Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marsini, dari Buruh Tani Jadi Pengusaha Belalang Goreng Beromzet Rp 3,6 Juta Sehari

Kompas.com - 04/05/2017, 07:00 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Nasib hidup seseorang tidak ada yang mengetahui, seperti yang dialami Marsini (45), warga Dusun Jelok, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta.

Berawal dari buruh tani, saat ini Marsini mampu memproduksi oleh-oleh belalang goreng hingga ratusan kilo per hari. Ditemui di rumahnya, Marsini menceritakan, awal dirinya berjualan belalang.

Pada sekitar tahun 2003, dirinya yang masih bekerja sebagai buruh tani, bekerja sambilan menjual belalang mentah di pinggir Jalan Wonosari-Pacitan. Setiap hari di sela dirinya bekerja, dia dan suaminya Heri yang bekerja sebagai buruh bangunan mencari belalang lalu dibawanya ke pinggir jalan untuk dijajakan.

"Kadang suami saya nyuluh (mencari belalang malam hari) lalu paginya saya jual dipinggir jalan," katanya, Rabu (3/5/2017).

Setiap pagi, dirinya membawa cundit atau alat penangkap belalang berbentuk jaring kecil menyusuri ladang kering dan berbatu. Setiap batang kayu dia pandangi untuk menemukan seekor belalang.

Satu demi satu belalang dikumpulkan untuk dijual secara berenteng di pinggir jalan. Kadang meski seharian berjualan hewan bernama latin Valanga nigricornis ini tak habis dibeli pembeli.

Marsini pun lantas membawa pulang belalangnya untuk dimakan sendiri bersama suami.

Setiap hari, kegiatan itu terus berulang, dia pun berinisiatif menjual belalang matang di sela dirinya menjual belalang mentah. Dia menjualnya dalam kemasan kecil agar memudahkan para wisatawan yang ingin segera menyantap.

"Setelah mencoba ternyata lebih laku yang matang, lalu saya mencoba mengemas dalam bentuk toples," katanya.

Awal perjalanan menjadi penjual belalang goreng tak mudah. Setiap hari, jualannya tak selalu habis meski ada juga yang laku sekitar 0,5 kg-1 kg.

Namun, dia pun tak patah arang terus berjualan. Bertahun-tahun, dia menjalani dengan menjual belalang hidup dan mentah.

Seiring perkembangan pariwisata di Gunungkidul sekitar medio tahun 2011, dirinya mulai berani menambah stok belalang.

"Belalang mulai diburu para wisatawan yang berkunjung, untuk oleh-oleh. Dagangan saya mulai sering habis," imbuh Marsini.

Akhirnya, dia pun mulai di rumah untuk memasak belalang. Sementara hasilnya dijajakan oleh para tetangga yang menjual di beberapa titik jalan menuju obyek wisata, seperti jalur kali suci, Goa Pindul, dan beberapa lokasi lainnya, serta toko oleh-oleh yang mulai menjamur di Gunungkidul.

Hingga saat ini, setiap hari rata-rata dirinya memproduksi 15 kilogram per hari.

"Alhamdulilah, Gusti Allah kalau mau mengubah nasib seseorang bisa melalui berbagai jalan. Asal mau berusaha semua bisa terjadi. Saya yang dahulu seperti itu sekarang lumayan bisa seperti ini," tuturnya.

Dengan dua karyawan, dirinya kini memproduksi belalang goreng dengan berbagai rasa mulai manis, gurih hingga pedas.

Untuk yang manis, dia menggunakan bumbu bacem, gurih bawang putih dan garam, sementara untuk pedas bacem diberi tambahan pedas dari cabai bubuk kering.

Satu toples kecil dijual Rp 30.000 hingga Rp 40.000. Satu kilogram belalang goreng bisa dikemas menjadi 8 toples. Dengan demikian, dalam sehari dia bisa mengantongi Rp 3,6 juta.

Dia pun mencoba menjajakan melalui online, dan mampu menjual ke berbagai kota di pulau Jawa hingga Batam.

"Saat ini, sedikitnya 30 warga dan penjual setiap hari mengambil dari sini. Lumayan membantu mereka untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Banyak tetangga saya yang awalnya sebagai petani sekarang mulai berjualan belalang goreng," imbuh dia.

Saat ini, untuk memperoleh belalang kayu, bukan perkara mudah. Sebab, belalang mulai menghilang di bumi handayani. Ibu dua anak ini pun harus mendatangkan belalang dari berbagai kota seperti Kulonprogo, Klaten bahkan sampai Pacitan dengan harga yang bervariatif hingga Rp 150.000 per kilogram.

"Mau bagaimana lagi harga mahal ya tetap dibeli karena produksi harus jalan. Untuk belalalng asli Gunungkidul sudah tidak ada," katanya.

Marsini pun berpesan untuk yang ingin mencoba berbagai usaha mandiri jangan menyerah. Setiap usaha harus ditekuni secara baik dan pasti akan mendapatkan hasil yang tak mengecewakan.

"Yang pasti jika ingin wiraswasta ditekuni jangan mudah menyerah," pungkasnya.

(Baca juga: Kirim Pesan Lewat Facebook, Pengusaha di Mataram Jadi Tersangka)

 

 

Kompas TV Seorang pengusaha muda di Palembang menciptakan pelapis telepon seluler berbahan kertas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com