Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Riau Menghapus Stigma Sarang Koruptor

Kompas.com - 04/11/2016, 16:13 WIB

Tim Redaksi

RIAU, KOMPAS.com - Citra bahwa Riau merupakan salah satu daerah penghasil koruptor memang belum hilang.

Stigma itu tidak gampang menguap karena masyarakat Indonesia akan selalu mengingat tiga gubernur Riau, secara berturut-turut, yaitu Saleh Djasit, Rusli Zainal dan Annas Maamun ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi dalam kasus korupsi.

Cap itu jelas membuat Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman gerah. Andi, demikian panggilan akrab Arsyadjuliandi, ingin sekali mengubah citra dan menghapus cap buruk itu.

Langkah yang dilakukan Andi adalah menggandeng KPK untuk mewujudkannya.

Pada peringatan Hari Anti Korupsi Internasional (HAKI) 2016, Riau mendapat kehormatan menjadi tuan rumah.

Agenda menyambut kegiatan itu akan dimulai dengan acara Rembuk Integritas Nasional yang berlangsung dari tanggal 7 sampai 9 November 2016.

Setelah itu akan dilanjutkan perayaan HAKI 2016 pada 10 sampai 12 November.

Masih pada bulan sama, tanggal 17 sampai 19 akan dilaksanakan Workshop Integritas untuk para wakil rakyat se-Riau.

Riau juga berencana membangun Tugu Integritas sebagai tanda perlawanan terhadap korupsi.

“Riau menjadi daerah pertama perayaan HAKI pertama di luar Jawa. Banyak juga yang bertanya-tanya mengapa Riau yang ditunjuk?” kata Anto Ikayadi, kepala Bidang Pelayanan Masyarakat, Bidang Pencegahan KPK dalam perbincangan dengan Kompas.com pada Jumat (4/11/2016) di Lobi Gedung Kantor Gubernur Riau di Pekanbaru.

Anto mengatakan, penunjukan Riau bukan tanpa sebab. Pertama, keinginan itu berasal dari gubernur Riau, sendiri. Sang gubernur sangat berniat memperbaiki imej Riau yang terlanjur buruk di masa lalu. KPK pun menyambut niatan itu.

“Beri kesempatan buat Riau memperlihatkan upaya. Kita jangan lagi memakai pendekatan masa lalu (Riau menjadi sarang korupsi), melainkan pendekatan masa depan,” kata Anto.

Selama ini, kata Anto, Riau mungkin selalu diplesetkan dengan singkatan Rusak Iman Akibat Uang.

Kali ini Riau akan menjadi singkatan Rindu Integritas Anak melayu. Singkatan baru itu terkesan memaksakan diri, namun tidak jadi soal.

Andi mengungkapkan, dalam acara Rembuk Integritas Nasional, pihaknya mengundang berbagai unsur dan komponen komunitas nasional. Seluruh pihak itu akan berdiskusi untuk menghasilkan sebuah kesepakatan nasional terutama dalam memerangi korupsi.

“Sebenarnya ownership dari acara rembuk nasional itu adalah komunitas di luar pemerintah. Meski demikian, unsur pemerintah pusat dan daerah, kementerian, lembaga, BUMN dan BUMD akan ikut bersinergi,” kata Andi.

Rembuk Integritas Nasional itu, tambah Andi, juga akan diisi acara rakyat dari halaman kantor Gubernur di Jalan Sudirman, sepanjang Jalan Gajahmada dan halaman Gedung Daerah (kediaman resmi gubernur Riau) di Jalan Diponogoro yang berada pada satu bidang garis lurus. Acara itu boleh disebutkan sebagai pesta rakyat.

Tentang Tugu Integritas atau yang sebelumnya disebutkan sebagai Tugu Anti Korupsi, yang akan dibangun Riau, telah mengundang pro dan kontra.

Pengamat Sosial Riau, Doktor Rawa El Amady mengungkapkan, yang dibutuhkan Riau saat ini bukan pembangunan tugu-tuguan, melainkan aksi nyata pemberantasan korupsi.

“Sebenarnya tidak perlu juga peringatan anti korupsi. Cukup pejabat dan aparat pemerintah dan semua lembaga yang ada di daerah ini melayani tanpa meminta imbalan. Bersihkan diri sendiri dahulu, kemudian ajak anggota keluarga pejabat untuk tidak korupsi APBD," kata Rawa.

"Kalau itu dilakukan, sudah bagus. Sampai saat ini saya belum melihat adanya semangat apalagi gerakan dari penyelenggara negara di Riau ini untuk bersih-bersih yang muncul dari hati nurani sendiri,” lanjut dia.

Meski demikian, kata Rawa, dia setuju dengan rencana pembangunan Tugu Anti Korupsi ataupun Tugu Integritas. Namun di tugu itu, harus memberi tempat khusus untuk memajang foto para pemimpin koruptor di Riau selama ini.

Sebaliknya, menurut Anto, KPK tidak setuju tugu integritas dipakai untuk niat mempermalukan (shaming). KPK lebih suka memakai pendekatan menjunjung integritas (naming).

“Jangan memakai pendekatan masa lalu. Kalau kita tanya, apakah yang tidak setuju itu tidak pernah berbuat buruk? Tugu integritas itu baik, karena memiliki ruang untuk semua orang belajar antikorupsi. Kisah masa lalu boleh saja ada, namun jangan menghabiskan energi untuk masalah itu saja. Lebih baik melihat ke depan. Kami ingin Riau yang memiliki masa lalu kelam dapat bangkit,” ujar Anto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com