Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengabdian "Guru" Aboe Si Tukang Becak

Kompas.com - 28/07/2016, 13:46 WIB

Oleh: Dahlia Irawati

KOMPAS - "Mbah Aboe, aku munggah kelas. (Kakek Aboe, saya naik kelas)," demikian teriakan seorang anak kepada Ratemat Aboe (77), tukang becak asal Tanjung Putrayudha I, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur.

Teriakan itu membuat Aboe tak kuasa menahan air matanya. Semangat belajar anak-anak di kampung pemulung itu membuahkan hasil. Mereka tak lagi naik kelas karena nilainya dikatrol guru, tetapi benar-benar mereka naik karena nilainya mencukupi.

Hal itu merupakan kepuasan tersendiri bagi Aboe. Tukang becak itu merasa berhasil menjadi "guru" meski ia bukan guru profesional dan berpendidikan guru. Aboe adalah guru bimbingan belajar (bimbel) gratis bagi anak-anak gelandangan, pemulung, dan pengemis di Kampung Tanjung Putrayudha yang banyak dihuni pemulung.

Aboe yang berpendidikan sekolah dasar mulai menjadi guru bimbel gratis di rumahnya tahun 2014. Namun, aktivitas mengajar itu dirintis Aboe sejak tahun 2012 di atas becaknya saat mangkal. Keinginan untuk membantu anak marjinal ini muncul ketika ia bertemu anak tetangganya yang menangis saat pulang sekolah. Anak pengemis ini disuruh pulang sekolah oleh gurunya karena tak mengerjakan PR.

Merasa iba, Aboe pun meminta si anak datang ke rumahnya untuk dibantu menyelesaikan tugas sekolahnya. Pria kelahiran Bone, 22 Februari 1939, itu sangat paham kenapa anak itu tak mengerjakan tugas. Sebab mereka anak dari orangtua pemulung dan pengemis, yang nyaris menghabiskan hidupnya di jalan.

Di rumah petak berukuran 3,5 meter x 5 meter yang disewanya dari juragan rongsokan bernama Abah Rp 200.000 per bulan, ia mulai mengajari anak-anak baca tulis, Matematika, Agama, dan Sejarah.

Awalnya, anak didik Aboe hanya 3-4 anak. Namun, lambat laun jumlahnya terus bertambah sehingga ruang petak itu tak lagi mampu menampung semua anak yang belajar di sana. Aboe lalu memindahkan proses belajar mengajar ke halaman rumah hanya beralas tikar dan beratap terpal seadanya. Dengan kondisi ruang seperti itu, anak-anak tetap bersukacita.

"Belajar dengan Mbah Aboe menyenangkan karena dia sabar dan tidak suka marah," kata Novitasari (10), siswi kelas IV SDN Tanjungrejo 2 yang menjadi "anak didik" Aboe.

Tepat setahun bimbel ala Aboe berjalan, datang komunitas Dulur Never End (DNE) untuk membantu Aboe. Komunitas anak muda Malang alumni SMKN 4 Malang ini ingin berbuat sesuatu untuk kotanya. Mereka membantu memberi buku dan ikut mengajar anak-anak dengan pelajaran umum dan bahasa Inggris.

Pertengahan tahun 2016, komunitas DNE mulai menyewa rumah petak di sebelah rumah Aboe. "Kini anak-anak tidak akan kehujanan lagi saat belajar. Setidaknya mereka bisa menempati ruangan yang lebih baik dan lebih besar," kata ayah 7 anak dan kakek 3 cucu itu.

Menerima komunitas

Sebagai tukang becak dengan penghasilan Rp 30.000 per hari, Aboe sadar ia tidak bisa berbuat banyak untuk anak didiknya. Ia bekerja mulai pukul 09.00 hingga tengah hari. Lalu, mengajar mengaji dari pukul 15.00 hingga sore hari. Malamnya, ia membantu anak kampungnya mengerjakan tugas-tugas sekolah.

Itu sebabnya Aboe menerima komunitas DNE untuk membantunya asalkan komunitas itu datang membawa buku-buku pengetahuan, atlas, buku tulis, buku biografi, dan aneka buku pengetahuan yang dibutuhkan.

Sampai saat ini sudah 30-40 anak belajar di "Rumah Belajar Kakek Aboe". Di rumah berdinding anyaman bambu itu, setiap Minggu pukul 09.00-11.00, ramai dikunjungi anak-anak dengan bimbingan komunitas DNE.

"Kalau bukan kami-kami ini, siapa lagi yang akan mengajari mereka. Mereka punya semangat belajar yang tinggi, hanya butuh diarahkan. Kalau tidak diarahkan mereka bisa ikut orangtuanya hidup menggelandang ke jalanan," katanya.

Kini semua anak didik Aboe tidak lagi mengikuti orang tuanya di jalanan. "Sudah ada enam anak lulus SMP, sedangkan lainnya masih bertahan belajar di SD," ujarnya.

Aboe mengaku, ia bisa membantu anak belajar karena punya pengetahuan dari koran dan majalah yang dibacanya. Majalah dan koran itu ia dapat dari lapak di tempat pangkalan becak di Pasar Burung dan Pasar Bunga Splendid, Kota Malang.

KOMPAS/DAHLIA IRAWATI Ratemat Aboe (77) bersama anak didiknya saat berpose di depan Rumah Belajar Kakek Aboe, Minggu (24/7/2016). Ratemat Aboe, tukang becak, menjadikan rumah petak kontrakannya menjadi rumah bimbingan belajar gratis bagi anak-anak kurang mampu di kampunya di Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur. Bimbel diberikan gratis oleh Ratemat dan anak-anak muda komunitas DNE, guna membantu anak pemulung, gelandangan, dan orang kurang mampu di sana mendapatkan pendidikan lebih baik. Tanpa bimbingan belajar, anak-anak tersebut terancam putus sekolah dan mengikuti jejak orang tuanya hidup di jalanan.

Petualang

Aboe sendiri adalah perantau asal Bone, Sulawesi Selatan. Tahun 1950-an, ia menumpang perahu dari Bone untuk mencari ibunya yang asli Wonosobo, Jawa Tengah. Ia tiba di Semarang, lalu menjelajah ke Yogyakarta, dan akhirnya bertemu ibunya.

Di Yogyakarta, Aboe tinggal di belakang keraton, berjualan koran, dan menumpang tinggal di tempat orang. Di Yogyakarta selama tahun 1952-1963, Aboe belajar bahasa Jawa dan sekolah di SD Pamong hingga lulus.

Lulus SD Pamong, Aboe bertualang ke Surabaya, Jawa Timur. Di sana ia bekerja mulai dari pengantar surat, bekerja di stasiun, hingga tukang sapu balai kota. Tahun 1966, Aboe diangkat sebagai PNS dengan ijazah SD.

Ia pernah bertugas di dinas ketenagakerjaan dan transmigrasi, yang membuatnya mulai mengenal gelandangan dan pengemis. Namun, oleh karena sifat Aboe yang pemberontak dan tidak mau diminta belajar Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), jabatannya diturunkan dan akhirnya Aboe memutuskan keluar sebagai PNS.

Ia pun melanjutkan petualangan ke Malang, kota asal sang istri. Di Malang, Aboe menjalani hidupnya sebagai tukang becak. Namun, karena nakal, Aboe berkali-kali mengalami musibah. Akhirnya Aboe sadar dan mulai membantu gelandangan, pengemis, dan orang di jalan hingga menjadi guru bimbel.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Juli 2016, di halaman 1 dengan judul "Pengabdian "Guru" Aboe Si Tukang Becak".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com