Komunitas Batak Solo Tampilkan Tarian Tortor Mengayubagyo Ngunduh Mantu Putri Presiden

SOLO, KOMPAS.com — Komunitas Batak Solo menampilkan tarian adat Batak atau yang biasa disebut monortor alias tari tortor dalam acara hari bebas kendaraan bermotor di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, Minggu (26/11/2017).

Dari pengamatan Kompas.com, ada sekitar 10 orang yang menarikan tarian adat Batak Sumatera Utara itu. Mereka memakai pakaian tradisional adat Batak berupa sortali dan ulos. Mereka menari dengan mengikuti irama musik.

Tarian itu mengundang perhatian warga. Warga yang penasaran pun mendekat. Beberapa di antara mereka mengeluarkan ponsel untuk mengabadikan penampilan tari tortor.

Koordinator acara, Lusiana Gultom, mengungkapkan, tarian itu mereka tampilkan dalam arena bebas kendaraan bermotor di Jalan Slamet Riyadi Solo sebagai ungkapan suka cita (mangayubagyo) atas pernikahan ngunduh mantu putri Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kahiyang Ayu Siregar dengan Muhammad Bobby Afif Nasution, di Medan.

Dia menjelaskan, tortor adalah jenis tarian purba dari Batak Toba yang berasal dari Sumatera Utara. Tarian tortor ini sering ditampilkan dalam sebuah pesta pernikahan beradat Batak.

Baca juga: Semangat Menari Tortor, Anak Tunagrahita Dapat Sepeda dari Djarot

"Budaya kami (orang Batak) itu bermacam-macam. Ada Batak Toba, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Simalungun, dan Batak Pakpak. Semua tadi kita rangkai dalam satu tarian," beber Lusiana.

Lusiana menerangkan, para penari tortor tersebut berasal dari marga yang berbeda-beda. Ada marga Hutapea, Marpaung, Girsang, Gultom, Sitompul, dan lainnya. "Kami persiapan tiga minggu," kata dia.

Di samping ungkapan suka cita pernikahan ngunduh mantu putri Presiden Jokowi, kata Luasiana, tarian tortor tersebut juga bertujuan untuk mengenalkan budaya Batak terhadap warga di Solo.

Salah seorang penari tortor, Hilari Simanjuntak, mengaku senang bisa ikut dilibatkan dalam acara mangayubagyo pernikahan ngunduh mantu putri Presiden Jokowi dengan menampilkan tarian adat Batak tersebut di Solo.

"Kami latihan dari seminggu lalu bersama teman-teman lain yang ikut menari di sini," ujar  mahasiswi Fakultas Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Solo.

Dia pun berharap pernikahan dua suku berbeda antara Kahiyang dengan Bobby (Jawa dan Batak) bisa meningkatkan toleransi antar suku yang ada di Indonesia.