Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ganjar Pranowo
Gubernur Jateng

Gubernur Jawa Tengah

Pungli, Target Utama Revolusi Mental

Kompas.com - 14/10/2016, 10:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

"Mbayar tidak?"

"Mbayar, lima puluh ribu," katanya.

Mendengar jawaban itu denyut nadi saya tiba-tiba berdetak kencang. Dada saya terasa sakit.

Kemudian saya minta bapak itu menunjukkan petugas yang minta uang. Saya sendiri antar beliau ke loket.

Yang mengejutkan, begitu sampai loket, petugas polisi itu sudah di depan pintu. Di tangannya sudah tergenggam uang lima puluh ribu. Mungkin ketika saya bertanya-tanya pada bapak itu tadi, ada temannya yang melihat dan langsung berlari memberi tahu.

Di depan saya, uang itu diserahkan. Saya lihat tangan petugas itu bergetar. Setelah menyerahkan, petugas yang baru kemudian saya tahu dari berita bernama Dani itu menyalami saya sembari mencium tangan. Saya merasa tidak enak.

Kemudian ramai. Social media, media online, dan televisi nasional hari itu menyiarkan sidak Samsat Kota Magelang. Beberapa orang bertanya, kenapa saya tidak marah seperti di jembatan timbang?

Ya, saya memang bisa saja marah dengan lebih meluap-luap dari pada dulu. Bisa saja saya meminta semua laci di loket itu dibuka untuk melihat ada berapa uang hasil pungli hari itu. Tentu akan lebih heboh. Tentu berita di media lebih besar.

Tapi tidak. Saya menahan diri. Toh marah di depan kamera ternyata tidak menambah efek jera. Karena, yang penting follow up-nya.

Saya putuskan mengajak teman-teman di sana bicara sebagai sama-sama orang dewasa. Saya katakan, rakyat sudah susah dan saya tahu kita semua masing-masing punya kesusahan dan keluarga yang membutuhkan nafkah.

Jadi tidak perlulah menambah beban. Mari saling membantu. Bekerja sesuai aturan, melayani rakyat dengan nyaman, saling membantu, dan menjadi teladan dalam kebaikan.

Saya mengapresiasi respons Polda Jateng yang luar biasa. Sehari kemudian, saya dengar petugas itu sudah mendapat sanksi. Pak Kapolda dan Pak Dirlantas mengumpulkan seluruh kapolres dan kasatlantas di Mapolda, mengeluarkan perintah pemberantasan pungli di Jateng.

Di seluruh samsat, Polda meminta pemasangan banner dan sosialisasi tidak adanya pengenaan biaya pada cek fisik kendaraan di samsat. Polda juga membuat wearpack yang digunakan petugas cek fisik bertuliskan "tidak menerima biaya" di punggungnya.

Saya juga mengapresiasi Kapolres Wonogiri yang berani menyatakan kesatuan yang dipimpinnya bebas dari korupsi. Beliau merancang sistem layanan yang transparan dan saya kira itu komitmen yang baik. Silakan masyarakat Wonogiri yang menilai sejauh mana pelaksanaan komitmen ini

Kalau unsur pemprov di samsat, saya sendiri sudah memanggil Kepala DPPAD (Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah). Beliau memastikan tidak ada petugas yang berani menarik biaya di luar ketentuan. Taruhannya jabatan. Dia siap dipecat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com