Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecelakaan Lion Air JT 610: Duka Jannatun Cintya Dewi dan Belajar Ikhlas dari Penyintas

Kompas.com - 02/11/2018, 18:33 WIB
Ghinan Salman,
Khairina

Tim Redaksi

Kompas TV Selain menerima jenazah yang ditemukan hasil pencarian dari jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610, pusat krisis posko DVI Rumah Sakit Polri juga melakukan pendampingan terhadap keluarga. Berikut keterangan dari <strong>Biro SDM Polda Metro Jaya AKP Angela.</strong>


Belajar ikhlas dari penyintas

Bambang Supriadi dan Sutriyem sangat terpukul kehilangan anak pertamanya, Jannatun Cintya Dewi, begitu pula adik Jannatun, Nadzir Ahmad Firdaus.

Akan tetapi, Bambang dan Sutriyem tidak mau berlarut dalam kesedihan. Mereka ikhlas dengan kepergian Jonna, karena hidup mesti terus dilanjutkan.

"Saya dari kecil merawat dan membesarkan anak itu (Jonna), rasanya tidak bisa dijelaskan. Tetapi mau tidak mau, ini sudah terjadi jadi harus diikhlaskan," kata Bambang.

"Karena mungkin sudah menjadi kehendak dari yang Maha Kuasa. Apapun yang saya lakukan, tetap Jonna tidak bisa kembali," imbuhnya.

Baca juga: Dollar Singapura hingga Foto Hasil USG Ditemukan di Lokasi Jatuhnya Lion Air JT 610

Menurut Sutriyem, simpati yang ditunjukkan saudara, kerabat, para tetangga, dan ribuan pelayat yang datang ke rumah duka almarhumah, dianggap sudah membantu menguatkan keluarga untuk ikhlas menerima dan melanjutkan hidup.

"Ada ribuan orang datang, guru teman SD, SMP, SMA Jonna, teman kuliah, teman organisasi, teman kantornya dan lain-lain, ini sangat luar biasa," tutur Sutriyem.

Harapan untuk penerbangan di Indonesia

Kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 yang menewaskan Jannatun Cintya Dewi dan ratusan orang lainnya harus menjadi pelajaran berharga untuk tak terulang kembali.

Bambang Supriadi berharap, jangan sampai ada lagi kecelakaan dan korban mati sia-sia. Menurut dia, pengawasan perlu diperketat karena ini menyangkut nyawa setiap manusia.

"Pengawasan saya kira harus diperketat lagi ya. Kalau masih terjadi, seakan-akan nyawa ini tidak berharga," ucap Bambang.

Sementara itu, Sutriyem meminta agar kondisi pesawat selalu diperhatikan sebelum diberangkatkan dan pengecekan tidak dilakukam sekedarnya.

"Semuanya harus betul-betul dicek terlebih dahulu," kata dia.

Sebab kehilangan anak, saudara, dan orang-orang tercinta bagi Sutriyem amat menyesakkan.

"Ini menyangkut ratusan nyawa saudara-saudara kita. Karena bagaimana pun, ditinggal oleh keluarga itu sangatlah berat sekali. Saya seperti tidak sanggup," tutur Satriyem.

Untuk diketahui, Jannatun tergolong anak pendiam dan cerdas. Saat menempuh studi di SMAN 1 Sidoarjo, dia sering mendapatkan beasiswa dan menempuh jenjang SMA hanya dua tahun.

Lulus SMA, Jannatun melanjutkan studi di ITS dengan mengambil jurusan teknik kimia. Setelah lulus kuliah, Jannatun sempat bekerja di Bank Mandiri Jakarta dan setahun berselang bekerja sebagai staf di Kementerian ESDM.

Musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 itu membawa 181 penumpang yang terdiri dari 178 penumpang dewasa, satu penumpang anak-anak, dan dua bayi serta 7 orang kru.

Jannatun Cintya Dewi adalah korban jenazah Lion Air JT 610 pertama yang berhasil diidentifikasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com