Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret Guru Zaman "Now", Pagi Mengajar Siang Jadi Penyiar

Kompas.com - 25/11/2017, 12:42 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com — Seorang gadis cantik berhijab tengah bercuap-cuap di depan microfon kabin siar Radio Rasika di Jalan Semarangka 7 Ungaran, Kabupaten Semarang, Jumat (24/11/2017) siang.

Di depannya ada dua layar komputer dan sebuah mixer. Tangan kanannya memegang mouse sementara tangan kirinya memainkan beberapa tombol mixer untuk mengatur fide in dan fide out antara lagu, iklan, dan coment.

Saat bersiaran, ia masih memakai seragam guru batik PGRI warna putih. Suaranya cukup renyah dan tawanya sesekali pecah sehingga acara Nglaras Sari yang ia bawakan selau dinanti-nanti oleh para pendengar.

Gadis itu namanya Andien Asyifa (26). Sudah dua tahun ia menjalani dua profesi sekaligus, sebagai guru sekolah dasar (SD) di SD Negeri Gedanganak 3 dan menjadi penyiar radio.

Nama aslinya adalah Yuliandini Nur Rahmah, warga Karanganyar, Kelurahan Ungaran, Kecamatan Ungaran Barat sedangkan Andien Asyifa adalah nama udaranya.

Baca juga : Peringatan Hari Guru Kali Ini Tanpa Hura-hura

"Saya siaran sejak tahun 2012, awalnya dari ajang Rasika Idol. Kemudian saya ambil kuliah di Universitas Terbuka (UT) mengambil jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD),” kata Andien.

Ia menuturkan melakoni dua profesi yang berbeda membutuhkah disiplin yang tinggi. Setiap hari anak pertama dari tiga bersaudara ini harus menjalani jadwal yang ketat.

Senin sampai Sabtu mulai pukul 07.00 wib sampai 10.45 wib ia mengajar di sekolah. Selesai mengajar, ia mengerjakan administrasi sekolah sampai jam 12.30 wib.

Kemudian tepat pukul 13.00 wib, ia harus sudah sampai di studio Radio Rasika. Para pendengar sudah menantikannya membawakan acara Nglasas Sari, acara hiburan pelepas penat dengan lagu-lagu Campursari dan langgam Jawa.

Baca juga : Guru Diajak Ubah Sikap dan Mental dalam Mendidik Siswa

Acara itu ia bawakan sampai pukul 15.00 wib. Setelah itu selama satu jam berikutnya ia beralih ke acara Kelana Kota Sore, sebuah acara menyajikan panduan dan informasi kondisi lalu lintas bagi para pengendara di jam kepulangan kantor.

"Saya mengajar di kelas dua, siangnya siaran. Makanya seringnya masih pakai seragam guru kalau siaran, tapi manajemen bisa memaklumi," ujarnya.

Bagaimana cara Andien membagi waktu? ia mengatakan, kuncinya adalah harus disiplin dan jangan pernah meremehkan setiap tugas yang diberikan. Dengan demikian kedua profesi itu sukses ia jalani. "Sehingga bisa balance," tandasnya.

Andien adalah potret genarasi now yang optimistis dalam memandang masa depan, ia yakin masih bisa menjalani profesi ganda ini tanpa saling ada yang dirugikan. Justru malah sebaliknya, keduaya profesi ini saling melengkapi.

Baca juga : Kabupaten Semarang Kekurangan 1.350 Guru SD dan SMP

Lantaran para guru lainnya mengetahui Andien adalah seorang penyiar, maka dia sering didapuk oleh sekolah atau Dinas Pendidikan untuk menjadi Master Of Ceremony (MS) setiap ada kegiatan di sekolah atau dilingkungan UPTD Dinas Pendidikan.

"Tadi juga habis Nge-MC acara lomba gugus UPTD Ungaran Timur," jelasnya.

Menjadi guru dan penyiar adalah profesi yang berbeda, jika harus memilih mana yang menjadi prioritas, Andien mengaku sulit menjawabnya. Sebab menjadi guru adalah cita-citanya sejak kecil, sedangkan siaran di radio adalah passion nya.

"Senyum anak-anak didik saya itu selalu saya kangeni setiap hari. Tapi siaran juga sudah passion saya, jadi sama-sama sulit," jelasnya.

Andien yang saat ini masih berstatus Guru Tidak Tetap (GTT) tidak pernah mempermasalahkan honornya yang kecil. Baginya mengajar adalah ibadah, sehingga profesi ini ia jalani dengan sepenuh hati dan berapapun honor yang ia terima selalu disyukuri.

Demikian juga dengan siaran di radio, ia menghibur banyak orang dan membantu pengguna jalan dengan memberikan informasi tentang lalu lintas di jalan merupakan kepuasan batin tersendiri.

"Saya enjoy menjalani keduanya. Meninggalkan kelas sama beratnya dengan meningalkan kabin siar," ucapnya.

Tepat pada Hari Guru 25 November 2017 ini, ia punya harapan khusus kepada pemerintah. Ia berharap pemerintah memberikan perhatian semaksimal mungkin terhadap dunia pendidikan, khusususnya pendidikan dasar. Karena pendidikan dasar merupakan ujung tombak bagi lahirnya generasi dan pemimpin-pemimpin bangsa di masa yang akan datang.

Sedangkan bagi teman-teman seprofesinya, ia berharap agar agar peringatan hari guru ini menjadi momentum untuk berbenah dan meningkatan kualitas serta kapasitas diri.

"Harapan saya bagi teman-teman guru se Indonesia agar lebih kreatif dan inovatif, untuk menjadikan siswa-siswanya berkarakter. Sekarang yang hilang adalah pendidikan berkarakter, sehingga banyak koruptor," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com