Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Masih Mudah Tergoda Iming-iming Kaya secara Instan

Kompas.com - 02/11/2016, 20:18 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Penipuan dengan menjanjikan seseorang bahwa uangnya akan berlipat ganda dalam waktu singkat kerap terulang. Peristiwa terbaru yang melibatkan Taat Pribadi, pengasuh Padepokan Dimas Kanjeng, salah satunya.

Ketua Program Studi Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Avin Fadilla Helmi menilai, fenomena ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat Indonesia masih mudah tergoda iming-iming untuk kaya secara instan, seperti ingin kaya melalui penggandaan uang.

Seseorang, lanjut dia, hanya berpikir bahwa uang adalah jalan keluar untuk berbahagia dan menikmati kemewahan. Akibatnya, logika kerap diabaikan.

Seringkali, pengabaian ini disebabkan hilangnya pola hidup sederhana. Kemewahan malah menjadi penanda utama modernisasi untuk semua kelas ekonomi.

"Model-modelnya lebih cenderung hedonistik, menyenangkan, hal-hal yang sifatnya keduniawian. Kota-kota saja saat ini banyak mal, mau tidak mau yang diciptakan bukan kesederhanaan," ujar Ivan.

Ivan lalu mengatakan, ilmu psikologi mengenal proses seperti netralisasi terhadap perilaku yang tidak betul yang disebut moral disengagement. Orang seharusnya merasa bersalah dan malu jika melakukan sesuatu yang salah atau tidak logis, tetapi kini kepekaan itu hilang.

Dia mengaku pernah melakukan survei sederhana tentang cara orang membuat SIM. Sebagian besar menjawab bahwa mereka mau membayar lebih mahal agar SIM jadi lebih cepat tanpa mengikuti prosedur yang berbelit-belit.

"Ini menurut saya tidak sengaja telah tercipta sistem nilai dan perilaku, menggambarkan semua bisa dibeli dengan instan dan tidak harus bekerja keras. Nilai semua dipangkas, tidak melalui fase-fase yang mendidik, misalnya untuk berpahit-pahit dahulu lalu buahnya manis," ungkapnya.

Seseorang, lanjut dia, tidak lagi memiliki ketangguhan personal untuk mampu meregulasi diri dengan menggunakan kekuatannya untuk menerima hal yang positif dan menolak yang negatif.

"Orang tahu apa yang harus dilakukan, punya tujuan dalam hidup yang jelas, tujuan yang jelas dicapai dengan fokus," pungkasnya.

Menurut dia, contoh hidup sederhana dan hidup tanpa pencitraan seharusnya diberikan oleh para pejabat negara dan figur publik.

"(Jika) dibimbing para petinggi dan pejabat yang sederhana, saya kira masyarakat mengikuti. Paternalistik di masyarakat kita itu masih kuat menurut saya," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com