BANDUNG, KOMPAS.com - Survei terbaru yang dilakukan oleh Indocon memperlihatkan bahwa elektabilitas Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi melampaui Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar.
Berdasarkan survei yang dilakukan pada akhir Oktober 2017, elektabilitas Dedi Mulyadi mencapai 15,3 persen. Sedangkan Deddy Mizwar tercatat sebesar 11,9 persen. Adapun, pemuncak dalam survei ini adalah Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang mendapat 34,6 persen.
Hasil survei Indocon ini serupa dengan survei yang dilakukan Indo Barometer beberapa waktu lalu. Lalu apa yang menyebabkan elektabilitas Deddy Mizwar melorot?
"Ini karena ada zigzag politik yang dilakukan Deddy Mizwar," kata Direktur Eksekutif Indocon Fajar Nursahid, Minggu (12/11/2017).
(Baca juga: Survei: Elektabilitas Dedi Mulyadi Salip Deddy Mizwar di Pilkada Jabar)
"Pak Deddy Mizwar yang dekat dengan PKS butuh kepastian politik. Ketika dia sering ke PDI-P, Demokrat dan segala macam itu, dianggap ketidakjelasan politik yang merugikan posisinya sendiri," ucap Fajar.
"Jadi ini punya potensi yang memepengaruhi sikap publik yang melihat gelagat seperti ini," kata dia.
Di samping itu, lanjut Fajar, belakangan ini Dedi Mulyadi juga dianggap bekerja dengan baik.
Ketua DPD I Partai Golkar Jawa Barat itu dinilai sering berkeliling Jawa Barat untuk mengunjungi masyarakat tradisional yang sampai saat ini bisa dikatakan sebagai basis terbesar pemilihnya.
"Kita melihat atribut paling kuat Pak Dedi Mulyadi concern ke bawah. Dia juga dermawan dan dekat dengan publik. Itu luar biasa," ucap Fajar.
(Baca juga: SMRC: Ridwan Kamil Unggul dalam Semua Simulasi Survei Pilkada Jabar)
Salah satu opsinya adalah memanfaatkan kondisi psikologis yang dialaminya saat ini. Kondisi itu adalah ketika Partai Golkar seolah "membuangnya" dan malah mendukung Ridwan Kamil yang berpasangan dengan serta kader Partai Golkar lain, Daniel Muttaqien.
"Bisa dikapitalisasi. Politikus yang cerdas adalah politikus yang bisa mengkapitalisasi berbagai stigma yang ada, menjadi dukungan publik yang maksimal," ujar Fajar.
Fajar menambahkan, fenomena yang dialami oleh Dedi Mulyadi pernah terjadi pada pemimpin-pemimpin sebelumnya.
"Dulu pak SBY sama dizalimi, kemudian dia dapat simpati publik. Bu Mega juga sama. Jokowi sama, dizalimi macam-macam juga mendapat simpati publik," ucapnya.
(Baca juga: Bertemu Deddy Mizwar, Dedi Mulyadi Bilang Akan Bikin Film "Bus Meninggalkan Pengantin")
Meski demikian, yang paling penting saat ini untuk dipikirkan oleh Dedi Mulyadi adalah bagaimana caranya mendapatkan partai pendukung selain Partai Golkar.
"Tantangannya, bagaimana dia dapat kendaraan politik," kata Fajar.
Untuk diketahui, Indocon melakukan survei yang mewakili pendapat masyarakat Jawa Barat berusia 17 tahun atau sudah menikah (eligible voters).
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka terhadap 971 responden sampel (dari 1.000 responden yang direncanakan). Sampel ditentukan secara proporsional terhadap populasi penduduk yang tersebar di 27 kabupaten kota di seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat.
Metode survei yang digunakan adalah multistage random sampling dengan margin of error sekitar 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Pengumpulan data berlangsung pada tanggal 10 sampai dengan 22 Oktober 2017.