Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asa di Balik Kongres Dayak Internasional

Kompas.com - 28/07/2017, 16:02 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

PONTIANAK, KOMPAS.com - Kongres Dayak Internasional I dibuka secara resmi di Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (26/7/2017), oleh Menteri Hukum dan HAM Yassona Laoly.

Yasonna mengatakan, persebaran masyarakat adat Dayak yang terbesar di Kalimantan. Kongres diharapkan bisa menyatukan kebersamaan untuk membangun masyarakat yang tak ketinggalan zaman.

“Jujur kalimantan ini adalah daerah yang kaya sumber daya alam dan telah menyumbangkan devisa besar bagi negara, tetapi kalau kita melihat ke pedalaman masih banyak masyarakat yang belum tersentuh, masih banyak yang miskin,” ujar Yassona.

Dia menambahkan, meski sebagai penyumbang devisa yang besar, namun baru belakangan ini infrastruktur terbangun dengan baik.

Sejumlah penari Dayak tampil dalam pembukaan Kongres Dayak Internasional 2017 di Rumah Radakng, Pontianak, Rabu (26/7). Dalam kongres Dayak Internasional yang pertama kali digelar didunia dan dihadiri delegasi dari sejumlah negara seperti Malaysia, Brunei Darussalam, New Zealand, Taiwan, Madagaskar dan Australia tersebut, akan membahas sejumlah topik terkait masyarakat adat Dayak beserta lingkungan hutan Kalbar. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/aww/17.ANTARA FOTO/JESSICA HELENA WUYSANG Sejumlah penari Dayak tampil dalam pembukaan Kongres Dayak Internasional 2017 di Rumah Radakng, Pontianak, Rabu (26/7). Dalam kongres Dayak Internasional yang pertama kali digelar didunia dan dihadiri delegasi dari sejumlah negara seperti Malaysia, Brunei Darussalam, New Zealand, Taiwan, Madagaskar dan Australia tersebut, akan membahas sejumlah topik terkait masyarakat adat Dayak beserta lingkungan hutan Kalbar. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/aww/17.
Oleh karena itu, dengan kebersamaan ini, masyarakat Dayak diharapkan bisa menyatukan pikiran dan meminta masukan untuk membangun tanpa merusak alam serta mendatangkan investasi yang tidak membuat masyarakat Dayak terpinggirkan.

"Serta bagaimana perusahaan berkontribusi bagi pengembangan masyarakat, mengangkat harkat martabat masyarakat dayak secara SDM," ujarnya.

Yassona berharap, adat dan tradisi budaya yang selaras dengan kehidupan sehari-hari yang begitu kaya tetap juga dapat dipertahankan.

"Ini sangat penting, ini saya kira merupakan suatu momentum awal yang perlu terus digulirkan untuk membuahkan pikiran-pikiran,” ucapnya.

Dalam kongres ini juga, Yassona mengingatkan dunia internasional tentang komitmen mereka yakni carbon credit.

“Jangan nanti efek rumah kaca biang kerok (kata) negara maju, mereka menyuruh kita tidak menebang hutan. Tetapi masyarakat di pedalaman masih tetap susah kalau dunia internasional tidak memberikan perhatian kepada rakyat di pedalaman yang masih membutuhkan sentuhan yang besar, maka saya kira itu tidak adil,” tegas Yassona.

Presiden Majelis Adat Dayak (MADN) Cornelis menyampaikan kepada seluruh masyarakat Dayak untuk tetap introspeksi diri, kompak, serta meningkatkan kemampuan. Menurut Cornelis, membangun sumber daya manusia (SDM) tidaklah gampang.

"Sehingga kehadiran Kongres ini salah satunya bertujuan agar masyarakat Dayak tidak ketinggalan pergerakan dunia yang begitu dinamis," tuturnya.

Saat ini, lanjut Cornelis, manusia sudah memasuki abad digital. Oleh karena itu, jangan sampai ketinggalan zaman.

"Tapi kita jangan menyalahkan orang. Intinya kita itu intropeksi dirilah, lalu merencanakan apa yang kita akan buat ke depan,” kata Cornelis.

Kongres Dayak Internasional merupakan suatu momentum pembuktian masyarakat Dayak yang saat ini masih sering dianggap primitif.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com