Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Sumur Resapan, Warga Sumbing Tak Lagi Risaukan Air Hujan

Kompas.com - 09/12/2016, 08:14 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Sudah beberapa bulan terakhir, warga Dusun Sijojurang, Desa Selomoyo, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tidak lagi risau dengan air hujan yang kerap meluap ke rumah-rumah mereka.

Mereka juga tidak lagi terganggu dengan ancaman tanah longsor atau genangan air di jalan yang sering terjadi usai hujan reda.

Air hujan kini menjadi berkah yang dinanti-nantikan bagi warga untuk mengairi lahan pertanian, mencukupi kebutuhan air minum, dan kehidupan sehari-hari.

Kebahagiaan warga itu bukan tanpa sebab. Sejak awal 2016, warga dibantu organisasi masyarakat Serikat Paguyuban Petani Qoryah Toyyibah (SPPQT) dan Coca Cola Foundation Indonesia (CCFI) bersemangat membangun lumbung air berupa sumur resapan.

"Dulu kalau hujan air sering (meluap) sampai rumah, tapi sekarang tidak karena ada sumur resapan ini. Air langsung masih ke dalam sumur," kata Ahmad Sabil (51) warga DesaSelomoyo, Kamis (8/12/2016).

Sabil semula tidak mengerti apa itu sumur resapan. Setelah ada serangkaian sosialisasi, ia pun paham dan merelakan sebidang tanah di depan rumahnya untuk dibangun sumur berukurun 4 meter persegi itu.

"Semoga ini menjadi amal saya karena berkat sumur ini juga bisa memberi manfaat yang banyak bagi masyarakat luas," kata Sabil.

Koordinator Program CCFI Agus Priyono menjelaskan, sumur resapan adalah pilihan strategis dalam upaya konservasi air dibanding dengan penanaman pohon (reboisasi).

Sumur ini dinilai paling menampakkan hasil serta jauh lebih mudah dan murah pembuatan serta perawatannya.

"Rata-rata membuat sebuah sumur resapan hanya membutuhkan sekitar Rp 2,5 juta. Untuk perawatan juga mudah karena minimal enam bulan sekali dibuka dan dibersihkan," jelasnya.

Agus menambahkan, sumur resapan cocok dibangun di daerah yang benar-benar berfungsi sebagai daerah tangkapan air, seperti Desa Selomoyo yang terletak di lereng Gunung Sumbing ini.

Secara geologis, struktur tanah di daerah yang terletak pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut ini berupa batuan muda sehingga proses infiltrasi tanah ke dalam masih tinggi.

"Tipe tanah di daerah ini mudah dibangun, tidak mudah runtuh, karena antara tipe pasir dan lempung. Berbeda dengan di lereng Menoreh yang tipe batu kapur dan Merapi yang tipe tanah pasiran," kata dia.

Selain di Desa Selomoyo, ratusan sumur resapan juga di bangun di lereng Gunung Merbabu, tepatnya di Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.

Total ada 800 titik titik sumur resapan yang dibangun di dua daerah tersebut.

Menurut Agus, dua daerah ini merupakan terdapat sumber air terbesar yang telah dimanfaatkan tidak hanya oleh masyarakat setempat tetapi juga masyarakat daerah sekitarnya, antara lain Kota Magelang dan Yogyakarta.

Namun, beberapa tahun belakangan, debit air di daerah tersebut semakin berkurang. Bencana tanah longsor dan kekeringan juga beberapa kali terjadi di daerah ini.

Jika kondisi tersebut dibiarkan maka dikhawatirkan akan berdampak masyarakat dan generasi yang akan datang.

Ketua SPPQT Abdul Rochim mengungkapkan, persoalan akses air merupakan masalah yang dihadapi khususnya bagi kebutuhan pertanian karena semakin hari semakin menurun. Di beberapa wilayah, sumber air itu telah hilang.

Salah satu upaya efektif perbaikan sumber daya air adalah dengan membuat lumbung air berupa sumur resapan ini.

Ia menjelaskan, sumur resapan yang dibangun di lahan warga dapat menampung sekitar 8.000 meter kubik air hujan.

Selain memiliki fungsi pengendalian air di musim hujan, sumur ini juga berguna untuk memperbaiki debit air tanah.

Tidak hanya itu, kata Abdul, kotoran yang terkumpul di dalam sumur resapan juga dapat dimanfaatkan sebagai kompos berkualitas untuk pupuk tanaman pertanian warga.

Lumbung air itu akan menangkap aliran air hujan, kemudian diserap dalam aliran tanah sehingga debit air akan meningkat.

"Peningkatan yang signifikan akan berpengaruh pada sumber air pertanian yang menjadi mata pencaharian dan perekonomian warga setempat," ujar Abdul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com