Melihat SD Pluralis di Cirebon, Siswa Punya Tempat Ibadah Masing-masing

Dalam hal saling membantu, siswa sering mengadakan patungan untuk menjenguk temannya yang sakit atau yang membutuhkan pertolongan.

Muhamad Reza Yoga Pratama, salah satu siswa kelas 6 SDN 1 Pengampon mengaku bahagia bisa bersekolah di SDN pluralis. Dia dapat memiliki banyak teman yang berasal dari berbagai daerah di dalam dan luar pulau jawa. Melalui teman-temannya, dia bisa mempelajari adat dan budaya di Indonesia.

“Kalau Senin upacara, Selasa baca doa, dan seterusnya. Saya senang sekolah di sini, karena saya punya banyak teman yang berbeda agama, suku, ras dan lain-lain. Jumlahnya banyak, sampai ada yang dari Hindu,” kata Reza.

Baca juga: Masjid Menara Kudus, Saksi Hidup Toleransi dari Masa ke Masa (1)

Siswa yang meraih peringkat ke-2 ini setiap pagi rutin mengikuti doa bersama dan siraman rohani sesuai agamanya. Dia juga berbaur dengan teman-temannya yang berbeda keyakinan.

Bahkan Reza mengajak adik-adik kelasnya untuk saling membantu dan menolong dengan tanpa melihat latar belakang agama.

Selain disebut sekolah pluralis, SDN 1, 2 dan 3 Pengampon ini masuk ke cagar budaya. Bangunan sekolah didirikan sejak sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, yakni pada tahun 1923.

Sejumlah prestasi juga berhasil ditoreh, antara lain medali dalam bidang literasi, juara sekolah SD sehat tingkat provinsi, juara calistung tingkat kota, dan lainnya.