Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan Sunut, Antara Doa dan Maut yang Mengintip...

Kompas.com - 07/04/2017, 07:58 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

Warga Dusun Borangan, Muhammad Amin (41) membenarkan jika warga di desanya harus melewati dua jembatan untuk keluar ke pusat Desa Candirejo menuju ke Ungaran. Setelah menyeberangi jembatan Sunut, warga harus melalui beberapa desa di wilayah Karangawen dan Mranggen, Kabupaten Demak.

"Dari Borangan ke Sapen ada jembatan gantung, lalu keluar Sapen ya lewat jembatan berbahaya ini. Lalu memutar dulu ke Karangawen dan Mranggen, Demak untuk menuju ke arah Ungaran," kata Amin, guru sebuah madrasah di Borangan.

Amin mengatakan, warga kedua dusun sangat menggantungkan kebutuhan hidupnya dari ke dua wilayah kecamatan di Demak tersebut. Mulai dari kebutuhan sehari-hari seperti sembako maupun kebutuhan lainnya seperti bahan-bahan bangunan ataupun pupuk untuk pertanian.

"Kalau malam juga gelap karena tidak ada lampu penerangan. Kami berharap supaya pemerintah dapat memperbaiki jembatan jadi layak. Karena selama ini, kalau ada kerusakan warga Sapen dan Borangan yang gotong royong memperbaiki," ungkapnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh pelajar dari Dusun Borangan, Pinky Rahmawati (14). Ia dan banyak anak lainnya dari dusun Borangan harus menempuh jarak puluhan kilometer menuju ke sekolahnya di Karangawen, Demak dan harus melewati jembatan Sunut ini.

Ia punya tips khusus agar tidak takut melintas di jembatan ini. Sebab tanpa pagar pengaman dan lantainya dari tambal sulam kayu ini, aliran sungai Jragung jelas terlihat dari sela-sela kayu saat melintas.

"Pokoknya bapak saya pesan, pandangan lurus ke depan jangan lihat kiri kanan dan jangan lupa berdoa," ujar siswi kelas IX ini.

"Harapannya jembatan diperbaiki jadi layak karena banyak pelajar yang melintasi jembatan ini," sebutnya.

Kepala Dusun Sapen Budi Narto mengatakan, ratusan jiwa warga dusun Sapen dan dusun Borangan sangat bergantung dengan Jembatan Sunut ini. Penduduk di dusun Sapen saat ini mencapai 214 kepala keluarga atau sekitar 580 jiwa, sedangkan dusun Borangan berpenduduk 350 jiwa dalam 158 kepala keluarga.

"Sudah ada sekolah dasar satu, Puskesmas Pembantu satu tapi kondisi sudah rusak belum pernah digunakan. Kami ini juga warga Indonesia, tolong diperhatikan," kata Budi.

Budi Narto mengungkapkan sudah beberapa kali terjadi kecelakaan di jembatan ini. Namun dari catatannya, sudah 41 orang jatuh ke sungai dari atas jembatan Sunut, empat diantaranya tewas.

"Jangan sampai ada korban-korban lagi," ucapnya.

Baca juga: 41 Orang Pernah Jatuh dari Jembatan Ini, 4 Diantaranya Tewas

Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Semarang, Bondan Marutohening mengatakan perbaikan Jembatan Sunut perlu menjadi prioritas karena keberadaan jembatan tersebut menyangkut kenyamanan dan keselamatan warga.

"Apalagi jembatan itu merupakan akses satu-satunya bagi warga Sapen dan Borangan untuk melakukan aktivitas ke luar. Jangan menunggu terlalu lama sehingga timbul korban lagim," kata Bondan, Senin (3/4/2017) lalu.

Kata Bondan, sebenarnya permintaan agar Jembatan Sunut segera diperbaiki sudah lama disuarakan ke Pemkab Semarang melalui beberapa forum.

"Tahun ini akan diperbaiki menggunakan dana APBD dengan alokasi anggaran Rp 700 juta. Awal April ini kita harap bisa dilelang," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com