Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muslim Keturunan Tionghoa Bangun Masjid Arsitektur Khas China di Magelang

Kompas.com - 07/06/2017, 07:54 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Suara azan Ashar berkumandang. Sejumlah orang berduyun-duyun menuju sebuah bangunan berdominasi warna merah dengan arsitektur khas China di pinggir Jalan Delima Raya, Komplek Perumahan Armada Estate, Kelurahan Kramat Utara, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, Jawa Tengah.

Bangunan itu adalah Masjid Al Mahdi yang memiliki arsitektur khas China. Di sisi kiri masjid terdapat menara setinggi sekitar 5 meter. Menara itu memiliki empat tingkatan yang masing-masing berbentuk lubang. Sedangkan di tingkatan paling atas terdapat pengeras suara.

Baca juga: Merasakan Berbuka Puasa Bersama di Masjid Kubah Emas

Di puncak menara ada kubah sederhana bertuliskan lafal Allah. Kemiripan masjid dengan kelenteng juga terletak pada lampion-lampion, berjumlah 11 buah, yang bergantung di langit-langit selasar masjid.

Masing-masing lampion berwarna merah itu berhiaskan kaligrafi lafal asmaul husna atau nama-nama baik dari Allah.

Memasuki ruangan masjid seluas 290 meter persegi itu terlihat beberapa ornamen khas China. Seperti lampu, gagang pintu bernuansa emas, dan lainnya.

Meski demikian, semua itu tidak menghilangkan nilai islami dari sebuah masjid. Beberapa kaligrafi menghiasi dinding masjid, termasuk sebuah mimbar dan karpet hijau membentuk sajadah.

Masjid ini tidak terlalu luas. Hanya mampu menampung sekitar 120 jemaah. Setiap Jumat, bahkan jemaah yang tidak kebagian tempat harus shalat di serambi atau halaman masjid dengan menggelar karpet.

Dibangun oleh mualaf

Masjid Al Mahdi dibangun oleh seorang warga keturunan Tionghoa bernama Kwee Giok Yong (47). Pria yang tinggal persis di belakang masjid itu menjadi mualaf sejak usia 11 tahun. Namanya kemudian berganti menjadi Mahdi yang kini diabadikan menjadi nama masjid tersebut.

Ditemui di sela-sela kegiatannya di masjid, Mahdi berbagi cerita bahwa sebelum dibangun masjid, bangunan itu dahulu adalah rumah yang jarang digunakan. Pada Agustus 2016 lalu, ia berinisiatif membangun tempat ibadah dengan arsitektur khas China.

 

"Dulu hanya rumah, lalu kami bangun masjid ini, waktu pengerjaannya kurang lebih selama 8 bulan,” kata Mahdi, saat ditemui di sela-sela kegiatan mengajar Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) di masjid itu belum lama ini.

Mahdi mengatakan, bangunan Masjid Al Mahdi sengaja mencontoh arsitektur China. Ini untuk mengenalkan bahwa sebenarnya agama Islam sudah tersebar di pelosok dunia. Tak hanya di Indonesia dan negara Timur Tengah saja, tetapi juga di China.

”Saya pernah ke China, semua bangunannya seperti ini, tidak hanya kelenteng tapi juga masjid dan rumah-rumah warga. Muslim di sana juga banyak, jadi saya pun ingin menunjukkan kalau Islam itu ada di mana-mana,” ucap Mahdi.

Masjid Al Mahdi baru diresmikan oleh Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito pada pertengahan April 2017. Tempat ibadah itu sekaligus menjadi masjid ke-18 di Indonesia dan nomor 2 di Jawa Tengah setelah Purbalingga yang memiliki arsitektur China. Sedangkan, tidak lama kemudian akan menyusul bangunan serupa di Kota Salatiga.

"Bukan hanya bentuk bangunannya saja yang beda dari masjid lainnya, tapi di sini juga ada kegiatan thalabul 'Ilmi (mencari ilmu). Ada kajian ilmu tentang fiqih, hadist, tafsir dan sebagianya. Termasuk belajar Al Quran untuk anak-anak setiap sore," urai Mahdi.

Adapun khusus di bulan suci Ramadhan ini, hampir setiap hari masjid itu digunakan untuk acara keagamaan dan pengajian. Khusus Minggu malam digelar shalawatan, Senin kajian fikih, Selasa kajian hadist, Kamis membaca Al Kahfi, Jumat tadarus Al Quran, dan Sabtu yasin tahlil.

”Khusus Ramadhan, kami juga bagi-bagi takjil dan buka bersama. Sebelum berbuka kita juga adakan kultum. Usai shalat tarawih juga ada kegiatan tadarus. Alhamdulillah banyak yang ikut, terutama anak-anak dan warga sekitar,” katanya.

Meski tergolong baru, namun masjid ini telah mampu menarik minat masyarakat untuk datang. Sebagian besar yang mengungjungi masjid itu adalah warga sekitar yang tinggal di perumahan elite.

Namun warga dari luar daerah juga banyak yang sengaja mengunjungi Masjid Al Mahdi. Mereka tidak hanya menunaikan ibadah, tetapi juga berfoto ria.

Mahdi mengaku sangat senang banyak warga yang datang. Karena, baginya, ini menjadi upaya syiar agama Islam kepada masyarakat luas. Ia pun berharap makin banyak muslim yang mencintai masjid dan ketakwaan kepada Allah terus meningkat.

"Kami sangat bersyukur, Alhamdulillah. Ini bagian syiar kami. Pernah ada orang tiba-tiba ingin shalat, karena melihat masjid ini ketika melintas lewat sini," kenangnya.

Baca juga: Berdampingan 45 Tahun, Gereja dan Masjid Ini Saling Menjaga Toleransi

Ahmadi (70), warga Boyolali yang kami temui di masjid Al Mahdi sore itu, mengaku sengaja datang hanya karena penasaran dengan masjid bergaya kelenteng tersebut. Dia mengetahuinya dari tayangan televisi beberapa waktu lalu.

"Saya lihat di TV, kok masjid ini unik, lalu saya ajak keluarga untuk kemari. Ternyata memang bagus, saya sempatkan shalat zuhur dan ashar berjemaah di sini," katanya.

Kompas TV Masjid yang Bisa Menampung 20.000 Jemaah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com