Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Punya Merlion, Cirebon Bakal Punya Singa Barong

Kompas.com - 09/10/2018, 18:48 WIB
Windoro Adi,
Heru Margianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - “Kalau Singapura punya Merlion (ikan berkepala singa) sebagai penanda Singapura, maka Cirebon, khususnya Keraton Kasepuhan, akan memiliki patung Singa Barong di tengah alun-alun Keraton Kasepuhan.

Bedanya, kalau patung Merlion memiliki tinggi 8,6 meter, maka tinggi Singa Barong 6 meter. Sama seperti patung Merlion, dari mulut Singa Barong akan keluar air memancur,” kata Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon PRA (Pangeran Raja Adipati) Arief Natadiningrat saat ditemui di Keraton Kasepuhan, Senin (8/10/2018) siang.

Sang raja tidak cuma bermimpi, “Tahun depan insya Allah mulai dikerjakan. Dananya berasal dari CSR (corporate social responsibility) Bank Mandiri Syariah senilai Rp 10 miliar,” ungkapnya.

Alun-alun seluas sekitar 1,5 hektar tersebut, lanjut Arief, akan diwarnai taman bunga warna-warni, deretan pepohonan rimbun, taman bermain, lampu-lampu taman, dan beberapa gazebo tempat pengunjung beristirahat.  Di sana juga akan dibangun panggung terbuka, dan deretan toilet di bawah alun-alun.

“Konsepnya mirip pembangunan taman di areal Patung Pembebasan Irian, di Jakarta Pusat, tetapi dengan memadukan unsur lokal keraton kasepuhan,” papar Arief.

Membongkar Pasar Mini

Bersamaan dengan pembangunan patung pancuran singa barong tersebut, “pasar mini” Teh Poci seluas 2.000 meter persegi yang berada di salah satu sudut alun-alun, akan dibongkar  dan diperluas menjadi dua lantai.

“Kami bekerja sama dengan pihak PD Pasar Kota Cirebon. Perjanjian sudah ditandatangani, cetak birunya pun sudah dibuat, tinggal menunggu pelaksanaannya tahun depan,” tutur Arief.

Direktur Utama PD Pasar, Akhyadi yang dihubungi terpisah, Senin sore membenarkan.

“Insya Allah kami akan mulai membangun pada bulan September tahun depan dengan biaya sekitar Rp 800 juta. Lantai dua akan kami bangun sebagai warung-warung makan bermenu makanan Majakuning Ciayu (Majalengka, Kuningan, Cirebon, Indramayu). Lantai bawah untuk gerai penjual oleh-oleh dan cendera mata Majakuning Ciayu. Usulan sultan begitu,” papar Akhyadi.

Menurut dia, pihak Keraton Kasepuhan sudah sepakat meminjamkan tanah keraton di lokasi “pasar mini” tersebut secara gratis untuk menampung para pedagang kaki lima (PKL) yang berada di sekeliling alun-alun.  

Arief membenarkan. “Nanti lapak-lapak PKL di sekeliling alun-alun akan dibersihkan. Para PKL akan ditampung di Teh Poci. Pihak PD Pasar yang akan mengatur mereka. Jika jumlah PKL lebih banyak dari ruang yang tersedia, ya diseleksi berdasarkan kualitas jualannya. Pokoknya cukup enggak cukup, PKL hanya akan ada di lokasi Teh Poci. Lingkungan depan Keraton Kasepuhan harus bersih dari PKL,” tegas Arief.

Gapura utama masuk alun alun. Tampak lapak para pedagang kakilima masih mengelilingi tepian alun alun, di luar pagar. Tahun depan, mereka akan dipindahkan ke pasar mini Teh Poci di samping alun alun. Sekeliling alun alun bebas dari lapak para pedagang kakilima yang membuat pemandangan menjadi kumuh dan semrawut.KOMPAS/WINDORO ADI Gapura utama masuk alun alun. Tampak lapak para pedagang kakilima masih mengelilingi tepian alun alun, di luar pagar. Tahun depan, mereka akan dipindahkan ke pasar mini Teh Poci di samping alun alun. Sekeliling alun alun bebas dari lapak para pedagang kakilima yang membuat pemandangan menjadi kumuh dan semrawut.

Pasar Mini Teh Poci. Rencananya, pasar mini ini akan dibongkar pada 2019  dan diperluas menjadi dua lantai. Lantai atas untuk bermacam menu makanan khas Majalengka, Kuningan, Cirebon, dan Indramayu (Majakuning Ciayu), sedang lantai bawah dimanfaatkan untuk berjualan bermacam oleh oleh makanan dan cinderemata khas Majakuning Ciayu.KOMPAS/WINDORO ADI Pasar Mini Teh Poci. Rencananya, pasar mini ini akan dibongkar pada 2019 dan diperluas menjadi dua lantai. Lantai atas untuk bermacam menu makanan khas Majalengka, Kuningan, Cirebon, dan Indramayu (Majakuning Ciayu), sedang lantai bawah dimanfaatkan untuk berjualan bermacam oleh oleh makanan dan cinderemata khas Majakuning Ciayu.

Dengan kebijakan ini, bukankah langkah pemeliharaan di sekeliling alun alun bakal membutuhkan personel tramtib (ketenteraman keamanan dan ketertiban)?

“Benar, mungkin kami akan menambah beberapa petugas tramtib di sana untuk sekadar mengingatkan para pelanggar. Tetapi bukan cuma itu. Kami juga akan melakukan pendekatan silaturahmi dengan para pedagang dan warga sekitar, dan membangkitkan kesadaran usaha pariwisata terhadap mereka,” jawab Arief.

Ia mengatakan, karena “pasar mini” Teh Poci bakal buka 24 jam, tiap gerai bisa digunakan secara bergantian di antara para PKL.

“Kan bisa diatur bagi-bagi rezekinya. Kalau Jakarta bisa, kenapa kita tidak?” tandasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com