Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Mengubah Stigma bahwa Makam Bukan Tempat yang Harus Ditakuti

Kompas.com - 26/09/2018, 19:08 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

"Kalau malam di sini terang banget, enggak seram. Kalau sore banyak yang main di sini, anak- anak, pemuda," ujar Joko.

Dari area makam, sambil menjelaskan keadaan bangunan yang memakan lahan, sebuah ide keluar dari mulut Joko tentang hal lain yang akan ia lakukan untuk menghias makam ini.

"Kami malah ingin tambahkan lampu kelap-kelip di sini, biar semakin terang," tuturnya.

Selain itu, di permakaman ini tidak terdapat pohon-pohon besar juga rindang, sebagaimana biasa terdapat di area permakaman.

"Menurut saya yang bikin makam jadi angker itu pohon besarnya ya. Jadi sudah ditebang sekitar dua tahun lalu, sekarang hanya tersisa satu pohon duwet di sana," ucap Joko.

Tembok yang memagari dan mengarah ke permakaman pun tak luput dari rencana pengembangan makam oleh Joko dan teman-teman.

"Kalau ada sisa cat lagi, kami akan buat mural di tembok itu (menunjuk sisi utara), dan tembok-tembok ini (sederet tembok di sisi selatan)," ucapnya.

Alhasil, area permakaman di sebelah utara Tugu Mahkota, Surakarta ini terlihat tidak seram dengan pulasan warna-warni cat oplosan, juga bersih tanpa terhalang rimbunnya pepohonan.

Benar memang, di tengah kami berbincang, beberapa anak kecil, sekitar usia 6 tahun terlihat bermain sepeda masuk ke area makam sembari tertawa dan bercanda.

"Enggak ngapa-ngapain, sepedaan aja, main." jawab mereka polos sambil tertawa malu-malu saat ditanya mengapa bermain sepeda di sekitar pemakaman.

Tak jauh, ada pula seorang kakek yang tengah mengajari cucunya mengayuh sepeda di depan pintu gerbang pemakaman. Tak ada rasa khawatir yang terpancar dari raut muka mereka.

Permakaman tak ubahnya area biasa yang terdapat di sekitar rumah mereka. Bukan tempat angker yang perlu ditakuti, bukan pula tempat kramat yang harus dijauhi.

"Wah harusnya datang ke sini pas sore hari, ramai di sini orang nongkrong, anak bermain,” ucapnya.

Tampaknya upaya Joko dan teman-teman karang taruna mengubah stigma makam yang menyeramkan menjadi tempat umum yang tidak masalah untuk didatangi, sudah berhasil.

Kesan angker sudah ditekan sedemikian rupa. Walaupun tak bisa dipungkiri rasa takut setiap orang datang dari pikirannya masing-masing. Sehingga stigma baru ini tidak bisa diserap oleh setiap orang.

Akan tetapi, setidaknya anak-anak tidak takut lagi bermain di area makam. Orangtua pun memberi izin untuk itu.

Disadari atau tidak, makam hanyalah petakan tanah berisi raga mati yang tak lagi memiliki singgungan dengan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Makam adalah bagian dari lingkungan di setiap masyarakat.

Kompas TV Makam sewu adalah tempat bersemayamnya Kanjeng Panembahan Bodho, murid Sunan Kalijaga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com