Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Trenggalek Manfaatkan Pompa Hidram, Tanpa Listrik Tanpa BBM

Kompas.com - 08/10/2017, 16:43 WIB
Slamet Widodo

Penulis

Alhasil, sedikitnya 25 petani yang mengelola puluhan hektar ladang, tidak lagi kekurangan air.

“Permasalahan yang dialami oleh para petani yakni kurangnya pasokan air untuk lahan mereka, kami mencari solusi hingga akhirnya membuat pompa hidram ini. Dan kami bersyukur, dengan adanya pompa ini mereka sangat terbantu,” kata Mukti Satiti.

Sebelum ada pompa ini, para petani harus bersusah payah dan menghabiskan uang mencapai Rp 40 juta hingga Rp 50 Juta untuk membeli selang.

Itupun hasil yang mereka dapat tidak sebanding dengan pengeluaran biaya, karena air yang mengalir sangat sedikit. Tidak jarang, selang mereka pecah karena tidak kuat mendorong air naik ke atas.

“Sebelumnya para petani harus berinvestasi yang sangat besar. Soalnya sumber air yang ada letaknya jauh sekali dan tidak jarang selang mereka pecah,” kata Mukti Satiti.

Seorang petani kawasan ini bersyukur setelah adanya pompa hidram ini. Lahan pertanian cengkeh miliknya tidak lagi kekurangan air dan kini tanaman cengkeh nampak bagus.

“Kini saya sangat senang dan sudah tenang, sejak ada pompa air ini tanaman cengkeh saya hasilnya bagus. Sebelumnya sulit sekali untuk mendapatkan air. Saya hanya bisa menjaga alat ini agar terus menghasilkan air. Apabila pompa mati, meski tengah malam pasti saya nyalakan,” ujar salah seorang petani, Sakiyo.

Letak pompa hidram ini berada di sisi aliran sungai air terjun Pantai Pelang. Panjang selang mulai dari titik pompa hingga di bak penampungan sekitar 175 meter.

Dalam sehari, pompa hidram ini mampu mengisi bak penampungan yang berada di ketinggian 65 meter di atas permukaan laut, sebanyak rata-rata 12.000 liter.

“Pernah saya hitung di bak penampungan, pompa air ini mampu menghasilkan sebanyak sekitar 12.000 liter per hari,” kata Mukti.

Dari bak penampungan, secara bergantian para petani mengairi lahan pertanian mereka. Mereka mempunyai kesepakatan sendiri agar air bisa dibagi rata.

Apabila ada petani yang nakal dan menyerobot air bukan jatahnya, mereka sepakat diberi sanksi berupa tidak diberi air dalam kurun waktu tertentu.

“Kami sudah membuat kesepakatan bersama 25 petani. Apabila ada yang nakal kita beri sanksi. Sanksinya tidak mendapatkan air,” ucap Mukti Satiti.

Selain membuat pompa hidram bagi petani, mereka juga mengajak para petani untuk saling menjaga sumber air yang ada, dan membersihkan aliran sungai agar aktivitas pompa hidram tidak terganggu.

“Kami berharap, semua pihak agar sama-sama menjaga kelestarian alam. Seperti membersihkan sampah di sungai sehingga tidak mengganggu aktivitas pompa hidram. Kami juga sering melakukan penghijauan di sepanjang aliran sungai agar sumber air tidak kering,” kata Mukti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com