Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meniti Mimpi Anak Buruh Migran Indonesia untuk Bersekolah

Kompas.com - 04/08/2016, 06:28 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

Relawan dan pendampingan

Dalam kondisi yang serba terbatas, sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Volunteerism Teaching Indonesia Children (VTIC) meluangkan waktu dan jauh-jauh datang dari berbagai penjuru nusantara untuk mengajar dan memberikan motivasi bagi anak-anak buruh migran ini.

KOMPAS.com/ Yohanes Kurnia Irawan Rosdiana, TKI yang menjadi guru di CLC, sekolah bagi anak-anak TKI yang terpaksa ikut orangtua mereka bekerja di ladang sawit.
Bermarkas di Bogor, VTIC yang berdiri sejak tahun 2012 ini mendedikasikan program pengabdian mereka khusus untuk anak-anak yang bersekolah di CLC Sarawak.

Founder VTIC Foundation, Ineu Rahmawati (24), mahasiswa program pascasarjana di salah satu perguruan tinggi di Jakarta ini mengatakan, pertama kali dia datang ke Sarawak atas permintaan salah satu buruh migran yang menjadi guru dan pendiri salah satu CLC.

Saat itu, kondisi sangat terbatas dan sangat minim fasilitas pendidikan yang didapatkan anak-anak itu.

“Awalnya saya diminta datang untuk melihat suasana dan kondisi belajar disini (Sarawak), saat itu masih sangat minim sekali fasilitas yang ada,” kata Ineu.

Sekembalinya ke Indonesia, Ineu kemudian merencanakan program dan mengumpulkan rekan-rekan mahasiswa dari berbagai penjuru nusantara untuk menjadi tenaga relawan yang mengajar dan memberikan semangat motivasi belajar untuk anak buruh migran yang berada di Malaysia.

Secara rutin, dia kemudian membawa puluhan mahasiswa ke Sarawak untuk memberikan dampingan dan motivasi belajar, baik itu untuk anak-anak, guru, maupun para orangtua

“Kami juga mengumpulkan donasi yang digunakan untuk membeli buku, alat tulis, dan fasilitas pendidikan lainnya yang dikirim ke CLC-CLC yang ada disini,” ungkap Ineu.

Pada tahun ke lima program relawan mengajar ini, VTIC melakukan proses seleksi untuk menyaring para mahasiswa. Animo mahasiswa yang mendaftar pun cukup tinggi.

Tercatat sedikitnya lebih dari 700 mahasiswa yang mengirimkan aplikasi pendaftaran untuk bisa berangkat menjadi relawan di Malaysia. Dari jumlah itu, kemudian di saring kembali melalu serangkaian proses seleksi, hingga didapat jumlah yang berangkat saat ini, yaitu sebanyak 35 mahasiswa.

Dalam proses seleksi tersebut, mahasiswa yang mendaftar diminta untuk mengirimkan esai dan video motivasi sebagai persyaratan. Tak cukup sampai proses seleksi. Mahasiswa yang menjadi peserta ini juga berupaya mendapatkan dana dari para sponsor untuk bisa berangkat. Bahkan ada pula yang mengeluarkan dana pribadi dan berkontribusi untuk donasi yang akan disalurkan untuk anak-anak TKI ini.

Dalam VTIC gelombang V tahun ini, ada 40 peserta. 35 orang diantaranya mahasiswa yang berasal dari 23 universitas yang ada dari berbagai kota di Indonesia, 5 orang lainnya yaitu tenaga ahli yang terdiri dari psikolog, konseling dan dokter.

Mahasiswa tersebut di antaranya berasal dari Jakarta, yaitu kampus Universitas Indonesia, UIN Jakarta, PTIQ, Universitas Negeri Jakarta, dan President University. Selain itu dari Yogyakarta yaitu UGM, UNY, dan UIN Sunan Kalijaga. Kemudian ITS dan IAIN Sunan Ampel dari Surabaya, Institut Pertanian Bogor, IAIN Purwokerto, ITB dan UPI Bandung, Unsri Palembang, UNM dan Unhas Makassar, Undip dan Unsoed Semarang, Unsyiah Aceh, dan Unmuh Cirebon.

Berlanjut

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com