Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anto Si Pejuang Sunyi, Memungut Biji Bakau untuk Hijaukan Mangrove

Kompas.com - 15/08/2017, 11:47 WIB
Firmansyah

Penulis

 

Diancam bacok

Perjuangan Anto menghijaukan kawasan sempadan pantai bukan tanpa halangan, beberapa kali ia sempat dikejar masyarakat yang mengira dirinya hendak mengambil tanah yang berada di tepian pantai.

"Tanah di tepi pantai ini kawasan konservasi, maka saya tanami, ada warga yang menguasai tanah itu, ketika saya tanami mangrove saya dikejar sambil menghunus parang, dikiranya saya mau ambil tanah," ceritanya sambil tertawa.

Ancaman berikutnya, ada beberapa masyarakat yang semena-mena menebang pohon di mangrove untuk menggunakan kayunya atau getahnya sebagai pewarna jaring. "Saya tak punya kewenangan melarang, cuma mengingatkan saja. Saya sedih kalau lihat mangrove yang sudah besar ditebang. Saya melarang tak punya kewenangan, jadi saya nanam sajalah," ungkap dia.

Ia juga pernah hendak membuat lembaga pelestari mangrove namun karena keterbatasan dana niat itu terpaksa ditunda. "Saya pernah tanya ke notaris katanya butuh dana Rp 3 juta, wah saya tak punya uang sebanyak itu," ujarnya terkekeh.

Selain itu, ancaman perahu cepat juga kerap kali merusak tanaman mangrove Anto dan nelayan lain, terutama mangrove berusia muda. "Ombak kapal cepat sering membuat mangrove muda tercabut dan mati. itu ancamannya, saya sering minta tolong agar pengemudi kapal cepat tidak ngebut kalau lewat," katanya,

Menular

Perilaku Anto yang kerap menanami mangrove di kawasan tepian pantai ternyata menular ke nelayan kecil lainnya. Sebut saja Fajar dan Andri, merupakan nelayan lainnya yang keranjingan menanam bakau.

"Kami akhirnya ikut-ikutan Anto, di sela mencari udang, kalau ada biji mangrove yang jatuh kami tancapkan ke pasir. Atau kami kumpulkan bibitnya, kalau tidak sempat menananamnya kami antarkan bibitnya ke Anto untuk ditanam," sebut Fajar.

Andri menceritakan, setiap ia menemukan biji bakau di tepi pantai maka ia ingat Anto dan memungut serta menanam biji bakau secara spontan.

“Kadang kalau ketemu biji bakau saya pungut lalu tanam, atau kalau sudah terlalu banyak saya serahkan ke Anto untuk dia tanami. Saya merasakan ada perbedaan hasil tangkapan di lokasi yang ada bakau dan tidak. Di tempat ada bakau ikan dan kepitingnya banyak,” kata Andri.

Selain menular ke nelayan, tindakan Anto juga menarik minat beberapa mahasiswa di Bengkulu ikut melakukan aksi penanaman bakau sembari mencari ikan.

"Saya ikut Mas Anto belajar mencari kepiting, mengemudikan perahu dan menanam mangrove. Saya banyak belajar dari Mas Anto," ungkap mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Bengkulu, Fajar.

Baca juga:Satu Hektar Hutan Mangrove di Bima Dibabat Warga

Mangrove dan perubahan iklim

Pengajar dan Pemerhati Perubahan Iklim Universitas Bengkulu Gunggung Seno Aji, dalam sebuah risetnya menyebutkan Ekosistem mangrove sangat baik untuk menyerap karbon pemicu pemanasan global dan perubahan iklim.

Tegakan mangrove, melalui proses fotosintesis menyerap karbon dioksida dari atmosfer yang diubahnya menjadi karbon organik dalam bentuk biomassa.

Pelestarian hutan mangrove sangat penting dilakukan dalam mitigasi perubahan iklim global karena tumbuhan mangrove menyerap karbon dioksida dan mengubahnya menjadi karbon organik yang disimpan dalam biomassa tubuhnya, seperti akar, batang, daun, dan bagian lainnya.

Di Pesisir Kota Bengkulu memiliki luas areal mangrove sekitar 214,62 hektar. Terletak di Taman Wisata Alam (TWA) dan Areal Peruntukkan Lain (APL). "Mangrove yang berada dalam TWA relatif masih baik, tapi di APL sudah rusak butuh rehabilitasi," kata dia.

Gungggung menyebutkan, dari total luasan kawasan mangrove di Kota Bengkulu sebesar 214,62 hektar dapat menyimpan karbon sebanyak 2.532,50 ton karbon.

"Kandungan biomassa pada tegakan mangrove di pesisir Kota Bengkulu adalah sebesar 37,06 ton/ha; dengan jumlah kandungan karbon tersimpan sebesar 18,53 ton/ha. Luas ekosistem mangrove yang berkerapatan sedang-tinggi luasnya sekitar 136,67 ha, berarti jumlah kandungan karbon tersimpan pada tegakan adalah sebesar 2.532,50 ton karbon," paparnya.

Ia menyarankan pemerintah dan masyarakat secara umum dapat merehabilitasi kawasan mangrove yang rusak.

"Panjang garis pantai Bengkulu 525 kilometer, ini potensi luar biasa apabila kawasan itu dipenuhi dengan mangrove, nelayan sejahtera, ekonomi membaik, selain itu Bengkulu juga berkontribusi dalam upaya penanganan dampak perubahan iklim," ucap Gunggung.

Kompas TV Objek Wisata Hutan Mangrove di Brebes Jadi Primadona
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com