Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berat 115 Kg, Jody Cuma Main "Gadget" dan Menonton TV Setiap Hari

Kompas.com - 24/01/2017, 14:51 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com — Seorang anak laki-laki berkaus putih sibuk memainkan tablet. Lalu, dia merangkak dan berpindah di atas kasur tipis di depan televisi dan memainkan balon.

Anak lelaki tersebut bernama Jody Syawaldi, kelahiran 1 Januari 2001, yang menderita obesitas. Pada usia yang ke-16 ini, berat badannya mencapai 115 kilogram.

Kepada yang berkunjung ke rumahnya di Lingkungan Krajan RT 3/RW 3 Kelurahan Kertosari, Selasa (24/1/2017), orangtua Jody, Alwina (57), menuturkan, pada bulan Desember 2016, anak ketiganya tersebut ditimbang oleh petugas kesehatan Puskesmas Kertosari, dan berat badannya 99 kilogram.

"Setiap bulan selalu naik berapa kilogram gitu. Saya enggak pernah nimbang, dan sekarang ada petugas yang nimbang Jody ke sini. Sebulan ini naik 16 kilogram," kata Alwina.

Menurut dia, sehari-hari, aktivitas anaknya hanya di dalam rumah memainkan gadget dan menonton televisi. Dia berjalan kaki hanya dari kamarnya menuju kamar mandi yang ada di belakang, yang jaraknya hanya beberapa langkah.

Jody juga tidak bisa berkomunikasi dan berbicara seperti remaja pada umumnya. Selain itu, remaja kelahiran Batam tersebut tidak bisa mengontrol hasrat makannya yang cukup tinggi. Dari pagi hingga pukul 12.00 siang, dia sudah makan sebanyak empat kali.

Selama ini, Jody tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Menurut dia, sekolah terdekat sudah mau menerima Jody untuk sekolah. Namun, tidak ada yang mengantar dan menunggu Jody di sekolah.

Alwina sehari-hari hanya tinggal dengan Jody dan ketiga anak lainnya, sedangkan suaminya bekerja di Kalimantan dan pulang sebulan sekali.

"Sarapannya tadi mi instan tiga bungkus. Tidak dimasak di kompor, tetapi direndam pakai air panas ngambil dari termos air panas susu milik adiknya. Dia enggak berani menyalakan kompor," kata Wiwin.

Ibu enam anak tersebut hanya pasrah dan tidak bisa menolak keinginan makan anaknya yang cukup tinggi karena jika dilarang, Jody akan marah serta memukul dan menghancurkan barang-barang di sekitarnya.

"Sehari saya masak 2 kilogram beras, dan sebagian besar dihabiskan Jody. Kalau makan, dia tidak pilih-pilih lauk. Yang penting ada kecap manis saja. Nasi segunung dikasih kecap habis sudah," katanya.

Walaupun suka makan, Jody tidak suka minuman yang manis atau makanan yang berminyak. Namun, dia juga tidak mau mengonsumsi buah-buahan. Selain itu, Jody juga tidak bisa telentang. Jika tidur, dia duduk bersandar di tembok. Jody juga baru bisa tidur sekitar pukul 03.00 dini hari, dan bangun sekitar pukul 10.00 siang.

"Selain itu, dia ya hanya main handphone, menonton TV, dan makan," katanya.

Bahkan, untuk melakukan aktivitas, seperti mandi dan buang air besar, Jody masih harus dibantu oleh ibunya karena dia kesulitan untuk membersihkannya sendiri.

"Kalau di WC, ya saya yang cebokin dia," ujarnya.

Alwina bercerita, saat mengandung Jody, dirinya pecah ketuban pada usia kehamilan 9 bulan. Saat berangkat ke rumah sakit, angkot yang dia naiki mengalami kecelakaan dan mengakibatkan dua orang di angkot tersebut meninggal dunia.

Saat dibawa ke rumah sakit, air ketubannya berhenti keluar, dan bayinya tidak segera lahir.

"Akhirnya saya pulang, dan Jody baru lahir pada usia kehamilan 15 bulan di rumah, dibantu sama ayah saya. Enggak ada bidan dan dokter saat itu. Saya masih tinggal di Batam," ujarnya.

Saat lahir, Jody berbobot 5,6 kilogram. Pada usia 3 bulan, testis sebelah kanan Jody bengkak sebesar buah apel. Dokter kemudian mengoperasi dan mengangkat kedua testisnya. Sejak saat itu, berat badan Jody terus bertambah.

Jody saat bayi juga tidak bisa tidur telentang karena jika tidur telentang, ia mengeluarkan banyak air liur yang berbuih. Jody sendiri baru bisa berjalan pada usia 9 tahun.

"Sekarang jalan enggak sampai 100 meter sudah jatuh. Saya enggak kuat buat ngangkat. Suami saya kerja di Kalimantan," tuturnya.

Sementara itu, Fitria Ade Noermaya, ahli gizi Puskesmas Kertosari, menjelaskan, pihaknya sudah beberapa kali memberikan edukasi terkait gizi kepada ibu Jody. Awalnya, petugas puskesmas melakukan kunjungan ke rumah Jody untuk memberikan makanan bantuan kepada adik Jody yang masih berumur 18 bulan karena berat tubuhnya masih kurang.

"Sampai di sana, ternyata kami ketemu dengan Jody. Selalu ada edukasi, tetapi dia butuh terapi perilaku. Jika sudah terapi perilaku, nanti dia bisa kontrol nafsu makannya. Ini kami masih akan usahakan Jody bisa dibawa ke puskesmas untuk check-up kesehatan," tuturnya saat dikonfirmasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com