Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Indah dan Suaminya yang Tunanetara Memberdayakan Penyandang Disabilitas

Kompas.com - 21/04/2017, 11:32 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

Dia hanya sempat sekolah sampai TK dan berhenti sekolah saat masuk SD karena tidak bisa melihat tulisan di papan tulis. Ia kemudian bekerja mencari kayu dan berjualan kue membantu orang tuanya.

"Saat usia 16 tahun saya memutuskan cari sekolahan khusus untuk tunanetra. saya berangkat sendiri karena saya pikir bahwa nasib harus diubah salah satunya dengan sekolah," katanya.

Di usia 16 tahun, Mas Win baru masuk SD dan tinggal di asrama. Di sekolah tersebut Mas Win mengenal alat musik organ dan kemudian sering menerima panggilan untuk mengiringi di acara-acara pernikahan. Saat SMP, Mas Win tidak perlu membayar SPP namun dia menggantinya dengan melatih di ekstrakurikuler musik.

Dia sudah mulai hidup mandiri dan mengontrak rumah bersama dengan rekan-rekannya sesama tunanetra.

"Semua pekerjaan saya lakoni mulai dari main musin organ tunggal, buat jingle radio, ngamen dari satu tempat ke tempat lain termasuk menyewakan sound system buat hajatan," ucap dia.

Baginya, Indah dan Gilang anak satu-satunya adalah cahaya yang menyinari kehidupannya. Mendirikan Aura Lentera dan mendamping penyandang disabilitas.

Dengan perjalanan waktu, Indah dan Mas Win aktif menyuarakan isu hak pendidikan dan hak politik bagi kaum difabel. Mereka mendirikan komunitas Aura Lentera yang dijadikan wadah pemberdayaan untuk kaum difabel.

Mereka mengajari anak-anak tunanetra belajar komputer di rumah kontarakan mereka dan juga melakukan konseling untuk mereka yang baru saja mengalami cacat permanen.

"Jika ingin menolong bukan karena kasihan. Itu harus kami hindari. Jadi kita tularkan bagaimana kita harus mandiri dan berdaya. Termasuk juga hak politik saat pemilihan. Kawan kawan difabel sering terabaikan," ujar Mas Win.

Sementara Indah berharap agar kehidupannya dan mas Win bisa memberikan manfaat lebih untuk orang lain serta ingin mewujudkan kesetaraan untuk kalangan difabel.

"Harapan saya bermanfaat dan anak-anak kami, anak-anak yang kami bina bisa menjadi orang-orang yang sukses, mandiri, berani bermimpi dan berani meraihnya. Itu harapan saya dan Mas Win," pungkasnya.

Baca juga: Perempuan Aceh Ini Dijuluki Si Pemburu Darah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com