Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesan untuk Perempuan: Jangan Buru-buru Nikah dan Berani Aktualisasikan Diri

Kompas.com - 20/04/2018, 16:52 WIB
Markus Yuwono,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Belajar dari sosok Kartini, perempuan Indonesia diharapkan berani untuk belajar dan mengembangkan diri demi kemajuan keluarga dan negara. Perempuan pun didorong untuk lebih berani tampil di ranah publik.

Hal itu disampaikan Permaisuri Raja Keraton Ngayogyokarto Hadingrat GKR Hemas dan Bupati Gunungkidul Badingah. Keduanya adalah perempuan asal Yogyakarta yang memutuskan terjun ke dunia politik.

GKR Hemas turun gelanggang politik melalui DPD selama dua periode, sedangkan Badingah dua kali duduk sebagai Bupati dan satu kali menjadi Wakil Bupati.

Menurut GKR Hemas, peringatan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April memberi contoh tentang keberanian sosok Kartini untuk menolak waktu dilamar. Penolakan itu menunjukkan bahwa Kartini sudah mengetahui dirinya belum siap dari sisi kesehatan reproduksi.

(Baca juga: Kisah Huang Hua, Mantan Rival Susi Susanti dari China yang Memutuskan Jadi WNI (2))

Selain itu, meski akhirnya menikah dengan Adipati Djojoadiningrat yang saat itu sudah punya tiga istri, Kartini pun tidak pernah mengganggu privasi suaminya yang sudah beristri.

"Kalau menurut saya, Kartini ini diperingati dimaknai bagaimana ketokohan Kartini seperti apa, misalnya dia menolak waktu dilamar. Ke depan, wanita itu jangan buru-buru menikah terlebih dahululah. Kedua tidak mau mengganggu privasi calon suaminya yang sudah menikah. Beliau berpikir saya (Kartini) masih punya kesempatan bersekolah," katanya di sela peringatan Hari Kartini di Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul, Yogyakarta, Jumat (20/4/2018).

Terjun ke politik

RA Kartini merupakan anak tertua dari Bupati Jepara Mas Adipati Ario Sosroningrat dan MA Ngasirah yang lahir 21 April 1879. Sebagai anak seorang tokoh, dia akhirnya bisa sekolah sampai tingkat Europese Lagere School (ELS).

Bahkan dia sempat mengenyam bangku pendidikan, meski harus selesai di usia muda karena harus dipingit. Karena memahami bahasa Belanda, dia pun bisa memelajari buku-buku bagus saat itu hingga menulis surat kepada teman-temannya di Belanda.

Kartini meninggal dunia pada 17 September 1904 setelah melahirkan putranya yang bernama Soesalit Djojoadhiningrat pada tanggal 13 September 1904. Kartini sempat mendirikan beberapa sekolah untuk anak perempuan setelah menikah.

"Dia (Kartini) memberikan banyak hal untuk memberikan tiga inspirasi, yaitu umur perkawinan, tidak menikah lebih muda, dan juga mengawali masuk ke dalam pendidikan. Dia memikirkan belum semua masyarakat terpelajar," katanya.

(Baca juga: Pelajar SMP dan Pacarnya Batal Menikah Pekan Ini Gara-gara Camat)

GKR Hemas mendorong perempuan untuk aktif terjun ke dunia politik, apalagi di momen tahun politik.

"Di tahun politik, memaknai Kartini harus lebih (dalam). Itu berarti mereka harus sudah punya kemauan harus untuk bisa masuk ke dunia politik. (Sudah banyak perempuan) duduk di DPR walaupun kita lihat saja ada beberapa yang ditangkap, tetapi misalnya cukup banyak yang sudah maju sebagai kepala daerah. Ruang itu ada, ruang itu sudah diambil," ungkapnya.

Sementara itu, Bupati Badingah mengatakan, perempuan harus berani meningkatkan kualitas diri, baik dalam konteks keluarga maupun di tengah pergaulan.

"Kami kepengen sekali kualitas itu perlu ditingkatkan. Yang pertama, kualitas di dalam rumah tangga, bagaimana di dalam membina satu keluarga dan mendidik anak itu, tanggung jawab besar sebagai seorang ibu. Selain itu, bisa mengaktualisasikan diri di ranah publik. Kalau tidak, kita akan ketinggalan," tuturnya.

Dia mengakui, meski terjun di ranah politik, namun tidak mengganggu peran ibu walaupun anaknya sudah dewasa dan memiliki cucu, tetapi tidak mengganggu perannya sebagai ibu, dan peran sebagai nenek.

"Tidak terganggu kok," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com