Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Long Weekend" Selama Imlek di Medan, Yuk Mampir ke 5 Tempat Ini

Kompas.com - 15/02/2018, 15:51 WIB
Caroline Damanik

Editor

MEDAN, KOMPAS.com - Hari Raya Imlek yang jatuh pada hari Jumat (16/2/2018) membuat warga memiliki akhir pekan yang lebih panjang.
 
Untuk Anda sedang berada di Medan, Sumatera Utara, atau sengaja berlibur ke salah satu kota besar di Indonesia ini, long weekend ini bisa dimanfaatkan untuk mengunjungi sejumlah tempat atau mencoba kuliner khas.
 
Berikut ini 5 hal yang bisa Anda kunjungi atau coba pada long weekend kali ini?
 
 
Aktivitas pemasangan ornamen lampion dan Pohon Mei Hua (Pohon Doa) di Maha Vihara Maitreya di Jl. Cemara Baulevard Utara No.8 Komplek Perumahan Cemara Asri, Medan. TRIBUNMEDAN.COM/Victory Aktivitas pemasangan ornamen lampion dan Pohon Mei Hua (Pohon Doa) di Maha Vihara Maitreya di Jl. Cemara Baulevard Utara No.8 Komplek Perumahan Cemara Asri, Medan.
 
1. Maha Vihara Maitreya
 
Maha Vihara Maitreya adalah salah satu wihara terbesar di Asia Tenggara. Wihara yang dibangun pada tahun 1999 ini memiliki luas tapak 96 meter x 122 meter.

Wihara ini berada di dalam kompleks Perumahan Cemara Asri, Jl Boulevard Utara, Medan dan terbuka untuk semua kalangan agama dan usia. Namun, pengunjung diminta untuk menjaga kebersihan dan tidak ribut jika ada yang sedang sembahyang.
 
Wihara ini terdiri dari tiga gedung utama, yaitu Baktisala Umum, Baktisala Maitreya dan balai pertemuan. Total, daya tampungnya bisa mencapai 6.000 orang.
 
Di ruang utama di dalam wihara, interior megah dan patung Budha berbalut warna emas sangat memukau.
 

Sementara itu, di sisi kanan gedung utama adalah arena permainan anak-anak yang dilengkapi ayunan hingga jungkat-jungkit dan di belakang wihara ada taman tempat pengunjung bisa duduk sambil memandangi taman yang asri dan ikan-ikan di kolam.

Kompleks wihara ini juga dilengkapi restoran vegetarian dan toko suvenir. Pengunjung bisa membeli batu giok hingga aneka patung Budha untuk kenang-kenangan.

 
Karena tahun ini adalah Tahun Anjing Tanah 2569, kegiatan perayaan imlek yang berlangsung selama 16 hari di wihara ini akan bertemakan anjing. Dalam berbagai acara akan ada roadshow yang melibatkan anjing-anjing terlatih.
 
 
 
Inilah rumah Tjong A Fie, Majoor der Chineezen atau walikota pertama untuk komunitas China di Kota MedanKOMPAS.com/Mei Leandha Inilah rumah Tjong A Fie, Majoor der Chineezen atau walikota pertama untuk komunitas China di Kota Medan
 
2. Rumah Tjong A Fie

Lokasi kediaman Tjong A Fie ini menjadi salah satu tempat wisata yang harus dikunjungi ketika berkunjung ke Medan. Lokasinya berada di Jalan Jendral Ahmad Yani No.105, Kesawan.

Tjong A Fie adalah seorang saudagar kaya raya yang tinggal di Medan sejak tahun 1875.

Dia dikenal sebagai seorang pekerja keras, namun dermawan dan berbudi luhur. Pengaruhnya sangat luas.

Seperti dikutip dari Tribun Medan, perannya menjaga harmonisasi hubungan antara pemerintah Hindia Belanda, Kesultanan Deli dan masyarakat Medan hingga kekaisaran China sangat penting dan menjadi sejarah tentang Kota Medan yang dulu bernama Deli.

Kediamannya lalu dibuka untuk umum pada tahun 2009.

 
(Baca juga: "Enggak Nyangka Pak Jokowi Mau Datang ke Pernikahan Anak Saya...")

Di dalam rumah ini, pengunjung bisa melihat sejarah kehidupan Tjong A Fie melalui foto-foto, dari kegiatannya hingga momen pribadi, seperti perayaan ulang tahun dan pernikahan.

Ada pula koleksi lukisan hingga perabotan rumah yang bisa mengenalkan budaya dan sejarah Melayu dan Tionghoa di Medan kepada para pengunjung.

Rumah tersebut sangat klasik dengan desain gaya arstitektur Tionghoa, Eropa, Melayu dan art-deco. Tempat ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya.

Pengunjung cukup membayar Rp 35.000 per orang untuk bisa berkeliling di rumah ini. Besaran ini termasuk biaya untuk tour guide.

Jika sudah sampai di Rumah Tjong A Fie, pengunjung bisa menghabiskan beberapa jam berikutnya untuk berjalan-jalan santai di kawasan Kesawan.

Gedung-gedung tua di kawasan ini pernah berjaya pada masanya. Kini, beberapa bangunan dimanfaatkan sebagai toko dan restoran. Salah satu restoran yang legendaris juga di kawasan ini bernama Tip-Top.

 
 
 
Gerabah dan tembikar hasil penggalian di Situs Kota Cina di kawasan Paluh Besar, Jalan Kota Cina, Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan TRIBUN MEDAN / ABUL MUAMAR Gerabah dan tembikar hasil penggalian di Situs Kota Cina di kawasan Paluh Besar, Jalan Kota Cina, Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan

3. Museum Situs Kota Cina Medan

Museum ini berada di Jalan Kota Cina No. 65 di Kelurahan Payah Pasir, Medan Marelan.

Layaknya berkunjung ke museum, para pengunjung akan menemukan koleksi benda peninggalan masyarakat China di Medan sejak abad 12, seperti keramik, koin kuno, batu giok, hingga patung.

Di dalam museum ini juga ada dua nisan peninggalan masa itu yang dipajang bersama makam. Tentu saja, makan itu bukan sungguhan.

Untuk bisa melihat-lihat di museum yang sudah ada sejak tahun 1970 ini, pengunjung harus membayar Rp 5.000 per orang.

 
 
 
 
Suasana kuliner pecinan di Jalan Semarang, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (25/1/2014). Kawasan Jalan Semarang yang siang hari merupakan pusat penjualan onderdil kendaraan, pada malam hari menjadi kawasan wisata kuliner. Ini sudah berlangsung sejak era 1960-an.KOMPAS/AUFRIDA WISMI WARASTRI Suasana kuliner pecinan di Jalan Semarang, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (25/1/2014). Kawasan Jalan Semarang yang siang hari merupakan pusat penjualan onderdil kendaraan, pada malam hari menjadi kawasan wisata kuliner. Ini sudah berlangsung sejak era 1960-an.

4. Kawasan kuliner di pecinan Medan

Tak lengkap rasanya ke Medan tanpa icip-icip di kawasan Pecinan Medan di Jalan Semarang. Tentu saja pada malam hari.

Di kawasan ini, pengunjung bisa mencoba berbagai menu khas Tionghoa, mulai dari nasi bebek hainan, beragam mi dan bihun, bebek peking, kodok, kerang, hingga liang teh dan minuman soda khas Sumatera Utara, Badak.

Jalan Semarang sudah eksis sejak tahun 1960-an. Tadinya, kawasan kuliner tumbuh di Jalan Surabaya mulai tahun 1930 lalu bergeser karena kawasan Jalan Surabaya kemudian dikenal sebagai pusat perbelanjaan elite.

Seperti dikutip dari Kompas, pakar kuliner William Wongso bahkan pernah mengatakan, meskipun kuliner jalanan, rasa kuliner Medan seperti kuliner hotel berbintang.

 
 
 
Zainal Abidin (baju merah) alias Ucok pemilik usaha Durian Ucok di Kota Medan, Sumatera Utara, sedang memilihkan durian pesanan pelanggan, Kamis (25/8/2016)KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES Zainal Abidin (baju merah) alias Ucok pemilik usaha Durian Ucok di Kota Medan, Sumatera Utara, sedang memilihkan durian pesanan pelanggan, Kamis (25/8/2016)

5. Kedai makan durian

Tak lengkap rasanya jika tak makan durian saat liburan di Medan. Apalagi, tren makan durian di kota ini sudah naik kelas. Durian bisa dimakan di tempat keren.
 
Kedai Ucok Durian di Jalan KH Wahid Hasyim masih kerap diserbu jika bicara soal durian di Medan.
 
Namun, kini tempat nongkrong sekaligus makan durian di medan sekarang sudah menjamur. Di kawasan Jalan Sultan Iskandar Muda salah satunya.
 
 
Meski tidak semua, sebagian besar kedai makan durian ini pun biasanya buka selama 24 jam. Mereka juga menyediakan packaging untuk durian yang ingin dibawa melintas kota dan pulau dengan pesawat.
 
Durian dibanderol dengan harga mulai dari Rp 40.000 per buah. Sementara itu, paket kemasan dihargai antara Rp 100.000 hingga 500.000.
 
 
 
Kompas TV Apa yang membuat dia suka dengan durian dan Indonesia?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com