Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berciri Khas Duyung, Batik Gondho Arum Banyuwangi Diburu Orang

Kompas.com - 02/10/2016, 21:09 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI,KOMPAS.com - Salah satu rumah produksi batik yang saat ini banyak didatangi oleh pecinta batik saat berkunjung di Banyuwangi adalah Gondho Arum.

Selain warna yang variatif, Susiyati, pemilik rumah produksi juga berkreasi dengan berbagai jenis motif baik pakem Banyuwangi dan juga modifikasi.

Tapi ada satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan yaitu tambahan motif "duyung" di setiap batik yang dibuatnya.

Kepada Kompas.com Minggu (2/10/2016), Susi menceritakan pertama kali terjun ke dunia batik pada tahun 2012 setelah ia mendapatkan pelatihan batik dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pertambangan (Disperindagtam) Banyuwangi.

Susi yang sebelumnya bekerja sebagai perias pengantin, memilih fokus di dunia batik di rumahnya yang berada di Desa Pakistaji, Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi.

Kini Susi memiliki 22 pegawai yang bekerja di bagian belakang rumahnya. Mereka mayoritas adalah ibu-ibu rumah tangga di sekitar rumahnya yang dibayar secara borongan.

"Semua aktivitas batik mulai dari buat pola, canting, mewarnai, semua dikerjakan di rumah oleh pegawai. Tetapi tetap saya yang pegang kendali seperti pola batik mana yang akan dibuat serta warna apa yang dipilih," jelas perempuan kelahiran 48 tahun silam itu.

Untuk pewarnaan, rumah produksi Gondho Arum memilih menggunakan pewarna sintetis dan pewarna alam seperti daun mangga.

"Kekuatan di Gondho Arum memang pada karakter warna. Satu helai batik bisa tujuh sampai sembilan warna. Semakin banyak warna yang digunakan maka pengerjaannya semakin lama," jelasnya.

Harga untuk batik stam (cap) berkisar antara Rp 75.000 sampai Rp 100.000 per helai. Untuk batik semi tulis Rp 100.000 ke atas dan batik tulis antara Rp 450.000 hingga Rp. 600.000.

Sedangkan batik yang menggunakan pewarna alam dihargai satu juta rupiah per lembar.

Untuk motif, Susi telah membuat puluhan motif atas kreatifnya sendiri, mulai dari motif pakem yang sudah umum seperti gajah uling, kangkung stikes, paras gempal, sekat jagad, hingga kopi pecah.

Ia mencontohkan penambahan motif modifikasi seperti gandrung, liris manis dan kawung bungkul.

"Tapi kalo motif yang selalu ada ya duyung. Mulai awal sampai sekarang, motif itu selalu saya pakai dan ada di setiap batik. Banyak yang suka," katanya.

Saat ditanya alasan memilih motif duyung sebagai ciri khasnya, perempuan berjilbab itu hanya tertawa dan berkata, "Saya nggak tau alasannya, yang penting suka saja," jelasnya.

Untuk galeri batik, Susi memanfaatkan ruangan depan rumahnya. Di situ, ia memajang beberapa contoh batik karyanya.

Walaupun letaknya berada di pinggir Kota Banyuwangi, pelanggan batik Susi tidak pernah berhenti untuk datang. "Alhamdulilah walaupun tempatnya agak terpencil, banyak yang datang," jelasnya.

Saat ditanya berapa omzet per bulan, Susi tertawa dan mengaku tidak pernah merincinya. Yang terpenting dia dapat membayar karyawannya.

"Kalau puluhan juta per bulan ada lah. Apalagi kalau jelang Batik Festival tanggal 9 Oktober 2016 nanti, banyak yang bakal pesen batik," jelasnya.

Susi juga beberapa kali mengirimkan batik karyanya ke Kota Gresik, Madura dan Jakarta. "Biasanya sistem borongan dan mereka kenal batik kami dari mulut ke mulut dan juga dari web online Banyuwangi Mall yang ada di internet," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com