Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fuad, Pemuda Tuna Netra Ini Hafal Al Quran dan Jadi Guru Musik

Kompas.com - 02/06/2017, 12:44 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

Kompas TV Tadarus Al Quran dengan Huruf Braille

 

Tidak hanya itu, Fuad juga kerap mengisi kegiatan-kegiatan sosial masyarakat di sela-sela mengajar. Fuad mengaku tidak pernah meminta fasilitas apapun saat menghibur masyarakat.

Sejatinya dia mempunyai misi ingin mendekatkan dan menggugah masyarakat bahwa penyandang disabilitas layak sejajar dengan orang pada umumnya.

"Kalau dapat order nyanyi, saya cuma minta disediakan sound system, itu saja. Selebihnya saya, atau terserah panitia. Karena saya ingin mengenalkan difabel. Masyarakat sering bingung memperlakukan kaum kami, ada yang khawatir jika kami tersinggung atau bagaimana. Padahal kami biasa saja," paparnya.

(Baca juga: Hanya dengan Mendengar, Gadis Tuna Netra Ini Hafal Al Quran Sejak Kelas 5 SD)

 

Fuad juga mengisahkan ketika dirinya mengalami diskriminasi dari orang-orang di sekitarnya. Dahulu ketika masih sekolah, Fuad kerap juara I lomba menyanyi tapi tidak pernah maju ke jenjang lebih tinggi dengan alasan dia tuna netra.

"Dulu yang dikirim mewakili sekolah ke tingkat kota atau provinsi selalu pemegang Juara II, yang tidak tuna netra. Saya cukup di tingkat sekolah. Saya pernah protes sampai akhirnya kami (tuna netra) berhak ikut kompetisi yang lebih tinggi," tuturnya.

Pendidikan Karakter

Dia bertekad, segala bentuk ketidakadilan yang pernah dialaminya tidak akan terjadi pada anak didiknya. Pola pengajaran yang diterapkan lebih kepada penanaman karakter dimana anak didik diajarkan kejujuran, disiplin, dan hormat pada orangtua, serta mencintai alam.

Dengan demikian, mereka tidak lagi diremehkan oleh orang lain. Anak didik juga dibebaskan untuk berekspresi sesuai minat dan bakatnya.

"Kami lebih banyak praktek, teori sedikit. Karena mendengar itu justru membutuhkan energi lebih besar, anak akan bosan. Kalau pelajaran shalat ya langsung shalat. Jadi murid lebih mudah menangkap," jelasnya.

Sulung dari tiga bersaudara ini bercita-cita pendidikan di Indonesia, khususnya SLB, lebih mementingkan karakter tidak sekadar tekstual. Dia pun mengutarakan penyandang disabilitas juga berhak atas pendidikan layak dan setinggi-tingginya.

Akhir 2016 lalu, Fuad baru saja pulang dari Bali setelah mengikuti International English Language Testing System. Kegiatan tersebut merupakan syarat mendapatkan beasiswa Australia Award Schoolarship, yang akan diumumkan Juni 2017.

(Baca juga: Bantu Anak Tuna Netra, Mahasiswa ITS Buat Braille Hardware)

 

Tahun lalu, Fuad ikut program beasiswa ini namun gagal karena keterampilan bahasa Inggrinya kurang. Fuad mengungkapkan, memang akses belajar bahasa asing untuk kaum disabilitas masih minim di Indonesia.

"Kami masih kurang mendapat informasi beasiswa atau pendidikan lainnya. Tapi itu bukan halangan kami untuk belajar. Semoga saya lolos seleksi beasiswa ke Australia, saya ingin buktikan tuna netra mampu dan sejajar dengan orang-orang pada umumnya," tandasnya.

Kepala SLB Maarif Muntilan, Suyadi (59) menuturkan, Fuad merupakan guru yang punya peran bagus baik di sekolah maupun lingkungan sekitarnya. Menurutnya, Fuad adalah guru yang berprestasi meski dia sendiri tuna netra.

"Dia anak muda yang aktif, di sekolah maupun lingkungannya. Bagus cara mengajarnya untuk anak-anak," pungkasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com