Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Akrabnya" Hasrat Korupsi dan Angka Kemiskinan di Bengkulu

Kompas.com - 17/07/2017, 07:00 WIB
Firmansyah

Penulis

Kompas TV Ditangkapnya Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti dan istrinya Lily Martiani Maddari juga mengungkap gaya hidup sang istri yang terbilang "mewah".

BPS mencatat, angka kemiskinan di Provinsi Bengkulu selalu berada pada 18 hingga 17 persen selama tujuh tahun terakhir.

Jika dijumlahkan, tidak kurang dari 300.000 orang warga daerah ini berada dalam kategori miskin.

Pada 2016, jumlah penduduk miskin berada di level 17 persen, namun pada Februari 2017 angka tersebut naik lagi menjadi 18 persen.

(Baca juga: Tak Mampu Sewa Ambulans, Aspin Sembunyikan Jenazah Bayinya dalam Tas)

Fakta kemiskinan di Bengkulu kerap kali menghiasi halaman media massa. Sebut saja kisah Aspin, warga Kabupaten Bengkulu Utara, yang harus menyimpan jasad bayinya yang meninggal di dalam angkutan umum karena tak mampu membayar biaya ambulans.

Persoalan kemiskinan juga muncul di sekitar wilayah perkebunan besar sawit dan pertambangan. Tidak sedikit warga di Bengkulu yang dipenjara hanya karena mencuri atau dituduh mencuri buah kelapa sawit milik perusahaan.

"Kami tidak mencuri, perkebunan yang mencaplok tanah kami, kami menanam, kami panen lalu kenapa kami ditangkap," ungkap Tahardin dalam wawancara pada Februari 2016.

(Baca juga: Derita Petani Renta di Balik Jeruji Penjara...)

Walhi Bengkulu menyebutkan, tingkat kemiskinan masyarakat daerah itu banyak terdapat di sekitar perkebunan skala besar dan pertambangan akibat masyarakat menjual tanah lalu menjadi buruh atau perkebunan yang mencaplok.

"Sebagian besar kemiskinan di Bengkulu disebabkan oleh pencaplokan tanah oleh perkebunan dan pertambangan, pemerintah tak pernah fokus pada penyelesaian konflik agraria. Semoga korupsi berhenti dan pengentasan kemiskinan dapat segera dilakukan," kata Direktur Walhi Bengkulu, Benny Ardiansyah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com