Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Fauzi dari Jual Jamu Sambil Bawa Buku hingga Bangun Rumah Baca

Kompas.com - 18/05/2017, 07:00 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

Tak pernah sepi

Pada Maret 2016, Fauzi dan istrinya kemudian mendirikan Yayasan Bustanul Hikmah di rumahnya dan membuka sekolah gratis untuk PAUD, TK dan SD. Untuk PAUD ada 33 siswa, untuk TK ada 8 siswa dan SD kelas satu ada 4 siswa. Sedangkan jumlah santrinya yang mengaji mencapai 120 anak.

Untuk sekolah, dimulai pagi hingga jam 12 siang. Sedangkan kegiatan mengaji dimulai jam 2 siang sampai jam 6 malam.

Pada malam hari, remaja dan anak anak sekitar masih berlatih Al Banjari, kesenian Islam hingga jam 9 malam.

"Setiap hari di sini nggak pernah sepi. Selalu ramai. Bukan cuma anak-anak tapi banyak tamu-tamu yang datang. Rumah kami terbuka untuk siapa saja," kata Imroatul Mufidah sambil tertawa.

Di bagian dalam rumah, ada dua ruangan yang digunakan untuk meletakkan buku-buku yang disusun rapi di rak yang disesuaikan dengan jenis bukunya.

Ada tangga kayu untuk menuju lantai dua untuk membaca buku. Sedangkan di lantai tiga, terdapat ruangan yang lebih luas yang sering dgunakan untuk diskusi.

"Kalau saya sama mas fauzi dan anak bungsu tinggal di kamar yang lama. Satu kamar sudah cukup buat kami bertiga karena anak yang pertama di pondok pesantren," katanya.

Dapur yang berada di samping kamar juga terbuka untuk siapa pun yang datang. Di bagian belakang, ada kamar mandi yang juga bisa digunakan oleh para pengunjung di rumah mereka.

Untuk mengajar, pasangan suami istri tersebut langsung turun tangan dibantu lima orang guru. Siti (42), salah seorang pengajar di yayasan tersebut kepada Kompas.com mengaku diajak oleh Fauzi untuk mengajar di PAUD sejak 2 tahun lalu.

"Kebetulan saya kader posyandu dan diajak ngajar. Saya langsung mau. Memang tidak dibayar banyak tapi buat saya sudah cukup. Saya sudah senang punya kesempatan berbagi dengan ngajar anak-anak PAUD di sini," katanya.

Sementara untuk guru-guru yang mengajar di tingkat SD, fauzi mengaku tetap memberlakukan syarat salah satunya minimal S1 dan menggaji mereka dengan gaji yang layak.

"Di sini mereka bisa sekolah gratis dan nanti untuk formalitasnya agar bisa melanjutkan ke SMP, mereka bisa ikut program kejar paket. Dan ini salah satu cara yang kami lakukan untuk memberikan sumbangsih di dunia pendidikan," ungkapnya.

Bustanul Hikmah pun lalu meraih juara 1 Gramedia Reading Community Competition 2016 unguk Regional Jawa Timur, Bali, Lombok dan Banjarmasin serta mendapatkan penghargaan Nugra Jasadarma Pustakaloka Kategori Tokoh Masyarakat pada tahun 2016 dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

(Baca juga: Anak Indonesia Bukan Tidak Minat Membaca, tetapi...)

 

 

Kompas TV Ridwan Sururi, seorang pegiat perpustakaan keliling yang menggunakan kuda sebagai sarana untuk menyebarkan minat baca

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com