Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dipasung Selama 12 Tahun, Tarsa Ingin Balok di Kakinya Dibongkar

Kompas.com - 12/11/2018, 11:55 WIB
Markus Makur,
Khairina

Tim Redaksi

Melihat gejala-gejala seperti itu maka keluarga bersama warga tetangga di Kampung Mbapo memutuskan memasungnya di belakang rumah.

Sejak pertama kali dipasung pada 12 tahun lalu hingga kini, Tarsa hidup dan tinggal di gubuk reyot dengan dua kaki dipasung dengan balok berukuran besar.

“Saya sebagai mamanya ikut menderita berat dengan kondisi Tarsa yang belum kunjung sembuh dan masih dipasung di gubuk reyot. Saya tidak tahu bagaimana solusi untuk membebaskan dan meringankan penderitaannya. Saya sangat berharap ada pihak yang bisa membebaskan dan membongkar pasungnya sesuai dengan jeritannya setiap kali saya menghantar makanan dan minuman,” harap sang ibu.

Diberi obat khusus bagi ODGJ

Sebina menjelaskan, Tarsa pertama kali dikunjungi oleh wartawan KOMPAS.com dan sejumlah pemuda di Kampung Mbapo.

Awalnya, sejumlah pemuda di Kampung Mbapo membaca berita tentang ODGJ yang sembuh sesudah dirawat di tempat rehabilitasi Renceng Moses Ruteng.

Baca juga: Alami Gangguan Jiwa dan Dipasung 14 Tahun, Eduardus Akhirnya Sembuh

Setelah berkunjung, mereka lalu membagikan kisah Tarsa kepada Pastor Avent Saur SVD, imam dari Kota Ende sekaligus Ketua Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Orang Dengan Gangguan Jiwa Flores. Pastor Avent berkunjung ke kediaman Tarsa.

“Saat itu Pastor Avent membawa obat yang sudah diresepkan oleh dokter di tempat tugasnya di Kota Ende. Obat itu diberikan kepada keluarga untuk diterapi kepada Tarsa. Hasilnya setelah minum obat rutin secara tiga bulan, Tarsa memiliki banyak perubahan, tidak lagi menyanyi sendiri, tidak lagi bicara sendiri di gubuknya serta tidak lagi berteriak-teriak. Keadaannya sedikit membaik setelah minum obat rutin. Namun, kini obatnya sudah habis sehingga Tarsa tidak minum obat lagi, tetapi kondisinya sedikit membaik walaupun masih di pasung,” jelas Sebina.


Dikunjungi seorang perawat gangguan jiwa dari Jerman

Pada Jumat (9/11/2018), seorang perawat asal Klinik Hohe Mark, di Oberursel dekat Frankfurt Jerman, Elisabeth Amelung melakukan riset tentang Orang Dengan Gangguan Jiwa di Pulau Flores.

Dia mengunjungi tempat rehabilitasi Renceng Mose Ruteng dan lanjut ke Kabupaten Manggarai Timur. Selama di Kabupaten Manggarai Timur, perawat itu didampingi Lurah Ronggakoe Erasmus Jalang dan wartawan KOMPAS.com.

Jumat pagi, Elisabeth mengunjungi Tarsa yang dipasung di Kampung Mbapo untuk melihat keadaan langsung di lapangan. Dari situ, ia mengunjungi Viktor Wisang (ODGJ) yang sedang dirawat dengan minum obat setelah keluarganya membeli di tempat Rehabilitasi Renceng Mose.

Lalu, ia mengunjungi seorang pasien yang dipasung di Kampung Watu Ipu, Kelurahan Kota Ndora, Kecamatan Borong, Kristianus Nau.

Kemudian, mengunjungi Paulus Jagang yang dipasung kembali oleh keluarga di Kampung Waebok, Kelurahan Ronggakoe.

Sebelumnya, Paulus Jagang atas inisiatif Lurah Ronggakoe dirawat di Renceng Mose tahun lalu dan sembuh. Namun, kini Paulus kambuh lagi karena tidak rutin minum obat.

Selanjutnya mengunjungi pasien di Kampung Kerosdan Kower yang sembuh sesudah dirawat di Renceng Mose. Hendrikus Junda dan Eduardus Leghu sudah sembuh karena rutin minum obat.

Baca juga: Wali Kota Ini Dipasung setelah Dianggap Tidak Bekerja dengan Baik

“Saya berharap Kelompok Kasih Insanis Kabupaten Manggarai Timur bersama dengan orang yang peduli rutin mengunjungi pasien yang dipasung untuk memberikan perhatian sambil sama-sama mencari solusi untuk meringankan penderitaan mereka,” ujar Elisabeth Amelung kepada KOMPAS.com, Jumat (9/11/2018).

Amelung menjelaskan, pasung dalam bahasa Indonesia untuk penangkaran orang sakit jiwa. Ke depannya, dipakai kalimat penangkaran orang sakit jiwa di dalam pondok yang layak.

Lurah Ronggakoe, Erasmus Jalang kepada KOMPAS.com, Jumat (9/11/2018) di kantornya berharap pemerintah desa dimana ODGJ tinggal harus memiliki hati dan niat untuk membebaskan pasien yang dipasung.

Kepala Desa dan perangkatnya yang terdapat ODGJ dipasung inisiatif mendata dan menginformasikan kepada Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan di Kabupaten Manggarai Timur untuk mengambil jalan keluarnya.

“Saya sudah melakukan itu pada 2017 lalu dengan membawa sejumlah pasien ke tempat rehabilitasi Renceng Mose dan terbukti sembuh dan sudah kembali ke orangtua mereka di sejumlah kampung di Kelurahan Ronggakoe," ujar Erasmus Jalang.

Dia mengaku tertarik dengan isu kemanusiaan dan mencari jalan keluar untuk membebaskan orang gangguan jiwa yang dipasung. Undang-Undang Kesehatan, kata dia, sudah memerintahkan untuk bebas pasung bagi ODGJ di seluruh Indonesia termasuk di Kabupaten Manggarai Timur.

"Kita harus bekerja dengan hati dan memiliki hati untuk meringankan penderitaan mereka sebab ODGJ memiliki martabat yang sama seperti orang sehat,” jelasnya.

Data sementara yang dikumpulkan,  ODGJ di Kabupaten Manggarai baik yang dipasung, tidak dipasung dan sembuh ada 12 orang dan masih ada yang belum didata yang tersebar di seluruh pelosok Manggarai Timur. 

Kompas TV Selama bertahun-tahun pemuda berusia 26 tahun harus dipasung oleh keluarganya, karena mengalami gangguan jiwa sejak lahir. 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com