Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melalui YouTube, Jokowi Banggakan Perempuan-perempuan Tangguh Polewali Mandar

Kompas.com - 25/09/2018, 18:51 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo melalui akun YouTube-nya mengunggah sebuah video yang menggambarkan kegiatan ibu-ibu menenun kain untuk membantu perekonomian keluarga.

Menurut Jokowi, menenun lipa dan sa'be yang merupakan salah satu potensi Desa Tammangalle, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat yang coba dioptimalkan melalui program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Kegiatan ini dilakukan oleh ibu-ibu setempat untuk menambah pemasukan sembari menanti kepulangan sang suami dari pelayaran.

Posisi Tammangalle yang berada di pesisir laut membuat sebagian besar laki-lakinya bermata pencaharian sebagai nelayan. Hal itu membuat mereka harus pergi selama berbulan-bulan, meninggalkan anak istrinya di desa.

Salah satu penenun, Hasnah, mengaku suaminya dan laki-laki kampung pada umumnya, baru akan pulang setelah pergi melaut selama tiga hingga empat bulan lamanya.

“Jadi kalau suami pergi melaut, saya menenun di sini. Bantu-bantu suami supaya kita ada uang,” kata Hasnah.

Suami yang pamit hendak pergi melaut selama berbulan-bulan, di Desa Tammangalle, Polewali Mandar.Youtube Presiden Joko Widodo Suami yang pamit hendak pergi melaut selama berbulan-bulan, di Desa Tammangalle, Polewali Mandar.

Menurut kepala desa setempat, Husain Nawawi, di Kawassan Mandar hal ini disebut sebagai siwalipari.

"Nelayannya ini pergi melaut, perempuannya ini tinggal di kampung itu dengan menenun. Tenunan sutera, asli asal Mandar," ujar Husain.

Potensi ini lah yang kemudian coba dikembangkan oleh pemerintah desa melalui program Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes.

Ibu-ibu akan diberikan ruang atau sanggar khusus untuk mereka menenun. Kemudian, tenunan yang dihasilkan nantinya akan dikumpulkan dan dikemas secara menarik sehingga memiliki nilai jual yang lebih.

Selain dijual dalam bentuk kain, tenun yang dihasilkan masyarakat Tammangalle juga diproses menjadi baju siap pakai, salah satunya dalam bentuk kemeja.

Husein menjelaskan, para penenun ini harus didorong agar bisa lebih produktif. Dari hasil penjualan tenun, uang tambahan tentu akan masuk ke kantong mereka.

Jika hal ini terus berlangsung, kemandirian desa yang menjadi tujuan program BUMDes di Tammangalle niscaya dapat terwujud.

Seorang wanita di Tammangalle sedang menenun sutra khas Mandar.Youtube Presiden Joko Widodo Seorang wanita di Tammangalle sedang menenun sutra khas Mandar.

Penenun lain, bernama Darmawati, mengaku biasa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 100.000 - Rp 200.000 dari setiap menyetor hasil tenunan.

"Bantu suami, lah," ucapnya sambil tertawa.

Atas adanya program ini, masyarakat merasa terbantu. Uang yang mereka dapatkan bisa untuk menutup kebutuhan sehari-hari selama sang suami belum kembali dan membawa sejumlah uang.

"Untuk pembayaran listrik, jajan anak sehari-hari. Jadi itu senangnya kita kalau ada BUMDes, karena ditolong," ujar Hasnah.

BUMDes dapat diterapkan dalam berbagai bentuk usaha, disesuaikan dengan potensi dan kapasitas masyarakat masing-masing desa, selama dapat berjalan dan mewujudkan kemandirian ekonomi di desa yang bersangkutan.

Berdasarkan data yang disajikan dalam video, pada 2018 ini sudah terdapat lebih dari 39.000 BUMDes di seluruh Indonesia.

Dalam rilis yang diterbitkan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), capaian ini jauh melampaui ekspektasi yang ada.

"Selama lima tahun (2014-2019), dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) awalnya ditargetkan berdiri 5.000 BUMDes. Tapi nyatanya sekarang sudah terbentuk enam kali lipat," ujar Sekretaris Jenderal Kemendes PDTT, Anwar Sanusi sebagaimana tertulis dalam rilis.

Program ini berlandas pada Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan, dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.

Kompas TV Tidak hanya proses izin yang dilakukan secara online, peran digital juga sudah merambah ke sektor pertanian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com