Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Latimojong, Daerah Penghasil Kopi Tradisional dari Luwu

Kompas.com - 04/12/2018, 07:00 WIB
Amran Amir,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

LUWU, KOMPAS.com - Kecamatan Latimojong merupakan salah satu daerah di kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, yang memiliki tanah subur di atas ketinggian 1.500 meter dari permukan laut. 

Pegunungan Latimojong yang membentang di Kabupaten Luwu, hingga Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Sidenreng Rappang, memiliki pesona alam yang tak kalah indahnya dengan daerah lain di Indonesia.

Bentangan alam pegunungan Latimojong menjadikan daerah ini kaya akan sumberdaya alam salah satunya adalah tanaman kopi. Kecamatan Latimojong menjadi penghasil kopi jenis Arabika terbesar di kabupaten Luwu dengan luas perkebunan rakyat diatas 500 hektar. 

Sayangnya, hingga saat ini, tidak banyak orang tahu jika Latimojong merupakan daerah penghasil kopi yang nikmat. 

Tanaman kopi dibudidayakan petani umumnya di kecamatan Latimojong salah satunya di Desa Pajang. Tidak mudah mencapai desa ini. 

Baca juga: Sangtra, Kopi Asli Pegunungan Latimojong

Untuk sampai di desa Pajang, ditempuh dengan jarak 30 kilometer dengan waktu tempuh hingga 2 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor menyusuri jalan tanah dan jalan rabat dengan mendaki dan menuruni jalan pegunungan.

Di desa Pajang, tanaman kopi tumbuh subur di atas ketinggian 700 meter hingga 1.500 meter dari permukaan laut (Mdpl) tanpa pemupukan, dengan curah hujan rata-rata 2.000 milimeter per tahun. Tanaman kopi di desa ini sudah dikenal warga sejak jaman kolonial Belanda.

Kendala produksi

Luas kebun Kopi di desa Pajang mencapai 50 hektar dengan rata-rata jumlah produksi kopi per tahun perpetani hanya 400 liter, jumlah ini dinilai terbilang rendah karena kurangnya pemberdayaan petani dalam hal mengelola kopi. 

Menurut salah satu petani kopi, Akbar,  produksi kopi masih rendah karena warga masih menggunakan teknik pertanian yang lama.

“Kami ingin produksi tinggi tapi kami belum mengetahui secara teknis baru dalam meningkatkan produksi, kami masih menggunakan pola lama. Produksi kopi pada masa panen raya per orang dengan luas 1 hektar hanya bisa 200 sampai 300 liter kopi siap jual, sedangkan pada masa panen antara hanya 50 sampai 80 liter,” kata Akbar, Senin (03/12/2018).

Baca juga: Bikin Anak Malas Mengaji, Desa di Aceh Ini Larang Wi-Fi di Warung Kopi

Petani di desa pajang menjual kopi ke pedagang pengumpul di desa tersebut maupun membawa ke luar daerah di Pasar Kecamatan Bajo.

“Kopi kami jual di sini pada pedagang pengumpul dengan harga Rp 20.000 per liter kalau kami ingin ke kota biasa kami bawa ke pasar kecamatan Bajo untuk dijual dengan harga yang sama,” ucapnya.

Kepala desa Pajang Sahur mengatakan bahwa produksi kopi di desanya baru mencapai 50 ton per tahun pada masa panen raya, sedangkan pada panen antara hanya berkisar 20 ton.

“Umumnya masyarakat di sini bertanam kopi sebagai mata pencaharian, karena tanaman yang paling cocok adalah kopi, sayangnya produksi kopi masih rendah,” tuturnya.

Belum maksimalnya produksi kopi di desa Pajang khususnya dan kecamatan Latimojong umumnya membuat para petani dan pemerintah desa berharap adanya pendampingan atau penyuluhan kopi yang difasilitasi oleh pemerintah daerah maupun instansi swasta.

Baca juga: Perusahaan Asal Surabaya Buka Kedai Kopi Khas Indonesia di Singapura

“Perkembangan tanaman kopi dari tahun ke tahun disini semakin bertambah, hanya saja pengelolaannya kurang maksimal, masyarakat menanam sebanyak-banyaknya tapi cara pengelolaannnya masih kurang, jadi perlu ada penyuluhan atau pendampingan baik dari pemerintah maupun dari instansi lainnya,” jelasnya.

Cita rasa unik

Selain dijual, bagi warga desa Pajang Kopi menjadi suguhan utama disetiap waktu. Cita rasa kopi Latimojong memiliki cita rasa tersendiri bagi penikmatnya.

Olahan biji Kopi di Latimojong belum diolah dengan mesin melainkan masih diolah dengan cara tradisional yakni biji diperam lalu dikupas kulitnya, lalu dibersihkan dan dijemur dibawah terik matahari, setelah itu disimpan untuk dijual. 

Untuk dikonsumsi, biji kopi disangrai dan ditumbuk hingga menghasilkan bubuk kopi.

“Cita rasanya sedikit berbeda dengan kopi pada umumnya, Kopi Latimojong terasa dengan kadar asam rendah, ini yang mencirikan,” ujar Hidayat Ibrahim, salah seorang pengunjung di kebun kopi desa Pajang.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com