Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dideportasi dari Malaysia, Nurdin Terpaksa Tidur dari Masjid ke Masjid

Kompas.com - 18/10/2016, 16:13 WIB
Sukoco

Penulis

”Masih ada gaji 300 ringgit, ada juga sedikit emas di pondok. Maunya kembali ke sana untuk ngambil,” ujarnya.

Sekarang Nurdin hanya bisa pasrah dengan nasib yang menimpanya.

Sebenarnya, Nurdin memiliki 3 anak, 2 anaknya bekerja di Bontang, sementara 1 anaknya bekerja di Makasaar. Namun, dia enggan menghubungi anaknya karena takut disuruh pulang. Sementara itu, di kampung halamannya, dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi.

Keinginan terbesarnya adalah bisa kembali bekerja di Malaysia. Nurdin mengaku nekat ke Malaysia melalui jalur tikus pada tahun 2010.

Setahun bekerja di perkebunan sawit, dia mengikuti program pemutihan dengan mendaftar diri untuk pembuatan paspor di konsulat yang berada di Kota Kinabalu Malaysia. Untuk memiliki paspor tersebut, Nudirn mengaku harus rela gajinya dipotong oleh majikan tempatnya bekerja.

Dari upah yang dijanjikan sebesar 800 ringgit, Nurdin mengaku hanya bisa mengantongi uang 300 ringgit hingga 350 ringgit sebulan. Meski tidak cukup, Nurdin lebih memilih bertahan bekerja di Malaysia.

“Teruk kalau gaji hanya 300 ringgit. Makan seadanya. Sekarang jarang overtime (lembur),” ujarnya.

Bulan Agustus lalu, Nurdin mengaku ditangkap aparat Malaysia saat akan mengunjungi rekan kerjanya di Batu 7. DIa langsung dijebloskan ke penjara oleh aparat Malaysia karena kedapatan bahwa dokumen yang dia miliki sudah kedaluwarsa.

Hingga pertengahan September lalu, Nurdin dideportasi melalaui Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan.

Hari ini, Nurdin mengaku akan mencari kerja seadanya dan mencari masjid yang bisa ditumpangi untuk beristirahat. Dia berharap nanti malam ada masjid yang mengizinkannya beristirahat sejenak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com