Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2017, Wabah Kolera Babi Serang Pulau Flores, 10.000 Babi Mati

Kompas.com - 15/08/2018, 07:39 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Reni Susanti

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat, 10.000 ekor babi di Pulau Flores, mati akibat wabah kolera babi pada 2017 lalu.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Dani Suhadi mengatakan, akibat hama tersebut kerugian ekonomi mencapai Rp 2,5 milliar.

"Kerugian ini diderita oleh ribuan peternak kecil di NTT," ucap Dani kepada sejumlah wartawan di Kupang, Rabu (15/8/2018).

Menurut Dani, jika kolera tersebut menyerang babi, maka tidak ada obat untuk menyembuhkan dan 95 persen babi akan mati.

Baca juga: Jokowi Naik Trail Membonceng TGB Tengok Korban Gempa di Lombok Utara

Setelah hama babi tersebut menyerang, pihaknya kemudian melakukan pencegahan dengan memberikan vaksinasi.

"Jalan satu-satunya yakni dengan melakukan pencegahan melalui vaksinasi yang dilakukan secara rutin dan tentu dengan cara itu bisa mengatasi kolera babi," ucapnya.

Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Allaster Cox memuji keberhasilan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), karena bereaksi cepat dalam penanganan kolera babi.

Hal itu disampaikan Allaster, saat bertemu dengan Penjabat Gubernur NTT, Robert Simbolon, di Kantor Gubernur NTT, Selasa (14/8/2018) petang.

Allaster menyebut, penanganan kolera merupakan kerja sama Pemerintah Provinsi NTT dan program pembangunan Australia dalam penanganan wabah hog cholera.

Allaster mengutarakan apresiasinya pada kolaborasi antar pemangku kepentingan yang dipimpin pemerintah provinsi dalam usaha membasmi hog cholera.

Didukung Promoting Rural Income Trough Support for Markets in Agriculture (PRISMA), pemerintah Provinsi NTT bermitra dengan sektor swasta untuk menanggapi masalah dengan cepat.

Baca juga: Jadi Idola Baru, Rumah Pemain Timnas U-16 Bagas dan Bagus Ramai Dikunjungi Tamu

"PRISMA dan Pemerintah NTT serta para pelaku bisnis serta pasar ternak babi bekerja sama dalam pengembangan Provincial Road Map, yang diluncurkan April lalu, sebagai strategi untuk pencegahan dan pembasmian hog cholera," kata Allaster di kantor gubernur NTT.

Road Map ini, sambung dia, merupakan rangkaian langkah kolaboratif yang dipimpin pemerintah dan melaksanakan petunjuk pengujian hog cholera oleh ahli kesehatan ternak, pengembangan alur distribusi vaksin oleh perusahaan farmasi, hingga penerbitan surat tentang Kewaspadaan Penyakit Hewan Menular Strategis.

Sebagai hasilnya, wabah hog cholera serta penyebarannya ke daerah lain di provinsi, telah berhasil diperlambat dan dicegah.

“Saya kagum dengan cepatnya reaksi dari pemerintah provinsi dalam merespon pada ancaman wabah hog cholera," katanya.

Kepemimpinan pemerintah provinsi, sambung dia, dinilai berhasil mengumpulkan sektor swasta dan mitra pembangunan menjadi usaha yang terkoordinasi untuk mengatasi wabah ini secara efektif.

Baca juga: Satu Keluarga di Makassar Tewas Dibakar oleh Kartel Narkoba

 

"Sekarang waktunya untuk pemulihan dan pengembangan industri ternak babi yang dapat memberikan manfaat pada ribuan peternak kecil di NTT," tegas Cox.

Sejak 2015, PRISMA bekerja dengan pemerintah lokal dan perusahaan bidang peternakan untuk mendorong produktivitas dan peningkatan pendapatan peternak babi, lewat pengenalan pakan ternak dan praktis beternak yang lebih baik.

Hingga kini, PRISMA telah membantu lebih dari 67.999 peternak kecil di 17 kabupaten NTT, dengan total jumlah peningkatan pendapatan sebesar Rp 747 miliar.

Sementara itu, Penjabat Gubernur NTT Robert Simbolon berterima kasih atas dukungan PRISMA dan Pemerintah Australia.

“Kami berterima kasih untuk komitmen yang ditunjukkan oleh seluruh pihak, terutama PRISMA dan Pemerintah Australia untuk dukungan yang telah diberikan," ucapnya.

"Bersama, kita dapat meningkatkan produktivitas untuk memenuhi permintaan daging babi, dan juga mendorong NTT sebagai salah satu provinsi penghasil ternak babi terbesar di Indonesia,” jelas Simbolon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com