hingga memberikan ceramah.

Usai mengisi majelis taklim di masjid atau di acara pengajian yang diselenggarakan masyarakat, Supri kadangkala mendapatkan rejeki. Penyelenggara memberikan sedikit uang untuk pengganti besin.

"Kalau seperti itu namanya rezeki tak terduga dan harus disyukuri. Kalau ada yang memberi ya saya terima," kata Supri.

Meski bergaji kecil, Supri bangga dengan profesinya. Ia tak memiliki pekerjaan sampingan untuk menghidupi anak dan istrinya.

Supri meyakini Allah akan mencukupi rezeki bagi dirinya dan keluarganya sepanjang mampu mensyukuri nikmat yang diberikan. Istri dan anaknya pun tak menuntut banyak dari dirinya.

Kendati demikan, Supri berharap pemerintah meningkatkan kesejahteraan penyuluh agama. Setidaknya, penghasilan yang diterima setiap bulan dapat setara dengan PNS.

Baca juga: Cegah Radikalisme, Penyuluh Agama Dapat Pembekalan Ayat-Ayat Damai

Terhadap permintaan penyuluh agama itu, Bupati Madiun Ahmad Dawami Ragil Saputro yang akrab disapa Kaji Mbing menyatakan akan membantu menyejahterakan para penyuluh agama.

Namun, Pemkab Madiun akan mengkaji bentuk bantuan yang tepat diberikan kepada penyuluh agama.

Bantuan itu diberikan karena peran penyuluh agama di Kabupaten Madiun membantu program dan visi misi Pemkab Madiun. Salah satu visi misi itu yakni menjadikan masyarakat Kabupaten Madiun yang berakhlak.

"Meski dibawah Kemenag, penyuluh agama juga warga Madiun yang mendukung program Kabupaten Madiun. Kalau fungsinya untuk kemasalahatan masyakat Madiun, kenapa tidak. Makanya diperlukan formulasi yang tepat agar tidak menyalahi regulasi," kata Kaji Mbing disela-sela Jambore Penyuluh Agama Islam di Caruban.

Kaji Mbing menyatakan, Pemkab Madiun siap memberikan bantuan fasilitas bagi penyuluh agama. Namun, terkait pemberian insentif harus terlebih dahulu dikaji agar tidak bermasalah ke depannya.

Bantuan kepada penyuluh agama perlu diberikan, kata Kaji Mbing, lantaran penyuluh agama memiliki peran penting untuk mewujudkan warganya yang berakhlak, beriman dan bertaqwa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. 

Kompas TV Sebuah tas mencurigakan yang diletakkan di tengah jalan diledakkan oleh tim Gegana Brimob Polda Jawa Timur, polisi masih menyelidiki siapa pelaku dan motifnya. Tas diletakkan pelaku tidak dikenal di jalan masuk kota Magetan dari arah Madiun dan Ponorogo pada Kamis siang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com