Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNN: 11 Negara Suplai Sabu ke Indonesia

Kompas.com - 22/04/2017, 01:29 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso mengatakan, narkoba jenis sabu yang beredar di Indonesia disuplai dari 11 negara dan dikendalikan oleh 72 jaringan internasional.

Berdasarkan rute penyelundupan sabu yang disampaikannya, sebagian barang haram itu terlebih dahulu transit di Malaysia dan Singapura sebelum akhirnya sampai dan beredar di Indonesia.

"Ini ada 11 negara yang mensuplai (sabu). Termasuk Amerika. Singgah di dua negara, Malaysia dan Singapura," katanya dalam Sosialisasi Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di markas Divisi Infanteri 2 Konstrad, Singosari, Kabupaten Malang, Jumat (21/4/2017).

(Baca juga: 4 Juta Orang Terjerat Narkoba)

Di dua negara tetangga itu, sabu hanya transit dan tidak ada peredaran. Sebab di dua negara itu, hukuman untuk pelaku narkoba sangat berat. "Malaysia dan Singapura tidak mungkin beredar. Karena disana narkoba hukuman gantung," jelasnya.

Karenanya, semua sabu dari 11 negara masuk ke Indonesia dan habis dikonsumsi oleh bangsa Indonesia. "Semua (sabu) mendekam di negara kita. Dan habis terserap, habis digunakan. Ini luar biasa. Ini fakta dan data," katanya.

Karenanya, ia menganggap narkoba sebagai kejahatan yang luar biasa. Bahkan sudah mengancam ketahanan negara Indonesia. Ia mengatakan, Indonesia harus belajar dari perang candu yang terjadi di Tiongkok.

(Baca juga: Bandar Besar Narkoba Makassar Tewas Ditembak Polisi)

 

Pada tahun 1839 sampai 1842, terjadi perang candu yang dilakukan Inggris terhadap Tiongkok. Akibatnya, Inggris menang dan memaksa Tiongkok untuk menandatangani perjanjian yang isinya di antaranya penyerahan Hongkong untuk menjadi tanah jajahan Inggris.

"Inggris dengan mudah mengalahkan Tiongkok karena disuplai candu. Kita harus berani belajar dari sejarah. Kita harus memahami betul masalah tentang narkotika. Jika tidak negara ini akan hancur bahkan lenyap," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com