Sepanjang dua jam debat, papar Rustika, I2 juga mengukur sebanyak 19.242 cuitan ditujukan pada Agus-Sylvi, 30.651 cuitan ditujukan pada Ahok-Djarot, serta 18. 936 ditujukan pada Anies Sandi.
Hashtag teratas sepanjang debat antara lain: #Debat2pilkadaDKI, #AyoJawara1, #DebatpilkadaJKT, #DebatAHYPalingOke, #CoblosAniesSandi, #AhokDjarotBersih.
Secara persentase, ekspos cuitan mulai 27-29 Januari, pasangan Ahok–Djarot mendominasi dengan 48 persen (209.542 cuitan), disusul Agus–Sylvi dengan 27 persen (117.796 cuitan), dan Anies–Sandi dengan 25 persen (108.917 cuitan).
Perubahan demografi juga terjadi pada pasangan Agus-Sylvi yang kali ini direspons netizen perempuan sebanyak 47 persen, sementara Anies Sandi 43 persen dan Ahok Djarot sebesar 41 persen.
Meski begitu, secara akumulasi jumlah, netizen perempuan lebih banyak ditujukan kepada Ahok, yakni 18.260 akun. Kenaikan signifikan partisipasi perempuan dalam pilkada DKI kali ini semakin menunjukkan antusiasme publik.
Akun robot masih beredar dalam perdebatan ini, meski secara persentase makin mengecil yakni 10-12 persen atau sekitar 10.000 akun.
Menurut Rustika, debat berperan penting dalam pembentukan persepsi bagi kandidat. Hal ini terlihat dari perubahan sentimen pada kandidat sejak sebelum debat, pasca-debat pertama dan pasca-debat kedua.
“Sebelum debat pertama, sentiment negatif pada Ahok-Djarot sangat tinggi mencapai 40 persen, sementara Agus-Sylvi dan Anies-Sandi relatif kecil yakni sebesar 15 persen. Namun pasca debat pertama situasi tersebut berubah, Ahok menurun ke 35 persen dan menuju 25 persen pasca-debat kedua, " terangnya.
Sementara sentimen negatif untuk pasangan Agus-Sylvi pasca-debat pertama 21 persen meningkat menjadi 22 persen. Anies dari 20 persen pasca-debat pertama meningkat menjadi 25 persen dan pasca-debat kedua. Situasi itu sangat dinamis, tergantung konteks dan isu yang dianggap menarik oleh publik.
Menurut Rustika, Twitter atau media sosial berperan besar dalam membangun persepsi. Dengan media sosial, seorang kandidat bisa menyampaikan pendapatnya, memberikan sentuhan secara langsung dengan lebih murah dan bisa massal diterima oleh berbagai pihak yang menjadi sasarannya.
Dengan memahami reaksi netizen dan media pasca-debat, kata Rustika, para kandidat bisa menjadikannya sebagai referensi untuk meraih sura lebih tinggi.
“Sekaligus mempersiapkan diri di debat ketiga dengan strategi yang lebih mumpuni,” pungkas Rustika.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.