Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mbah Parni, Perajin Tali Tampar yang Selalu Ditemani Radio

Kompas.com - 07/07/2017, 19:08 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Suparni namanya. Warga RT 34/12 Dusun Sadang Desa Tanjungharjo, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo ini, disebut-sebut memiliki usia 117 tahun.

Kabar usia wanita yang akrab disapa Mbah Parni ini pun sempat muncul di media sosial akhir-akhir ini. Video yang menceritakan kegiatan Mbah Parni di usianya itu pun muncul di Youtube.

Ya, di usianya yang 117 tahun itu, Mbah Parni masih terlihat sehat. Sehari-hari, wanita kelahiran Kabupaten Purworejo ini membuat tali tampar dari daun pandang kering. Ia menggeluti kerajinan ini sejak lima tahun terakhir.

“Dari pada nganggur, kan lebih baik saya kerja saja,” ujar Mbah Parni kepada Kompas.com di kediamannya.

(Baca juga: Berusia 140 Tahun, Nenek dari Purwakarta Ikut Sayembara Manusia Tertua di Dunia )

 

Mbah Parni bercerita, tali tampar yang dibuatnya, akan digunakan sebagai bahan kerajinan tas. Ia tidak bisa memastikan berapa banyak tali tampar yang dibuatnya setiap hari. Terkadang, 1 kg tali tampar bisa menghabiska waktu empat hari. 

"Kan ini cuma sambilan," tuturnya. 

Setelah selesai, tali tampar yang dibuatnya menggunakan kleting, alat membuat tampar tradisional, akan diambil pengepul. Tiap 1 kg tali tampar dihargai Rp 7.000.

Tak hanya menjadi perajin tali tampar. Mbah Parni terkadang melakoni profesi lainnya sebagai mendreng (tukang kredit) barang. Itu dilakukannya jika ada warga yang memesan barang kepadanya.

“Misalnya seperti selendang, jarik, dan gula merah. Jadi yang pesan bisa nyicil bayarnya, seminggu sekali bayarnya,” tambahnya.

(Baca juga: Gaun Tidur Seksi Jadi Rahasia Umur Panjang Nenek Tertua di Dunia)

Menurutnya, pekerjaannya sebagai mendreng, dilakoninya sejak tinggal di Kulon Progo. Ia biasanya berbelanja di Pasar Beringharjo, Kota Yogyakarta. Namun profesi itu sudah jarang dilakoninya karena usianya yang tak lagi muda.

“Terakhir kemarin sebelum Lebaran. Tapi saya diantar anak ke pasarnya,” ucap Mbah Parni.

Ditemani Radio

Mbah Parni selalu melakukan kegiatanya secara mandiri. Ia pun membuat tali tampar tanpa dibantu anak, cucu, atau cicitnya. Di atas amben yang ada di samping rumahnya, ia membuat tali tampar ditemani radio keluaran 70-an.

Meski terbilang kuno, radio yang masih menggunakan baterai ukuran besar itu masih mengeluarkan suara yang sangat jelas. Mbah Parni mengaku selalu mendengarkan radio yang menayangkan gamelan, wayang, dan berita.

“Selain itu saya tidak mau dengar. Karena mendengarkan gamelan dan wayang itu memiliki pesan soal kehidupan,” ucap Mbah Parni yang mengetahui saat ini banyak kasus korupsi yang terungkap.

(Baca juga: Bugar di Usia 140 Tahun, Ini Rahasia Nenek Anami)

 

Mbah Parni menceritakan, radio yang selalu menemaninya itu merupakan kenang-kenangan dari Almarhum Sri Sultan HB IX. Menurutnya, radio itu didapatnya ketika Sultan HB IX memberikan gamelan ke kelompok kesenian yang ada di Kecamatan Nanggulan.

“Saya ketemu di tempat yang diberikan gamelan, lalu dikasih radio ini,” tutur Mbah Parni.

Mbah Parni bersyukur kepada Tuhan masih diberikan usia hingga ratusan tahun. Secara tak langsung, ia pun membeberkan rahasianya bisa memiliki usia ratusan tahun dan masih sehat.

“Rahasianya godong telo (daun singkong). Hampir setiap hari saya makan itu,” ujar Mbah Parni. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com