BAUBAU, KOMPAS.com - Suara gendang begitu nyaring terdengar dari dalam kaompu atau tempat pertemuan.
Beberapa orang lelaki dengan menggunakan songkok duduk mendengarkan alunan gendang dan gong yang dimainkan dua orang pria paruh baya.
Para pria yang duduk dalam kaompu terlihat hanya terdiam dan ikut menikmati paduan suara gendang dan gong.
Gendang dan gong tersebut didengarkan selama empat hari empat malam secara berturut-turut untuk melaksanakan tradisi Horaano Ganda atau tradisi Duduk Gendang.
Tradisi Horaano Ganda yang dilakukan etnis Laporo di Kelurahan Bugi, Kecamatan Sorawolio, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, selalu dilaksanakan dalam tujuh tahun sekali.
Menurut kepercayaan yang dianut masyarakat ini, bila tidak mengikuti tradisi Horaano Ganda, maka akan menjadi gila.
“Kalau tidak ikut tradisi Horaano Ganda, menurut kepercayaan adat di sini, orangnya akan gila ketika mendengar suara gendang pesta," kata seorang tokoh adat masyarakat etnis Laporo, Ama Samera, Jumat (28/10/2016).
Horaano Ganda atau Duduk Gendang, bukanlah duduk di atas gendang, atau duduk bersama gendang. Namun tradisi ini menurut kepercayaannya adalah aktivitas para pria dalam kaompo, baik makan maupun minum, selalu diiringi dengan gendang dan gong.
Tradisi ini hanya diikuti para lelaki yang sudah beranjak dewasa, dan tidak untuk wanita.
Tidak semua lelaki melakukan tradisi ini, melainkan pria turunan pertama atau terakhir dari pihak ayahnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.