Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Keluarga Pelaku Teror Bom Temui Uskup Sinaga...

Kompas.com - 08/09/2016, 15:01 WIB

Peran keluarga perlu diperkuat di tengah gempuran peredaran narkoba, sekularisme, penyalahgunaan teknologi, gaya hidup bebas, dan merebaknya faham radikalisme.

"Orangtua perlu dibekali dalam tugasnya sebagai guru moral dan imam yang baik bagi seluruh anggota keluarganya agar anak jangan menjadi pengganggu masyarakat, tetapi menjadi anak-anak yang berkenan kepada sesama, anak yang saleh, berguna, dan terhormat di masyarakat," kata Sinaga.

Dari dalam keluarga, kata Uskup, hal-hal seperti mengutamakan kehendak baik, persahabatan, dan penghormatan satu sama lain perlu terus dibina. Saat ini prinsip-prinsip pembinaan keluarga dalam keluarga Katolik diakui Kementerian Agama sebagai yang terbaik.

Gereja Katolik mengakui keluarga adalah sel terkecil dalam masyarakat. Melalui kehadiran dan peran anggotanya, keluarga menjadi tempat asal dan efektif untuk membangun masyarakat yang manusiawi dan rukun. Anak perlu sejak dini mendapat pendidikan imam dan moral.

Kesibukan karier telah membuat banyak orangtua kurang peduli dengan kebutuhan anak untuk diperhatikan, didengar, disapa, dan ditemani. Sementara sekolah seolah mengambil alih peran orangtua di bidang pendidikan budi pekerti dan akhlak mulia, padahal pada praktiknya hanya bidang intelektual yang diutamakan.

Direktur Jenderal Bimas Katolik Kementerian Agama Eusabius Binsasi berpendapat, pemerintah melalui berbagai program terus melakukan pendampingan keluarga. Ini juga menjadi program prioritas Kementerian Agama, tetapi Eusabius mengakui, pemerintah belum maksimal dalam memberikan perhatian kepada keluarga.

Namun, Eusabius mengapresiasi langkah umat beragama di Medan yang karena kedewasaan imannya mampu menanggapi dengan sejuk percobaan bom bunuh diri yang dilakukan IAH (17) di Gereja Stasi Santo Yosep, dua pekan lalu. Orangtua pelaku bahkan bertemu Uskup untuk meminta maaf. Dengan penuh kekeluargaan, Uskup menyambut mereka dan menyatakan IAH adalah juga anaknya. "Ini bisa menjadi contoh daerah lain," ujar Eusabius.

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Sumatera Utara Maratua Simanjuntak juga mengapresiasi langkah Uskup dan gereja Katolik yang menyatakan IAH adalah anak kecil. Jika anak kecil bersalah, itu adalah salah kita. (WSI)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 September 2016, di halaman 22 dengan judul "Saat Keluarga Hasugian Temui Uskup Sinaga".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com