Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Banjir Garut dan Bantuan Berlimpah tetapi Tak Teratur

Kompas.com - 24/09/2016, 08:01 WIB
Irwan Nugraha

Penulis

GARUT, KOMPAS.com - Hilir mudik kendaraan pengangkut segala jenis bantuan dari berbagai pihak seakan menjadi pemandangan biasa di jalan sekitar lokasi bencana banjir terparah kawasan Bojong Sudika, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut.

Dalam dua hari terakhir, lokasi ini memang menjadi magnet para sukarelawan yang berniat membantu korban banjir. Berbagai barang bantuan mulai dari makanan, perlengkapan tidur, pakaian, sampai perlengkapan keperluan korban lainnya terus menggelontor ke wilayah ini.

Dalam sehari saja, bisa ada puluhan kendaraan yang mengangkut bantuan tersebut. Sebagian besar bantuan dengan partai besar memilih langsung masuk ke lokasi pengungsian dan membagikannya secara langsung.

Tapi ada juga sebagian penyaluran bantuan yang diserahkan ke posko-posko yang sengaja disiagakan oleh berbagai instansi dan sukarelawan bencana.

Fenomena ini membuat sebagian korban merasakan tak teraturnya penyaluran bantuan meski jumlahnya sangat berlimpah.

Seperti yang dialami seorang korban perempuan tua bernama Ela Indarsah (50). Ela mengaku selama ini penderitaan yang dialaminya semakin bertambah saja. Sehari-hari, dirinya kebingungan untuk mendapatkan makanan bagi keluarganya. Meski dirinya dan keluarganya mengaku selalu mendapatkan makanan, tetapi bingung karena harus dimasak terlebih dahulu.

"Ada mi instan tapi bingung masaknya harus bagaimana. Kompor tidak ada, air susah, dan pakai penanak nasi listrik tak bisa juga, karena harus di mana tempatnya," ungkap Ela, Jumat (23/9/2016).

Tidak teratur

Bantuan yang langsung diserahkan di lokasi bencana akan mudah diambil sekumpulan warga lainnya. Bahkan, menurut dia, warga yang bukan korban banjir pun bisa mudah mendapatkannya.

Dirinya meminta kepada para sukarelawan yang ingin membantu lebih baik memberikan bantuan makanan yang siap makan.

"Banyak, tadi saja saya mengambil satu langsung habis. Tidak teratur, yang korban dan tidak korban mengambil sendiri. Tidak teratur sekali, jadinya susah," ujar dia.

Ela merupakan korban selamat banjir bandang Garut di kawasan itu. Rumah semi permanen berukuran kecil yang ditempati suami, empat anak dan dua cucunya hancur tak bersisa tergulung gelombang banjir.

Dirinya dan keluarganya pun terpaksa sekarang harus mengungsi di penampungan sementara dan kerabatnya di lokasi lain.

"Rumah saya rusak semuanya. Kami tinggal di pengungsian dan menitikan cucunya di rumah kerabat," tambah dia.

Hal sama diutarakan Nining (42), dirinya berharap realisasi pemerintah menempatkan korban banjir di rumah susun bisa secepatnya supaya penyaluran bantuan bisa teratur dan tepat sasaran. Telebih lagi supaya korban tak terlalu lama menempati tempat pengungsian seadanya.

"Saya berharap bisa punya tempat tinggal lagi," ungkapnya.

Terkendala lokasi

Hingga kini, pencarian korban masih dilakukan oleh Tim SAR dan beberapa relawan bencana lainnya. Lokasi luas dan terhalang tebalnya lumpur menjadi penghambat upaya pencarian.

Ratusan korban lainnya pun mencoba untuk menyelematkan barang-barang yang masih bisa terpakai di sisa puing-puing rumahnya masing-masing.

Pencarian korban hilang lainnya pun mencapai puluhan kilometer dari lokasi bencana sampai ke wilayah lain perbatasan Sumedang. Berbagai alat berat dan canggih pun mulai terlihat melakukan pembersihan puing-puing bangunan dan kendaraan yang rusak milik para korban banjir.

 

Kompas TV Apa Penyebab Banjir Bandang di Garut? (Bag 1)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com