Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekerasan Marak di Sekolah, gara-gara Guru Tak Dipanggil "Pak" hingga Telat Ikut Ekskul Agama

Kompas.com - 31/07/2018, 13:46 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat bahwa pada trimester pertama tahun 2018, kekerasan yang dialami anak di sekolah di Indonesia mencapai 72 persen.

Presiden RI Joko Widodo mengaku merasa prihatin atas maraknya kekerasan fisik atau seksual terhadap anak didik di Indonesia. Kekerasan dan eksploitasi anak di sekolah bisa dicegah dengan pembangunan karakter manusia. 

"Memang pembangunan karakter bangsa, pembangunan karakter manusia, pembangunan sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting dalam menjaga itu," kata Jokowi setelah meninjau embung Desa Oelolot, Rote Ndao, NTT, pada 9 Januari 2018.

Presiden mengatakan, masalah anak merupakan tanggung jawab sejumlah elemen, mulai dari orangtua, sekolah, hingga masyarakat.

Berikut ini sejumlah catatan kasus kekerasan pada anak di sekolah di sejumlah daerah.

 

IlustrasiShutterstock Ilustrasi
1. Hukuman "squat jump" di ekskul agama

HDA, seorang siswi kelas XI di SMAN 1 Gondang, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, mengalami cedera syaraf tulang belakang setelah dihukum melakukan squat jump di sekolah.

Korban yang merupakan santriwati di Pondok pesantren Al-Ghoits di Desa Kedegan, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, tersebut menerima hukuman melakukan squat jump sebanyak 120 kali saat mengikuti kegiatan di sekolahnya.

Dia dihukum karena terlambat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI).

 

Setelah menjalankan hukuman itu, HDA tidak bisa berjalan dan berpotensi mengalami kelumpuhan. Untuk menggerakkan kaki dan memiringkan badan, dia harus dibantu orang lain.

Baca selengkapnya:

Dihukum Squat Jump di Sekolah, Siswi SMA Cedera hingga Tak Bisa Bergerak

Siswi SMA Tak Bisa Bergerak karena Dihukum Squat Jump, Sang Ayah Pasrah

Sekolah Tak Tahu, Hukuman Squat Jump Disepakati Senior dan Junior di Grup WA

 

Ilustrasi.Shutterstock Ilustrasi.

2. Duel antar-siswa di Cimahi

Dua pelajar di sekolah dasar di Cimahi, Garut, terlibat perkelahian. Perkelahian dipicu karena salah satu siswa menyembunyikan salah satu buku pelajaran milik pelaku.

Pelaku tidak terima dan usai pulang sekolah, kedua siswa terlibat perkelahian. Saat itu, pelaku kalah dan spontan mengambil gunting di dalam tasnya. Gunting tersebut digunakan untuk menyerang korban hingga terluka.

"Korban langsung dirujuk ke RSU dr Slamet setelah mendapat pertolongan pertama di Puskesmas," kata Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna, Selasa (24/7/2018).

Namun, pada hari Minggu (22/7/2018) siang, korban dinyatakan meninggal dunia.

"Korban dan pelaku masih ada hubungan keluarga. Jadi orangtua korban dan orangtua pelaku masih saudara sepupu," kata Budi.

Baca selengkapnya: Berawal dari Kehilangan Buku, Siswa SD di Garut Duel, Satu Tewas

 

 

Tangkapan layar oknum guru memberi sanksi muridnya di sebuah sekolah di Purwokerto Tangkapan layar oknum guru memberi sanksi muridnya di sebuah sekolah di Purwokerto

3. Guru menampar siswa SMK di Purwokerto

Satu dari sembilan siswa yang ditampar oknum guru di SMK Kesatrian, Purwokerto, Jawa Tengah, masih trauma. Siswa tersebut mengaku masih takut untuk masuk sekolah.

Dalam video amatir, seperti dilansir dari Tribunnews, 21 April 2018, oknum guru berinisial LS terekam menampar sejumlah siswanya.

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Korban Kekerasan berbasis Gender dan Anak (PPT PKBGA) Kabupaten Banyumas, Triwuryaningsih, mengatakan, LS dengan sadar meminta orang lain untuk merekam aksi tak terpujinya tersebut. Tri menduga LS mengalami masalah kepribadian.

 

 

Potongan gambar video yang diduga tindak kekerasan guru terhadap siswa di Pangkal Pinang.kompas.com/heru dahnur Potongan gambar video yang diduga tindak kekerasan guru terhadap siswa di Pangkal Pinang.

4. Guru kesal karena tak dipanggil "Pak"

Sebuah video berdurasi 37 detik memperlihatkan seorang oknum guru sedang memukuli dua siswanya secara bergantian di dalam kelas.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa aksi kekerasan tersebut dilakukan oknum guru terhadap siswa di SMPN 10 Pangkal Pinang, Bangka Belitung.

Kekerasan dialami siswa berinisial RHP yang saat itu duduk di kelas 8 dan oknum guru diketahui bernama Mu'in, terjadi pada pada 11 Oktober 2017.

Dalam keterangan resmi KPAI menjelaskan, kejadian tersebut bermula ketika RHP dengan sengaja mengejek guru tersebut, dengan langsung memangil nama tanpa menggunakan sapaan 'Pak'. Perilaku RHP dianggap tidak sopan oleh Mu'in dan berujung dengan penganiayaan.

 

 

Ilustrasi traumaake1150sb Ilustrasi trauma

5. Siswi SMP di-bully 4 teman sekolah

Seorang siswi SMP 6 Muhammadiyah Krian Sidoarjo pada bulan Oktober 2017 mengalami bullying oleh teman sekolahnya. Pengalaman itu membuatnya trauma hingga enggan untuk melanjutkan sekolah dan minta pindah rumah.

Baca Juga: Siswa SD Korban Kekerasan di Sekolah Berasal dari Keluarga Kurang Mampu

Pelakunya terdiri dari empat orang, semuanya siswa SMP. Dari informasi yang diperoleh, aksi kekerasan tersebut terjadi di lahan kosong dekat pabrik kaca Desa Tanjungsari, Kecamatan Taman.

 

Sumber: Kompas.com (Ari Maulana Karang, Achmad Faizal, Moh. Nadlir, Ambaranie Nadia Kemala Movanita)/Tribunnews

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com