Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Amelia yang Meninggal Minum Racun Seusai Ungkap Dugaan Kebocoran Soal UN...

Kompas.com - 25/04/2017, 16:53 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Kematian Amelia Nasution alias Amel (18), siswi kelas XII SMK Negeri 3 Kota Padangsidempuan, Sumatera Utara, yang bunuh diri dengan meminum racun serangga seusai mengungkap dugaan kebocoran soal Ujian Nasional (UN) masih menyisakan tanya.

Hasil investigasi Lembaga Perlindungan Anak dan Perempuan Yayasan Burangir menunjukkan bahwa sebelum minum racun dan meninggal, Amelia sempat menerima ancaman akan dipenjara selama empat tahun dan denda Rp 750 juta serta menerima pernyataan yang dinilai menyinggung KS, oknum guru, tersebut.

"Ada bahasa yang menyinggung perasaan Amel tentang almarhumah ibu kandungnya dari KS, katanya 'udah mati lagi mamamu tapi masih bisa berkelakuan begitu kau' sambil jarinya menunjuk-nunjuk ke jidat Amel. Kejadian itu disaksikan dan didengar langsung kedua teman Amel, Iddiah dan Rini. Saat itu, ketiganya diinterogasi," kata Juli Herniatman Zega, Selasa (18/4/2017).

Zega menyesalkan munculnya beragam dugaan penyebab Amel bunuh diri, mulai dari stres karena dituduh mencuri uang neneknya hingga ada masalah dengan pacarnya dan hamil.

"Saya sudah tanya langsung ke neneknya, Saryah Harahap, 82 tahun. (Dia) bilang tidak ada Amel mencuri uangnya. Menurut teman-temannya, almarhumah sudah lama tidak pacaran. Soal hamil, kebetulan waktu dia lagi mencoba bunuh diri itu, dia lagi haid di situ. Sampai sekarang pakaian dia itu masih disimpan. Sudah parah pelaku-pelakunya, mereka ngomong tanpa fakta, orang sudah meninggal pun masih difitnah..." ucap Zega.

(Baca juga: Minum Racun Seusai Ungkap Dugaan Guru Bocorkan Soal UN, Siswi SMK Meninggal Dunia)

Dia berharap agar semua pihak tidak lagi menyudutkan almarhumah dan keluarganya. Zega bilang, kasihan ayah korban yang sampai hari ini masih berduka, sangat terpukul dengan kehilangan anak perempuan satu-satunya.

Ahdayanuar Nasution, ayah Amel adalah seorang buruh panen sawit. Dia hanya punya sepasang anak. Wajarlah kalau Amel begitu disayanginya. Dalam istilah Batak, Amel adalah boru panggoaran-nya.

"Ayah almarhumah meminta pelaku harus dipenjara sesuai dengan perbuatannya karena dia yakin sekali kalau anaknya nekat bunuh diri karena diintimidasi guru-gurunya. Sebelum meninggal, almarhumah cerita kepada ayahnya kalau dia minum racun karena takut kalau ayahnya tahu dia dipenjara. Jadi kecewa ayahnya sama dia. Karena selama ini hanya ayahnya yang biayai mereka berdua dengan susah payah," ungkapnya.

Zega mengatakan, terkait laporan ayah korban dengan terlapor guru KS di Polresta Padangsidempuan, empat saksi yang dimintai keterangan sudah diperiksa. Selain kedua teman Amel, Iddiah dan Rini, polisi juga sudah memintai keterangan guru E yang diduga membocorkan soal serta keponakannya, Y.

Selain itu, menurut Zega, KS yang diduga melakukan interogasi yang mengintimidasi korban dan dua temannya bukanlah guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah tersebut.

Menurut dia, KS adalah Ketua Jurusan Kecantikan. Sewaktu menginterogasi, dia bersama Fitza Orsa, staf perpustakaan. Sementara itu, Amelia adalah siswi jurusan busana.

"Sebenarnya kedua guru itu tak ada perannya di sana, itu yang kami kesalkan. Seharusnya wali kelas yang menyelesaikan permasalahan, baru kalau tak mampu diselesaikan guru BK. Mereka tak menaati mekanisme," katanya lagi.

Soal motif kedua guru itu mengambil alih tugas wali kelas dan guru BK, Zega menduga karena ada dendam kepada korban dan teman-temannya pasca-demonstrasi yang dilakukan seluruh siswa SMKN 3 pada 2016 lalu.

Demo itu terkait kebijakan kepala sekolah dan banyaknya pungutan kepada siswa. Hanya 40 siswa yang tak mau bergabung dalam aksi tersebut.

"Dampak demo itu lebih terasa untuk siswa kelas tiga, dan dari semua murid kelas tiga, almarhumah dan temannya yang menonjol melakukan protes. Tambah lagi mereka ungkap bocornya kunci ujian UAS itu," ungkapnya.

Tak ada kaitan

Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Padangsidempuan AKP Zul Efendi yang dihubungi via seluler membenarkan adanya pengaduan atas nama Ahdayanuar Nasution (46), warga Kelurahan Batangbahal, Kecamatan Padangsidempuan Batunadua, Kota Padangsidempuan, dengan terlapor KS, Rabu (12/4/2017). Sampai tanggal tersebut, sudah lima saksi diperiksa.

"Pasal yang dikenakan sudah kami konsultasikan sama jaksa, Pasal 335 itulah yang mendekati, tapi kita lihatlah hasil penyidikan dan perkembangan lain bisa saja berubah," kata Zul.

Namun, polisi belum bisa menyimpulkan hasil pemeriksaan terkait dugaan intimidasi yang diadukan ayah Amel.

"Baru satu saksi guru yang diperiksa, mungkin dari pemanggilan-pemanggilan saksi lain baru bisa kita ambil kesimpulan dan tingkatkan penyidikannya. Kasusnya masih kami kembangkan," ucapnya menutup pembicaraan.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara Arsyad Lubis mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan tim yang turun ke lokasi dan laporan tertulis dari guru dan kepala sekolah bahwa kejadian tersebut tidak ada kaitannya dengan UNBK dan USBN.

Pasalnya, pas di tanggal kejadian UNBK belum dilaksanakan. Kejadian awal bermula dari tindakan guru yang menasehati dua orang murid yang mengunggah pernyataan yang dinilai tidak baik di media sosial.

"Yang dinasehati ini bukan Amelia, nasehat itu tentang UU ITE. Biasalah, guru bilang 'kalian jangan sembarangan mem-posting kata-kata yang tidak bagus yang tidak bisa dipertanggungjawabkan', kira-kira gitulah ucapan guru sama muridnya. Tapi muridnya bukan si Amelia. Itu, kawannya si Amelia," kata Arsyad.

Amelia, lanjutnya, bunuh diri di sekitar rumahnya dengan membeli racun kemudian meminum racun itu di dekat kuburan ibunya.

Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara menyimpulkan, tidak ada hubungan Amelia minum racun dengan pelaksanaan USBN dan UNBK. Soal dugaan intimidasi yang dilakukan KS, lanjut Arsyad, tidak ada intimidasi yang dilakukan kepada Amelia.

"Menurut kita, tidak ada sangkut paut apa-apa Amelia dengan kami. Dinas Pendidikan hanya berurusan dengan dua temannya saja, itu pun yang disampaikan ketentuan. Wajarlah guru
menasehati muridnya yang mem-posting kata-kata tidak pantas, tidak ada intimidasi. Irjen dari kementerian juga sudah masuk, kita tunggu saja hasilnya, sementara itulah kesimpulan
kami," pungkas Arsyad.

Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti mengkritik pernyataan Arsyad yang menyatakan tidak ada kebocoran kunci jawaban USBN dalam kasus Amelia.

Padahal, lanjut dia, status Amelia dan kedua temannya di Facebook adalah soal kebocoran kunci jawaban USBN. Saat UNBK berlangsung, Amelia tidak bisa mengikutinya karena dalam perawatan medis.

Retno menduga ada upaya-upaya dari pihak tertentu untuk mengaburkan fakta dengan menyebarkan isu kalau tindakan bunuh diri Amelia bukan karena intimidasi gurunya.

"Kadisdik Sumut tidak tahu persis permasalahan, hanya menerima penjelasan sepihak dari sekolah, tanpa pernyataan pembanding dari keluarga dan teman korban. Kedua teman korban
jadi saksi setelah ayahnya membuat laporan polisi," ucap Retno.

Sebelumnya diberitakan, Amelia meninggal dunia pada Selasa (11/4/2017) setelah sempat mendapat perawatan di RSUD Kota Padangsidempuan.

Amelia diduga bunuh diri dengan meminum racun serangga karena tidak kuat mendapat intimidasi dan ancaman dari gurunya setelah dirinya dan dua teman sekelasnya, Iddia dan Rini, memprotes pihak sekolah lewat unggahan di Facebook.

Mereka menuding guru E telah membocorkan kunci jawaban USBN kepada Y, keponakannya.

 

Kompas TV Aparat Polres Lebak, Banten, menangkap tiga orang tersangka penjual kunci jawaban soal Ujian Nasional tingkat SMA.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com