LAMONGAN, KOMPAS.com – Desa Tenggulun di Kecamatan Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, sempat menjadi perbincangan publik di Indonesia pada medio 2002. Tepatnya, setelah dua ledakan bom mengguncang Paddy's Pub dan Sari Club (SC) yang berada di Jalan Legian, Kuta, Bali.
Pasalnya, beberapa pelaku dari aksi teror tersebut diketahui berasal dari Solokuro, Lamongan. Di antaranya adalah Amrozi bin Nurhasyim dan Imam Samudra alias Abdul Aziz.
Baca juga: Ini Pesan Terpidana Bom Bali I Saat Jadi Pembicara di Program Deradikalisasi
Namun itu hanyalah penggalan masa lalu, karena sebagian anggota maupun sanak famili dan rekan mereka saat ini sudah menyatakan ikrar kembali dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal itu terungkap saat mereka menerima kunjungan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), pada Rabu (29/3/2017) kemarin. Bahkan, sisa dari mantan kombatan tersebut, Ali Fauzi, saudara kandung dari Amrozi, kini menjadi motor Yayasan Lingkar Perdamaian, sebuah organisasi pertama di Indonesia yang bergerak sebagai agen perdamaian.
“Kampung ini pernah geger, karena bom bali yang dirakit di rumah kami. Tapi itu adalah bagian dari sejarah yang perlu kami ambil hikmahnya,” ujar Ali Fauzi.
Ia pun menegaskan bahwa yayasan tersebut sengaja didirikan oleh mantan kombatan untuk menjauhi sikap-sikap destruktif, termasuk pengeboman. Mereka tidak ingin mengulang perbuatan keji seperti yang pernah mereka lakukan bersama beberapa teroris lain pada medio 2002 silam.
“Bom bali itu targetnya orang asing, tapi ternyata korban orang Indonesia juga banyak. Makanya, saya sangat kecewa. Dan, teror sporadis yang dilakukan kedua kakak saya itulah yang membuat saya tersadar untuk berhenti. Apalagi saat dideportasi dari Filipina, saya dirangkul oleh Polri yang membuat hati saya terenyuh, karena mereka memperlakukan saya secara manusiawi,” ucap mantan pentolan Moro Islamic Liberation Front (MILF) ini.
Hal senada juga turut disampaikan oleh Muhammad Chozin, saudara Ali Fauzi. Ia menyatakan, sudah bertekad kuat untuk membuktikan sinergi antara masyarakat dengan pihak keamanan bukan hanya retorika, melalui yayasan yang mereka dirikan.
Melihat keseriusan yang ditunjukkan oleh mantan kombatan tersebut, BNPT dan pemerintah setempat mendukung penuh niatan para kombatan tersebut. Salah satunya dengan menghadiri acara peresmian pembangunan gedung Tempat Pendidikan Al Quran (TPA) Plus dan renovasi Masjid Baitul Muttaqin di Desa Tenggulun, Solokuro.
“Dana pembangunan TPA Plus dan renovasi masjid ini murni berasal dari para donatur. Seperti yang sudah pernah dilakukan saat pembangunan masjid dan ruang belajar di Pondok Pesantren Al Hidayah di Kabupaten Deli Serdang. Di sana kami mendidik anak-anak mantan teroris, dengan dana dari para donatur, hamba Allah,” tutur Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.