Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yadnya Kasada dan Janji Tengger kepada Bromo

Kompas.com - 22/07/2016, 12:51 WIB
Achmad Faizal

Penulis

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Lima buah kentang, tiga kubis, dan dua ikat sawi dimasukkan oleh Sutahar dalam sebuah tas plastik berwarna putih. Di dalam tas itu sudah ada sejumlah kue dan nasi kuning beserta lauknya serta sebuah dupa.

Sesaji itu sudah disiapkan warga yang menetap di lereng Gunung Bromo, Desa Wonoroto, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, sejak Rabu (20/7/2016) sore. Hari itu bertepatan dengan tanggal 14 bulan Kasada.

Pada esok harinya, Suhatar akan melemparkan sesaji itu ke kawah Bromo sebagai persembahan untuk gunung tersebut.

Yang dilakukan Sutahar adalah ritual turun-temurun keluarganya. Dengan melempar sesaji ke kawah Bromo, dia yakin bahwa hasil ladangnya akan semakin banyak di tahun-tahun berikutnya.

"Yang punya peternakan kambing, kalau ingin peternakannya berkembang, ya bawa kambing ke kawah," katanya, Rabu (20/7/2016).

Rabu malam, sebelum naik ke kawah, Sutahar menyempatkan hadir pada resepsi Yadnya Kasada di balai Desa Ngadisari. Di resepsi itu, dia menyaksikan ritual pengukuhan warga kehormatan Suku Tengger.

Malam itu, ada empat orang yang dikukuhkan sebagai warga kehormatan, yakni Kepala Polres Probolinggo AKBP Arman Asmara Syarifudin, Ketua Pengadilan Negeri Kabupaten Probolinggo Suratmo, Komandan Kodim 0820 Kabupaten Probolinggo Letkol Inf Hendhi Yustian, serta Kepala Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) John Kennedy.

Dini hari seusai menghadiri seremonial, Sutahar didampingi anak lelakinya menuju Pura Luhur Poten di lautan pasir Bromo untuk bersembahyang. Gerimis hujan dan dinginnya hawa gunung seperti tidak dihiraukannya. Berbekal jaket, dibalut sarung sebagai atribut khas Suku Tengger, Sutahar menuju pura dengan motor trailnya.

Di pura yang berlokasi di lautan pasir Bromo itu, sudah ada Jumat, yang juga memiliki rencana yang sama. Dia jauh-jauh dari Desa Kenongo, Kecamatan Guci Alit, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dalam rangka Yadnya Kasada. Jumat membawa sejumlah komoditas hasil kebunnya, berupa pisang dan biji kopi.

Selain dari Probolinggo dan Lumajang, suku Tengger dari 38 desa di dua kabupaten, yakni Malang dan Pasuruan, juga berbondong-bondong datang ke pura tersebut.

Tepat saat matahari terbit, keduanya naik ke puncak gunung setinggi 2.329 meter di atas permukaan laut itu untuk melempar sesaji.

Sebelum sesaji dilempar, jajanan dan makanan beserta lauk-pauknya diletakkan di bibir kawah. Di atas makanan tersebut, dupa ditancapkan dan dinyalakan.

Janji Suku Tengger

Secara filosofis, menurut salah satu ketua adat Tengger Kecamatan Sukapura, Supoyo, sesaji itu adalah ucapan terima kasih Suku Tengger kepada Gunung Bromo. Selama ini, gunung tersebut dianggap memberikan kehidupan berupa anugerah kesuburan alam dan potensi wisatanya.

KOMPAS.com/ACHMAD FAIZAL Warga Suku Tengger melemparkan sesaji di kawah Gunung Bromo dalam upacara Yadnya Kasada, Kamis (21/7/2016).
Supoyo mengisahkan cerita legenda Gunung Bromo yang dipercaya masyarakat Tengger bahwa Raden Kusuma, putra bungsu dari Jaka Seger dan Lara Anteng, bersedia dilempar dan dikorbankan ke kawah Bromo. Syaratnya, setiap malam bulan purnama tanggal 14-15 malam purnama bulan Kasada, dia meminta hasil bumi untuk dilempar ke kawah Bromo.

Permintaan itu lantas disanggupi oleh Jaka Seger dan Lara Anteng dan dilestarikan sampai saat ini.

"Jadi sesaji saat Kasada itu, selain bentuk interaksi dan ucapan terima kasih, juga merupakan janji Suku Tengger kepada Bromo," kata Supoyo.

Ritual Yadnya Kasada akan terus dilestarikan, apa pun kondisinya, bahkan saat Bromo mengalami erupsi seperti tahun ini.

Karena itu, demi kelestarian adat dan budaya lokal Tengger, pimpinan adat meminta pemerintah, dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah maupun pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), tetap memperbolehkan Suku Tengger untuk melempar sesaji ke kawah Bromo, meski Bromo berstatus sedang erupsi skala sedang.

"Apa pun kondisinya, janji Suku Tengger kepada leluhurnya akan tetap ditepati," ujarnya.

Yadnya Kasada jatuh pada 20-21 Juli 2016 dan menjadi agenda wisata tahunan yang banyak digemari wisatawan dalam dan luar negeri.

Catatan TNBTS, saat perayaan Kasada, setidaknya 3.000 wisatawan akan hadir di Bromo.  Namun, menurut Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Balai Besar TNBTS di Cemoro Lawang, Sarmin, kunjungan wisata ke upacara Kasada Bromo tahun ini menurun karena selain Bromo sedang "labil". Penyebab lainnya terlalu dekat dengan liburan Lebaran.

"Kan baru saja libur Lebaran, pengunjung berpikir dua kali untuk kembali ke Bromo," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com