Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahyudin Dirikan Sekolah Gratis untuk Anak Miskin dengan Fasilitas Mirip Sekolah Mahal

Kompas.com - 24/08/2017, 10:24 WIB
Farid Assifa

Penulis

Untuk menutupi utang, Tahyudi pun terpaksa menjual ase-aset berharganya. Mulai dari rumah hingga mobil jemputan sekolah. Aset yang tersisa hanya satu mobil milik pribadi.

"Itu pun utang masih belum lunas," katanya.

Ambruknya perekonomia keluarga juga berimbas pada keberlangsungan sekolah. Tahyudin mengaku, sekolahnya hampir bubar karena kesulitan ekonomi. Bahkan, siswa yang tersisa tinggal dua orang.

Namun dia tidak menyerah begitu saja dan berusaha agar sekolah tersebut tetap berjalan. Sambil menyicil utang yang belum lunas, Tahyudin juga berusaha mencari uang dengan menjadi distrubutor buku dan berjualan ayam bakar dengan mengajak pemuda menganggur sebagai pegawainya.

"Kami punya tempat jualan ayam bakar lima titik di Karawang dan dikelola oleh pemuda tetangga saya yang menganggur. Hasilnya untuk operasional sekolah," ujarnya.

Sekolah MI dan TK yang dikelolanya pun kembali berjalan. Fasilitas mobil jemput pun tetap disediakan demi anak-anak miskin yang ingin bersekolah.

"Saya akhirnya yang menjemput anak-anak kurang beruntung dengan mobil pribadi. Saya jadi sopirnya. Hal itu berlangsung selama empat tahun," katanya.

Perlahan-lahan kondisi ekonomi mulai membaik. Fasilitas sekolah pun mulai bertambah. Kini sekolah MI dan TK punya gedung sendiri. Gedung MI sebanyak 8 lokal, termasuk perpustakaan dan laboratorium, dengan total siswa 130 orang. Sedangkan TK memiliki tiga lokal dengan total siswa 60 orang.

"Kami pun punya fasilitas perpustakaan yang lengkap. Buku-buku kami terbilang mahal, rata-rata terbitan Gramedia. Bahkan kami punya buku esiklopedia nusantara yang eksklusif. Ini semua untuk siswa yang kurang beruntung secara ekonomi," katanya.

Toleransi dan kejujuran

Selain dididik dengan pengetahuan umum dan ajaran Islam universal, sekolah MI dan TK Terpadu Cintaraja juga mengajarkan siswanya arti penting toleransi beragama. Anak-anak diajarkan arti penting hidup toleransi dan menerima perbedaan.

"Makanya, kendati madrasah namun cat bangunan sekolah merah putih. Itu simbol NKRI, bahwa sekolah kami juga menjunjung tinggi nilai-nilai NKRI, toleransi dan kebinekaan," katanya.

Siswa juga dididik untuk berbuat jujur. Pihaknya menerapkan program unggulan, yakni Rakaat. Rakaat yang diambil dari istilah jumlah gerakan shalat merupakan singkatan dari Rapor Kegiatan Anak-anak Takwa.

Dalam program ini, anak-anak diberi buku untuk mencatat sendiri kegiatan sehari-hari, mulai shalat berjamaah, tadarus, hafalan surat pendek Al Quran, shalat duha, tahajud dan catatan laporan kegiatan pembelajaran.

Siswa sengaja mencatat kegiatannya sendiri untuk melatih kejujuran dan disiplin.

"Selain menanamkan hati mereka agar dekat dengan Tuhan, program ini juga mendidik agar mereka berbuat jujur," katanya.

Anak-anak juga dilatih ilmu pengetahuan dan teknologi. Makanya, kata Tahyudin, selain diberi fasilitas perpusatakaan lengkap, anak-anak juga disediakan laboratorium komputer.

"Mereka juga harus melek teknologi agar nanti ke depan bisa menanfaatkannya dengan tujuan baik," kata Tahyudin.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com