Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 BERITA POPULER NUSANTARA: Hana Kejar Pesawat di Landasan Pacu hingga Misteri Mayat di Drum

Kompas.com - 20/11/2018, 06:20 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Video saat Hana berlari mengejar pesawat Citilink jurusan Denpasar-Jakarta di area landasan Bandara Ngurah Rai, Bali, menjadi viral.

Usut punya usut, Hana ternyata tidak segera boarding setelah panggilan boarding ketiga dari petugas bandara. Alhasil, Hana terpaksa diamankan petugas keamanan bandara.

Berita lainnya, warga berhasil menangkap buaya yang telah memangsa seorang bocah berusia 7 tahun di Rokan Hulu, Riau, bernama Rahmad Andika Saputra.

Korban saat itu sedang bermain air banjir di depan rumahnya dan tak menyadari kedatangan seekor yang akhirnya menerkamnya. 

Berikut ini 5 berita paling banyak dibaca di Kompas.com pada Senin (19/11/2018):

1. Video Hana ketinggalan pesawat

Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, berbenah menyambut digelarnya IMF-World Bank Group Annual Meeting 2018 di Bali, 9-14 Oktober 2018 mendatang.KOMPAS.com/AMBARANIE NADIA Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, berbenah menyambut digelarnya IMF-World Bank Group Annual Meeting 2018 di Bali, 9-14 Oktober 2018 mendatang.

Hana terekam video saat dirinya nekat menerobos masuk ke landasan karena ingin mengejar pesawat yang sudah bersiap lepas landas.

Hana adalah salah satu pesawat Citilink dengan rute penerbangan Denpasar-Jakarta, Minggu (18/11/2018).

Setelah pemanggilan tiga kali untuk boarding, Hana terlambat naik hingga keluar perintah untuk menutup pintu.

"Dia itu sudah melakukan check-in pukul 06.27 Wita dan sudah dijelaskan boarding pukul 06.50 Wita. Namun, hingga tiga kali panggilan dan final call ia belum juga datang ke gate," kata Communication and Legal Section Head Bandara Ngurah Rai Arie Ahsanurrohim, Minggu (18/11/2018).

Baca berita selengkapnya: Viral, Penumpang Wanita Kejar Pesawat hingga ke Landasan Pacu karena Ketinggalan

2. Buaya yang menerkam bocah di Riau disetrum warga

Petugas BBKSDA Riau melakukan evakuasi seekor buaya sinyulong yang menewaskan seorang bocah di Desa Sontang, Kecamatan Bonai Darussalam, Rohul, Riau. Buaya ditangkap oleh warga dengan cara disetrum, lalu diserahkan ke Polsek Bonai Darussalam, Minggu (17/11/2018).KOMPAS.com/IDON TANJUNG Petugas BBKSDA Riau melakukan evakuasi seekor buaya sinyulong yang menewaskan seorang bocah di Desa Sontang, Kecamatan Bonai Darussalam, Rohul, Riau. Buaya ditangkap oleh warga dengan cara disetrum, lalu diserahkan ke Polsek Bonai Darussalam, Minggu (17/11/2018).

Seekor buaya yang menewaskan Rahmad Andika Saputra (7) di Desa Sontang, Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Riau, akhirnya berhasil ditangkap, Kamis (15/11/2018).

"Buayanya ditangkap sama warga dengan cara menggunakan teknik setrum pada Sabtu (16/11/2018) kemarin. Kemudian diserahkan ke Polsek Bonai Darussalam," kata Kapolsek Bonai Darussalam Iptu Riza Effyandi pada Kompas.com, Senin (19/11/2018).

Usai peristiwa naas di depan rumah korban, warga terus mencari keberadaan buaya tersebut.

"Pencarian buaya dilakukan oleh warga di seputar lokasi kejadian membawa setrum menggunakan sampan. Sekitar pukul 21.00 WIB buaya tersebut mengapung setelah disetrum," kata Riza.

Setelah ditangkap, buaya diikat menggunakan tali untuk menuju Polsek Bonai Darussalam. Pihak kepolisian selanjutnya berkoordinasi dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.

"Buaya sudah kita serahkan ke BBKSDA Riau kemarin, Minggu (18/11/2018)," sebut Riza.

Baca berita selengkapnya: Buaya yang Terkam Bocah 7 Tahun di Rokan Hulu Riau Disetrum

3. Tanggapan Djarot tentang film "A Man Called Ahok"

Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat (kiri) dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (tengah) saat mengunjungi Lamongan, Minggu (18/11/2018). KOMPAS.com/HAMZAH Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat (kiri) dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (tengah) saat mengunjungi Lamongan, Minggu (18/11/2018).

Djarot Saiful Hidayat yang kini menjabat sebagai Ketua DPP PDI-P memberikan komentar singkat mengenai film yang mengisahkan Ahok.

Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut mengapresiasi film yang dibintangi Daniel Mananta tersebut.

Menurut dia, film tersebut memiliki muatan yang bagus dalam membingkai pemahaman akan perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan yang harus tetap dihormati dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Jangan membeda-bedakan suku dan agama, tetapi peduli kepada sesama. Bagaimana nilai-nilai kepedulian itu ditanamkan oleh orangtua untuk peduli membantu sesama tanpa membedakan satu dengan yang lain. Jadi nilai-nilai kepedulian ini dan optimisme membangun Indonesia mampu menginspirasi," Djarot selepas menghadiri peresmian kantor DPC PDI-P Lamongan, Jawa Timur, Minggu (18/11/2018).

Baca berita selengkapnya: Komentar Djarot soal Film "A Man Called Ahok"

4. Misteri mayat pria tanpa identitas di dalam drum

Polres Bogor melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di lokasi temuan mayat yang tersimpan dalam drum di kawasan Industri Kembang Kuning, Kampung Narogong, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Minggu (18/11/2018).Dok. Istimewa Polres Bogor melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di lokasi temuan mayat yang tersimpan dalam drum di kawasan Industri Kembang Kuning, Kampung Narogong, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Minggu (18/11/2018).

Kasus temuan mayat pria tanpa identitas di kawasan Industri Kembang Kuning, Kampung Narogong, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Minggu (18/11/2018), masih menjadi misteri.

Polisi terus menggali infomrasi, namun belum bisa menyampaikan secara resmi siapa sosok mayat yang ditemukan dalam drum plastik.

Seperti diketahui, seorang pemulung menemukan mayat tersebt saat mencari sampah di lokasi itu.

Saat itu, kondisi drum berwarna biru itu tertutup rapat. Awalnya ia mengira, jika isi dalam drum tersebut adalah sampah.

Namun, ketika dibuka, dirinya dikejutkan oleh sesosok mayat yang sudah terbujur kaku.

Mayat tanpa identitas ditemukan mengenakan kaos putih dan terdapat bercak darah.

Baca berita selengkapnya: Teka-teki di Balik Temuan Mayat Pria Tanpa Identitas Dalam Drum

5. Perjuangan Togu Simorangkir untuk Sopo Belajar

Togu Simomangkir pengagas rumah belajar (Supo) di Kabupaten Sumalungun, Sumatera Utara, Senin(18/11/2018).KOMPAS.com/ Aji YK Putra Togu Simomangkir pengagas rumah belajar (Supo) di Kabupaten Sumalungun, Sumatera Utara, Senin(18/11/2018).

Togu Simorangkir sudah memantapkan hati untuk menggalang dana bagi delapan Sopo Belajar atau rumah belajar di Desa Simbolon, Kecamatan Palipe, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

Pria berusia 42 tahun itu akan berjalan kaki mengitari Danau Toba sepanjang 305,65 kilometer selama delapan hari ke depan untuk mencari donatur untuk Sopo Belajar.

Perjalanan Togu dimulai pada 19 November 2018 dan akan berakhir pada 26 November 2018.

Dalam aksi ini, lulusan S-2 Oxford Brookes University itu menargetkan mampu menggalang dana Rp 300 juta dengan rincian target donasi senilai Rp 1 juta per kilometer.

Alasan Togu sederhana. Banyak anak-anak di kampung halamannya lebih banyak bekerja di ladang saat jam sekolah.

“Kami lebih mengambil jam di luar sekolah untuk memberikan hal positif dengan membaca. Sebab, hampir seluruh anak sekolah membutuhkan itu, tidak hanya untuk di ladang saja,” kata Togu, Minggu (18/11/2018).

Baca berita selengkapnya: Cerita Lulusan Oxford Bakal Jalan Kaki Keliling Danau Toba Selama 8 Hari demi Rumah Baca

Sumber: KOMPAS.com (Aji YK Putra, Hamzah Arfah, Ramdhan Triyadi Bempah, Idon Tanjung, Robinson Gamar)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com