Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warti, Nenek yang Bertahan Hidup dengan Berjualan Obat Nyamuk di Trotoar

Kompas.com - 20/04/2018, 20:09 WIB
Muhlis Al Alawi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Kompas TV Hal ini dilakukan untuk melestarikan budaya seni Rampak Bambu.

Belasan obat nyamuk bakar merk Baygon sudah dimasukkan di ember bekas yang dibungkus karung di rumah mungilnya yang memanjang. Bentuk rumah Warti, bagian depan memanjang menyerupai lorong dengan ukuran lebar sekitar dua meter dengan panjang sekitar sepuluh meter. Sementara di bagian belakang rumahnya terdiri dari kamar tempat tidur, dua kamar mandi dan dapur.

Di dalam rumahnya dijumpai banyak bekas kardus, dan sejumlah kayu bakar, dan bungkus rokok. Tak ada televisi dan perabot mewah di rumah mungil sang nenek. Hanya ada kursi, kipas angin lusuh dan tempat tidur beralas tikar plastik.

Warti bercerita, rumahnya dibangun dengan menjual sebagian besar tanah miliknya. Saat ini, rumah mungilnya berhimpitan langsung dengan orang yang membeli tanahnya.

"Dulu rumah saya lumayan luas. Lalu sebagian tanahnya saya jual untuk membangun rumah yang saya tempati saat ini," kata Warti.

Ditanya suami dan anak, Warti mengaku sudah tidak memilikinya. Ia mengaku, suaminya dahulu tukang becak dan meninggalkan dirinya.

Lantaran peristiwa itu, Warti enggan menyebut nama suaminya. Ia juga tidak memiliki anak selama berumah tangga dengan mantan suaminya itu.

Ditemani foto

Sebagai pengobat kesepiannya, Warti selalu meminta foto orang yang datang ke rumah atau lapak jualannya. Hal itu terlihat beberapa foto bersama antara dirinya dan tamu itu dibungkus plastik bening diikat di paku yang ditancapkan pada salah satu tembok rumahnya.

Meski sering mendapatkan bantuan, Warti jarang menikmatinya. Barang-barang bantuan dari orang yang diserahkan kepadanya kerap dicuri meski sudah ia simpan di dalam rumahnya.

"Barang-barang dan bantuan yang diberi orang sering dicuri sama maling saat saya berjualan. Padahal pintu rumah sudah saya tutup dan kunci," ungkap Warti.

Baca juga : Pesan untuk Perempuan: Jangan Buru-buru Nikah dan Berani Aktualisasikan Diri

Hidup Warti yang sebatangkara membuatnya kerap merasa kesepian. Kerabatnya yang berada di Ponorogo pun tidak pernah menengoknya.

Meski hidup sebatangkara, Warti tak pernah menyerah untuk terus bertahan menyambung hidup dengan hanya berjualan obat nyamuk bakar. Tak lupa ia selalu berdoa agar Sang Pencipta memberi umur panjang dan kesehatan.

"Mugi gusti paringan terus kulo sehat (semogo Tuhan selalu memberikan kesehatan)," harap nenek Warti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com