Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPB Imbau Tidak Donasi Susu Formula bagi Bayi dan Anak Korban Gempa Lombok

Kompas.com - 12/08/2018, 11:39 WIB
Karnia Septia,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyakat tidak mendonasikan susu formula untuk para pengungsi usia bayi dan anak korban gempa di Lombok, NTB. Bayi dan anak termasuk kelompok paling rentan, selain ibu hamil, lansia dan penyandang disabilitas dalam kelompok para pengungsi

"Mereka perlu mendapatkan perlakuan khusus karena rentan selama di pengungsian," kata  Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis, Minggu (12/8/2018).

UNICEF dan WHO telah mengingatkan bahaya pemberian susu formula di pengungsian. Banyak kasus saat terjadi bencana di dunia, pemberian susu formula kepada balita dan anak-anak justru memperparah kondisi penderita sakit, bahkan berujung pada kematian.

Baca juga: 69 Ton Bantuan dari Jawa Tengah untuk Korban Gempa Lombok

Di Indonesia, kasus pascabencana gempa di Bantul, Yogyakarta, hendaklah dijadikan pelajaran. Pemberian susu formula kala itu justru meningkatkan terjadinya diare pada anak di bawah usia dua tahun. Sebanyak 25 persen dari penderita itu ternyata meminum susu formula.

"Karena itu, masyarakat/lembaga/relawan tanggap gempa dihimbau tidak menyalurkan donasi susu formula dan produk bayi lainnya seperti botol, dot, empeng tanpa persetujuan dari Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota setempat. Ibu yang menyusui anaknya harus diberikan dukungan dan bantuan praktis untuk meneruskan menyusui. Mereka tidak boleh sembarang diberikan bantuan susu formula dan susu bubuk," tulis Sutopo.

Ia mengatakan, pemberian bantuan berupa makanan untuk bayi dan balita tidak dapat dilakukan sembarangan di pengungsian. Ibu dan bayi yang masih menyusui harus mendapat perhatian. Air susu ibu tidak bisa digantikan dengan susu formula.

Baca juga: Tanggap Darurat Gempa Lombok Diperpanjang

Terbatasnya sarana untuk penyiapan susu formula, seperti air bersih, alat memasak, botol steril dan lainnya membuat pemberian susu formula tidak disarankan.

Sarana yang terbatas telah menyebabkan munculnya kasus-kasus penyakit diare di kalangan bayi usia di bawah enam bulan yang menerima bantuan susu formula. Jumlah kasusnya bisa mencapai dua kali lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak menerima bantuan itu.

Dalam beberapa pengalaman saat terjadi bencana, apalagi skala bencananya besar yang menyebabkan banyak pengungsi pada saat tanggap darurat bencana, susu formula dan susu bubuk merupakan bantuan umum yang diberikan. Sayangnya, produk-produk tersebut seringkali dibagikan tanpa kajian dan pemantauan yang baik sehingga dikonsumsi oleh bayi dan anak-anak yang seharusnya masih perlu disusui.

Namun dalam kondisi tertentu ada pengecualian. Jika ada bayi yang tidak bisa disusui, bayi tersebut harus diberikan susu formula tetapi perlengkapan untuk menyiapkan susu tersebut harus diawasi ketat oleh tim dokter dan kondisi kesehatan bayi harus dimonitor.

Dampak gempa bumi 7 skala Richter yang diikuti ratusan gempa susulan telah meluluhlantakkan Lombok. Data korban akibat gempa terus bertambah. Sedikitnya 387.067 orang mengungsi di ribuan titik.

Pengungsi yang tersebar di sejumlah tempat Kabupaten Lombok Utara tercatat 198.846 orang, Kota Mataram 20.343 orang, Lombok Barat 91.372 orang, dan Lombok Timur 76.506 orang. Dari 387.067 jiwa pengungsi tersebut terdapat bayi dan anak-anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com