Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Penemu Listrik Cilik, Rebutan, dan Ancaman

Kompas.com - 31/07/2017, 07:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Tak penting sesungguhnya usia Naufal. Siapapun yang menemukan listrik jenis ini pasti jadi rebutan. Karena mudah, bermanfaaat, dan mengancam.

Mengancam? Iya!

Sejak minyak bumi menjadi energi utama lebih satu abad lalu, hingga kini peradaban manusia terus berupaya mencari sumber energi itu.

Minyak bumi adalah energi fosil yang membutuhkan waktu jutaan tahun untuk pembentukannya. Amat mustahil menciptakan minyak bumi dalam waktu cepat, sementara sumber daya alam ini semakin hari semakin menipis jumlahnya.

Berlomba-lombalah manusia menemukan sumber energi baru yang bisa dengan cepat diperbaharui. Tersebutlah matahari, air, dan bahkan angin.

Namun setidaknya ada dua kendala dari ketiga energi ini, pertama biaya infrastrukturnya yang tinggi, dan kondisi alam yang tak tentu. Di luar wilayah khatulistiwa, matahari tak bersinar sepanjang tahun.

Sementara untuk air, seringkali kita mendengar debit air yang turun dan memengaruhi pasokan listrik yang dihasilkan.

Energi abadi dari pohon kedondong

Lalu apa kelebihan pohon? Saya datangi dan saksikan sendiri bagaimana listrik dihasilkan dari getah pohon kedondong yang diserap oleh kain, disalurkan menjadi elektroda, dan menghasilkan listrik.

Anda tahu? Listrik ini abadi selama pohon itu hidup!

Saya melihat pula setiap satu lubang dari pohon ini menghasilkan satu volt tegangan listrik. Dalam satu pohon bisa dibuat beberapa lubang.

Kuncinya, semakin besar pohon semakin banyak lubang yang bisa dibuat. Semakin besar pohon, semakin stabil listrik yang dihasilkan karena getah pohon itu mengalir lebih banyak ketimbang pohon yang lebih kecil.

Yang mengagumkan, pohon sama sekali tidak terganggu kehidupannya. Ia tetap hidup subur!

Tentu saja temuan ini bakal mengancam peradaban energi fosil. Negeri penguasa energi fosil yang menguasai dunia selama lebih dari satu abad dan mendapatkan keuntungan spektakuler darinya tentu tak akan tinggal diam.

Temuan ladang minyak baru di Amerika Serikat dan sejumlah negara lainnya yang membuat harga minyak turun saja sudah membuat dunia kerepotan dan berimbas pada kondisi ekonominya.

Apalagi temuan awal Naufal, yang meski perlu banyak pengembangan, menjadi awal revolusi energi baru di dunia.

Jika sebelumnya kita mendengar nama Michael Faraday, Thomas Alva Edison, dan Nikola Tesla, saya berharap suatu saat anak cucu kita mengenal Naufal Raziq asli Indonesia!

Saya Aiman Witjaksono.

Salam!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com