Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Mengubah Stigma bahwa Makam Bukan Tempat yang Harus Ditakuti

Kompas.com - 26/09/2018, 19:08 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Apa yang pertama kali terlintas di benak Anda ketika memikirkan tentang permakaman? Seram, gelap, hantu, horor, atau hal lain yang berkaitan dengan itu?

Ya, memang itulah yang banyak tertanam di benak masyarakat kita tentang keberadaan sebuah makam atau area permakaman. Terkadang, dibutuhkan nyali untuk sekadar melewati area yang dianggap angker itu.

Terlebih jika malam telah tiba. Saat dingin dan gelap bercampur menjadi satu, memperkuat rasa takut yang sudah terbentuk sebelumnya.

Anak-anak pun dilarang bermain di sekitar makam. Sebab, orangtua khawatir ada hal negatif yang terbawa.

Bulu kuduk pun tak jarang mendadak berdiri, ketika menyesap wangi bunga kamboja dan melihat deretan batu nisan atau gundukan tanah, tempat istirahat mereka yang sudah pergi.

Makam itu menyeramkan. Stigma inilah yang coba diubah oleh sekelompok masyarakat di Karanganyar, Jawa Tengah.

Baca juga: Hindari Kesan Angker, Warga Hias Permakaman dengan Cat Warna-Warni

Area makam yang dihiasi cat warna-warni di Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah.Karang Taruna RW 08 Dusun Puspan, Colomadu Area makam yang dihiasi cat warna-warni di Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah.

Pertengahan September lalu, kelompok Karang Taruna RW 08, Dusun Puspan, Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah yang diketuai oleh Joko Riyanto memulai upayanya untuk membelokkan stigma lama tentang makna sebuah area permakaman.

Berbekal cat sisa dari persiapan perayaan kemerdekaan, Joko dibantu 12 anggota organisasi yang dia pimpin memutuskan menggunakan cat itu untuk menghias permakaman umum yang ada di wilayah permukiman mereka.

Ingat Kampung Jodipan yang ada di Malang? Ya, Kampung Pelangi. Seperti itulah kurang lebih atmosfer yang ingin diciptakan kelompok pemuda karang taruna ini. Namun, warna-warni cat itu bukan dipoleskan pada tembok rumah, melainkan kijing dan pagar pemakaman desa.

Para pemuda ini dengan semangat bersama-sama menyapukan kuasan demi kuasan di bangunan pemakaman yang tak lazim dilakukan sebelumnya.

Merah jambu, ungu, toska, hijau muda, merah, kuning, hingga biru, lebih dari 10 jenis warna-warna cerah menghiasi Permakaman Dukuh Cangkring Malang ini.

"Kami campur sendiri catnya, jadi bisa menghasilkan banyak warna. Kalau beli warna baru kan mahal," ujar Joko sambil terkekeh.

Tak kurang selama seminggu penuh, mereka mewarnai satu per satu petak makam dengan cat campuran yang menghasilan warna-warna terang nan ceria. Bangunan permakaman yang berlumut pun berubah menjadi petakan penuh warna.

Bukan hanya bermain warna, Joko dan para pemuda lain yang turut dalam proyek pengerjaan ini menambahkan lampu penerangan di dalam dan sekitar jalan makam.

Kondisi makam warna-warni di malam hari diterangi sejumlah lampu neon yang terpasang.Karang Taruna RW 08 Dususn Puspan, Colomadu Kondisi makam warna-warni di malam hari diterangi sejumlah lampu neon yang terpasang.

Tak kurang, enam lampu neon terpasang dan siap menerangi area pemakaman di saat malam.

"Kalau malam di sini terang banget, enggak seram. Kalau sore banyak yang main di sini, anak- anak, pemuda," ujar Joko.

Dari area makam, sambil menjelaskan keadaan bangunan yang memakan lahan, sebuah ide keluar dari mulut Joko tentang hal lain yang akan ia lakukan untuk menghias makam ini.

"Kami malah ingin tambahkan lampu kelap-kelip di sini, biar semakin terang," tuturnya.

Selain itu, di permakaman ini tidak terdapat pohon-pohon besar juga rindang, sebagaimana biasa terdapat di area permakaman.

"Menurut saya yang bikin makam jadi angker itu pohon besarnya ya. Jadi sudah ditebang sekitar dua tahun lalu, sekarang hanya tersisa satu pohon duwet di sana," ucap Joko.

Tembok yang memagari dan mengarah ke permakaman pun tak luput dari rencana pengembangan makam oleh Joko dan teman-teman.

"Kalau ada sisa cat lagi, kami akan buat mural di tembok itu (menunjuk sisi utara), dan tembok-tembok ini (sederet tembok di sisi selatan)," ucapnya.

Alhasil, area permakaman di sebelah utara Tugu Mahkota, Surakarta ini terlihat tidak seram dengan pulasan warna-warni cat oplosan, juga bersih tanpa terhalang rimbunnya pepohonan.

Benar memang, di tengah kami berbincang, beberapa anak kecil, sekitar usia 6 tahun terlihat bermain sepeda masuk ke area makam sembari tertawa dan bercanda.

"Enggak ngapa-ngapain, sepedaan aja, main." jawab mereka polos sambil tertawa malu-malu saat ditanya mengapa bermain sepeda di sekitar pemakaman.

Tak jauh, ada pula seorang kakek yang tengah mengajari cucunya mengayuh sepeda di depan pintu gerbang pemakaman. Tak ada rasa khawatir yang terpancar dari raut muka mereka.

Masyarakat berkumpul di sekitar makam umum Dusun Puspen, Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah.Karang Taruna RW 08 Dusun Puspan, Colomadu Masyarakat berkumpul di sekitar makam umum Dusun Puspen, Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah.

Permakaman tak ubahnya area biasa yang terdapat di sekitar rumah mereka. Bukan tempat angker yang perlu ditakuti, bukan pula tempat kramat yang harus dijauhi.

"Wah harusnya datang ke sini pas sore hari, ramai di sini orang nongkrong, anak bermain,” ucapnya.

Tampaknya upaya Joko dan teman-teman karang taruna mengubah stigma makam yang menyeramkan menjadi tempat umum yang tidak masalah untuk didatangi, sudah berhasil.

Kesan angker sudah ditekan sedemikian rupa. Walaupun tak bisa dipungkiri rasa takut setiap orang datang dari pikirannya masing-masing. Sehingga stigma baru ini tidak bisa diserap oleh setiap orang.

Akan tetapi, setidaknya anak-anak tidak takut lagi bermain di area makam. Orangtua pun memberi izin untuk itu.

Disadari atau tidak, makam hanyalah petakan tanah berisi raga mati yang tak lagi memiliki singgungan dengan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Makam adalah bagian dari lingkungan di setiap masyarakat.

Kompas TV Makam sewu adalah tempat bersemayamnya Kanjeng Panembahan Bodho, murid Sunan Kalijaga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com