Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Beruang Madu Sarankan Perbaikan Pengelolaan KBB

Kompas.com - 20/01/2017, 10:44 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com — Pakar ekologi beruang madu (Herlatos malayanus) dari Yayasan Pro Natura, Gabriella ‘Gebi’ Fredriksson, mengingatkan semua pihak agar tidak terburu-buru dalam menangani beruang madu di kebun binatang Bandung, Jawa Barat. 

Menurut dia, beruang madu memiliki asal habitat. Mereka juga memiliki perbedaan antara habitat satu dan yang lain.

Gebi mengatakan, beruang madu banyak ditemui di Kalimantan, Sumatera, dan mendiami Asia Tenggara pada umumnya.

“Harus diketahui riwayat beruang itu berasal dari mana,” kata Gebi, Jumat (20/1/2017).

Beruang madu berdasar asal habitat memiliki perbedaan ukuran, baik berat maupun tinggi badan. Rata-rata berat beruang madu Kalimantan 30-40 kilogram, sedangkan Sumatera dan Asia Tenggara pada umumnya 50-60 kg.

“Beruang madu Sumatera lebih besar 30 persen ketimbang Kalimantan,” kata Gebi.

Dengan perbedaan itu, Gebi mengharapkan semua pihak tidak terburu-buru memutuskan akan merawat atau memelihara beruang madu kurus ini.

“Karena kalau dilihat dari foto-fotonya (di laman berbagai berita) beruang madu itu sepertinya berasal dari Sumatera karena ukurannya lebih besar,” kata Gebi.

Sebelumnya diberitakan bahwa Pemerintah Kota Balikpapan memiliki niat untuk merawat beruang madu kurus dari kebun binatang Bandung ini. Niat ini muncul dari berbalas pesan dan status via instagram antara Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.

Baca: Tak Terima Maskotnya Kelaparan, Balikpapan Siap Tampung Beruang KBB

Menurut dia, Pemkot Balikpapan diyakini terdorong oleh keprihatinan pada satwa yang merupakan ikon kota. Selain itu, Pemkot Balikpapan juga diyakini terlalu bersemangat karena kebanggaan bahwa Balikpapan memiliki pusat pendidikan dan percontohan (enclosure) habitat beruang madu yang dikelola sangat baik.

Enclosure itu dinamai Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) Balikpapan. “Beruang madu di sana itu binatang cantik, hebat, dan menjadi duta besar. Di sana kita bisa belajar seperti apa perlindungan bagi beruang madu,” kata Gebi.

Dengan memiliki enclosure, tidak berarti satwa dari luar bisa begitu saja dikirim ke Balikpapan. “Karena KWPLH bukan tempat penyelamatan, tetapi pusat pendidikan dan percontohan,” kata Gebi.

“Sebenarnya ada pusat rescue di BOSF Samboja Lestari. Di sana ada 44 beruang madu, tapi sedang kewalahan karena semakin bertambahnya beruang dan orangutan. Mereka juga memerlukan enclosure baru sehingga yang diselamatkan bisa hidup lebih baik,” tambah dia.

Gebi menyarankan kedua pemerintah bekerja sama membangun kawasan konservasi yang lebih baik di Bandung, khususnya untuk beruang madu. Menurut dia, KWPLH bisa jadi percontohannya. Sorotan publik lewat media sosial dan pemberitaan bisa menjadi awal upaya perbaikan.

Beruang madu hewan sangat aktif tetapi sensitif, baik penglihatan maupun penciumannya. Di habitat aslinya, dia hidup dalam hutan dengan tanah sebagai alasnya. Dia tidak kena sinar matahari secara langsung, tidak berhenti mencari makan di alam dari pagi sampai malam, suka menggali tanah, memanjat pohon, hingga membuka buah.

Kondisi kebun binatang dengan alas semen tentu malah membuat menderita beruang madu. “Tidak ada tanah untuk digali. Ini bisa menimbulkan masalah baik fisik, tidak punya nafsu bergerak lagi, bahkan menjadi setengah gila,” kata Gebi.

Oleh karena itu, enclosure yang ideal adalah yang terbaik bagi beruang madu di Bandung.  “Balikpapan bisa, kami yakin Bandung juga bisa,” kata Gebi.

Sementara itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup Balikpapan Suryanto mengakui bahwa saat ini pemerintah berniat membuka komunikasi dengan Pemkot Bandung untuk melihat kemungkinan bisa atau tidaknya beruang madu dikirim ke Balikpapan.

Suryanto mengatakan, semua bisa diawali dari meneliti spesies asal beruang madu. "Pak Wali telepon dia ingin berkordinasi (dengan Pemkot Bandung) untuk mengamankan beruang madu. Tapi diawali lewat diskusi dengan BKSDA, memang harus dilihat dari spesies mana, apakah itu Kalimantan atau Sumatera. Endemik mana. Perlu dipastikan itu," kata Suryanto.

Dia menegaskan, pemerintah semata-mata terpanggil karena beruang madu merupakan ikon Kota Balikpapan. "Wajar kalau kita prihatin," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com